Sikap Pemberian ASI Gambaran Pola Asuh Makan Pada Baduta Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya Tahun 2012

106 waktulamanya pemberian ASI serta usia penyapihan. Mereka berpendapat bahwa frekuensi pemberian ASI diberikan sesering mungkin atau setiap saat bayi menginginkan ASI. Mengenai waktulamanya pemberian ASI semua informan utama juga berpendapat bahwa tidak ada batasan waktu pemberian ASI. Hal ini berarti ASI diberikan ibu setiap saat sampai bayi merasa puas dan kenyang. Menurut As’ad 2002bahwa pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI eksklusif. Pengetahuan mengenai waktuusia yang tepat pemberian ASI pertama kali ada empat orang informan utama yang berpendapat bahwa ASI seharusnya diberikan segera setelah bayi dilahirkan. Ke tiga informan lainnya berpendapat bahwa waktu pemberian ASI pertama kali ialah tiga sampai lima hari setelah bayi dilahirkan, hal ini dikarenakan pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan biasanya ASI masih berwarna kekuningan yang dianggap kotor dan tidak baik untuk kesehatan bayi. Hal ini jelas tidak sesuai karena menurut As’ad 2002, bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A.

6.2 Sikap Pemberian ASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa sebagian besar informan utama secara umum menunjukkan sikap yang baik terhadap pemberian ASI. Hampir semua informan berpendapat 107 bahwa ASI itu penting untuk pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan bayi. Namun meskipun demikian sebagian besar informan utama menunjukkan sikap yang tidak baik terhadap aspek-aspek yang lain dalam pemberian ASI kepada bayinya seperti sikap terhadap waktu yangpaling tepat untuk memberikan ASI pertama kali, sebanyaktiga orang informan utama berpendapat bahwa pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan dianggap tidak terlalu penting karena baik hari pertama, hari ke-dua, hari ke-tiga maupun seterusnya dianggap sama saja asalkan ASI sudah keluar dan berwarna putih susu dan bukan ASI yang berwarna bening atau kekuningan. Sedangkan ke empat informan utama lainnya berpendapat bahwa pemberian ASI pertama kali segera setelah bayi dilahirkan dianggap penting, tetapi ketika diminta untuk menjelaskan kenapa pemberian ASI segera setelah dilahirkan dianggap penting dua orang informan tersebut menjawab agar ASI cepat keluar dan dua orang informan lainnya berpendapat bahwa kalau tidak cepat diberikan dikhawatirkan bayi tidak mau ASI dan lebih memilih susu formula yang disediakan oleh bidan. Informan yang berpendapat bahwa sebaiknya pemberian ASI dilakukan setelah cairan ASI berwarna putih dan bukan kekuningan seperti cairan kolostrum karena informan tersebut tidak mengerti bahwa sebenarnya cairan kolostrum tersebut sangat baik untuk kekebalan tubuh bayi. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan informan yang rendah. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu Khomsan dkk, 2007. 108 Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa informan utama yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai frekuensi pemberian ASI dan usia penyapihan ternyata secara umum menunjukkan sikap yang baik mengenai hal tersebut. Sikap positif informan tersebut bisa dilihat dari pendapat mereka yang mengatakan bahwa frekuensi pemberian ASI diberikan setiap saat anak menginginkan ASI. Selain itu, seluruh informan utama juga menganggap penting usia penyapihan bayi sampai usia 2 tahun karena yang mereka mengetahui bahwa ini merupakan perintah agama yang mereka yakini sehingga mereka yakin bahwa penyapihan yang dilakukan pada usia dua tahun adalah pilihan yang terbaik untuk bayi.

6.3 Praktek Pemberian ASI

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara

1 35 122

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

1 24 245

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 7

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 19

gambaran status gizi batita terhadap pola asuh keluarga miskin dan tidak miskin di wilayah kerja puskesmas pulubala

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASA UPA TAHUN 2012

0 0 106

Gambaran Pola Asuh Ibu Anak Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Karuwisi kota Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 96