VOC Collepse KONDISI PERDAGANGAN MARITIM BATAVIA

oleh pihak pemerintahan Belanda, kongsi dagang ini dibubarkan. Tamat VOC Belanda di ranah Batavia. 118 Secara garis besar isi perjanjian tersebut sebagai berikut; 1. Sistem monopoli VOC dengan akibat-akibat yang merugikan. Tujuan monopoli dagang ini adalah untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dari perdagangan. 2. Karena VOC merupakan sebuah persekutuan dagang yang terdiri dari para pedagang dan pemegang saham, maka mereka sama sekali tidak memperhatikan kehidupan atau membuat kebaikan terhadap orang-orang pribumi. Kehidupan perdagangan maritim seperti itu melemahkan perdagangan dan kekuasaan Belanda di Indonesia. 3. Akibat pemerintah Belanda tidak memperhatikan nasib masyarakat, maka masyarakat pribumi menjadi sangat miskin. Mereka tidak mampu membeli barang-barang produksi yang dijual oleh Belanda. Bahkan tidak jarang penduduk pribumi tidak mampu membeli beras dan bahan-bahan makanan lainnya yang akan dijual oleh Belanda. Beberapa kebijakanan Belanda yang menyebabkan orang-orang Nusantara terus miskin. 119 118 Lihat Zaenuddin HM, op. cit., hal. 9-11 119 Gilbert Khoo, Sejarah Asia Tenggara Sejak tahun 1500, Kuala lumpur: Penerbit Fajar Bakti SDN.BHD, 1976, hal. 19. 146

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, pelayaran dan perdagangan di kawasan Laut Jawa telah membawa angin segar bagi pelabuhan-pelabuhan di sepanjang Pantai Utara Jawa. Kegiatan ekonomi- perdagangan telah berpengaruh terhadap penyebaran Islam di Jawa semisal; Banten, Demak, Tuban dan sebagainya. Kondisi ini, yang dialami oleh para pelaut dan pedagang di sekitar Laut Jawa. Mereka berasal dari Arab, Cina, India, Persia, Turki atau dari Asia lainnya. Hal ini, disertai oleh hubungan dagang dengan Islam atau bahkan penguasa lokal sekalipun. Hal ini, yang mendorong lalu-lintas dari dunia luar terutama kalangan pelaut dan pedagang Muslim dan hingga menjadi persekutuan dalam menghadapi pedagang asing maupun dari Jawa di bidang perdagangan dan sarana transportasi. Akan tetapi, wilayah Batavia tetaplah masih eksis sejak beberapa abad yang lalu, sebagai wilayah perdagangan. Dapat diketahui bahwa bandar niaga Kota Batavia telah memainkan peranan pentingnya sejak lama. Menurut data sejarah, paling tidak Batavia telah diketahui dalam tahun 1619 M, setelah Jayakarta jatuh ke tangan Belanda di bawah pimpinan Jan Piterszoon Coen. Di masa Belanda ini Jayakarta berganti nama yang mana para pedagang Arab, Cina, Persia, India, dan lain sebagainya sudah terbiasa dengan perdagangan bebas. Di samping dengan kedatangan dan usaha Jan Pieterszoon Coen untuk mewujudkan cita-citanya semakin terbuka. Sejak itu mulailah pembangunan Kota Batavia, dan melengkapi benteng Jaccatra sebagai tempat pertahanan dan tempat perlindungan dari aktivitas perdagangan maritim. Di sini orang-orang Belanda sibuk mengatur dokumen ribuan macam barang dagangan, perhitungan, pelaporan, dan pemeriksaan sebelum diteruskan ke gudang dan pos-pos dagang di sekitar Kasteel Batavia kini Pasar Ikan. Tepatnya di daerah Kecamatan Penjaringan, Kelurahan Penjaringan yang terbentang antara Pasar Ikan dan Glodok. Namun letaknya yang sangatlah strategis di jalur keramaian antara India ke Cina dengan Jepang, dan disegala tempat. Setiap kapal dagang dan perahu dagang membawa isi muatan barang dagangan yang berlayar antar-Eropa dan Cina, dan berlabuh di Pantai Batavia. Terutama masyarakat Batavia memiliki arti khusus bagi orang berlayar dan berdagang di kawasan Hindia Timur, yang mencakup bangsa Eropa dan juga masyarakat Pribumi, pedagang Melayu dan pedagang Arab Hadramaut. Demikian halnya dengan para pedagang Cina, Jepang, Tonquin, Malaka, Cochin Cina dan Pulau Celebes Pulau Sulawesi, dan Maluku. Hal ini dijadikan pinjakan dari aktivitas berlayar dan berdagang dan di arahkan ke tempat yang di tuju yaitu perairan Batavia. Selain, dari para pelaut dan pedagang sangat tertarik dengan bandar Batavia karena alasan-alasan sebagai berikut: kemudahan melempar sauh, terdapat air minum yang banyak dan melimpah, menghasilkan kayu bakar berlimpah dan dapat diperoleh tidak jauh dari pelabuhan, bahan makanan dapat diperoleh dari selat Sunda, dan letaknya antara kepulauan rempah-rempah yang terletak di sebelah Timur. Hal ini diupayakan oleh pedagang-pedagang kecil hingga besar untuk memperoleh pekerjaan dan barang-barang dagangan. Hal tersebut guna menyusuri Sungai Ciliwung dan kanal kecil ataupun kanal besar kali besar yang dibuat oleh Belanda untuk memudahkan transaksi perdagangan yang bercorak maritim dari daratan hingga ke sebrang lautan. Keberadaan kanal kecil dan kanal besar dimanfaatkan sebagai awal pedagang melakukan transaksi barter sebagai bentuk penyaluran barang dagangan ke arah pasar, ataupun sebagai bentuk transaksi dengan pedagang-pedagang ke daerah pedalaman. Berlayar dan berdagang guna menyusuri Sungai Ciliwung mempunyai peranan penting dalam pengangkutan barang dagangan. Hasil agraris dan hasil hutan merupakan salah satu komoditas utama yang diangkut melalui pelayaran sungai. Selain itu juga hasil laut dan hasil kerajinan masyarakat. Sebagai contoh saja, komoditas lada diangkut dari daerah negara lain, sebagai penyuplai produsen lada ke daerah hilir atau ke Pelabuhan Batavia. Di tempat itu para pedagang dari berbagai daerah dan negara seperti pedagang Cina, Inggris, Belanda, dan pedagang Melayu sudah menunggu untuk membeli komoditas tersebut. Namun adakalanya para pedagang tersebut, terutama pedagang Cina, pedagang Arab, dan Melayu sudah terlebih dahulu membawa perahu dagang mereka masuk ke pedalaman untuk membeli langsung komoditas dagang yang mereka butuhkan.