Makanan Pengganti Air Susu Ibu PASI

34 ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun Roesli, 2000. Menurut Suhardjo 1992 pemberian MP-ASI dinimengakibatkan beberapa gangguan atau masalah kesehatan yaitu : gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat sehingga mengakibatkan hyperosmolitas plasma, alergi terhadap makanan dan mungkin gangguan terhadap pengaturan selera makan. Bayi perlu menyusu sesegera mungkin. Pemberian kesempatan isap pada anak akan merangsang proses lactogenesis dan selanjutnyagalactopoiesis. Frekuensi menyusui sesuai permintaan bayi dan tiapkali diberikan 5-10 menit per payudara. Pemberian ASI pada anakdilakukan pada satu sisi payudara ibu sampai selesai kemudianberpindah pada sisi lainnya. Produksi ASI bisa maksimum bila anakdiberi menyusu kedua payudara saat minggu-minggu pertama. Praktek yang baik bila ibu hanya memberi ASI semata sampai usia anak 4-6bulan. Pemberian ASI selanjutnya sampai usia 2 tahun amat menunjangpertumbuhan yang baik Bahar, 2002.

2.4.2 Makanan Pengganti Air Susu Ibu PASI

Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi bayi, namun tidak semua ibu dapat memberikan ASI pada bayinya. Menurut Sulistijani 2001, pemberian PASI dapat dimengerti jika alasannya adalah: 35 1. Bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut atau infeksi paru-paru 2. Bayi lahir dengan berat badan rendah 3. Bayi lahir sumbing bawaan Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu : 1. Jumlah dan mutu ASI kurang memadai sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi 2. Ibu menderita sakit dan karena sakitnya dilarang menyusui oleh dokter baik untuk kepentingan ibu maupun bayinya, seperti ginjal atau penyakit menular 3. Ibu menderita infeksi, luka puting mastitis 4. Ibu mengalami gangguan jiwa atau epilepsi 5. Ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi. Untuk alasan-alasan tersebut, pada umumnya bayi harus diberi makanan pengganti ASI PASI berupa susu formula. Pada umumnya susu formula untuk bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping. Oleh karena ASI yangpaling ideal untuk bayi maka perubahan yang dilakukan pada komponen gizi susu sapi harus mendekati susunan zat gizi ASI. Meskipun para ahli teknologi pangan telah berusaha untuk memperbaiki susunan zat gizi susu sapi agar komposisinya mendekati susunan zat gizi ASI, sampai saat ini usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang baik Krisnatuti, 2004. Dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak kelemahan terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus di 36 kontrol dari kemungkinan masuknya organisme-organisme patogen atau terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan diare. Pengaturan makanan bayi dengan PASI sama dengan pengaturan makanan dengan ASI. Pemberian PASI dilakukan berdasarkan kebutuhan gizi bayi terutama dalam hal kebutuhan air, energi dan protein RSCM dan Persagi, 1992. Untuk mencukupi kebutuhan bayi, susu diberikan sesuai dengan takarannya. Takaran akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur bayi. Jadwal menyusu dengan susu formula tetap seperti pada bayi yang diberi ASI Nadesul, 2005. Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tandatanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun, sebelum diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki dahulu cara menyusuinya. Cobalah hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi minuman atau makanan lain. Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui. Secara umum usahakan dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin. Apabila setelah 1 – 2 minggu ternyata upaya perbaikan tersebut tidak menyebabkan peningkatan berat badan, maka pemberian makanan tambahan atau padat diberikan bagi bayi berusia diatas 4 bulan Roesli, 2000. Bila oleh suatu sebab misalnya ibu bekerja atau hamil lagi bayi tidak memperoleh ASI, maka kepada bayi diberikan PASI Pengganti Air Susu Ibu. PASI dibuat dari susu sapi yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama 37 dengan susunan gizi ASI, sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi belum ada PASI yang tepat menyerupai susunan ASI As’ad, 2002. Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok masyarakat budaya tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya, pada masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi makanan tambahan Arisman, 2004. Menurut Sulistjani 2001, seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI.

2.4.3 Makanan Pendamping ASI MP-ASI

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara

1 35 122

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

1 24 245

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 7

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 19

gambaran status gizi batita terhadap pola asuh keluarga miskin dan tidak miskin di wilayah kerja puskesmas pulubala

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASA UPA TAHUN 2012

0 0 106

Gambaran Pola Asuh Ibu Anak Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Karuwisi kota Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 96