4. Pemungutan Bea Cukai Batavia sebagai Kota Bandar Niaga.

sedangkan arak 5 . Impor lada dikenakan biaya cukai ¼ ringgit per-pikul, pala masuk daftar pesanan, tetapi tidak terdaftar dalam tarif. Kain dikenakan 10 untuk impor dan 5 untuk produk-produk sutera dan sejenis sutera lainnya. Sutera kasar Persia dan Benggala dikenakan tarif cukai 10 ringgit impor ataupun ekspor, dan sutera Cina dan Tonkin 10 ringgit impor ataupun untuk ekspor. 49 Dari uraian di atas bahwa Pelabuhan Batavia telah mengenakan pajak bagi pedagang-pedagang asing berkisar 5 hingga mencapai 20 untuk yang berasal dari pedagang Gujarat, Persia, Cina, Turki, Pegu, Birma atau Myanmar, dan Keling. 50 Sementara para pedagang dari Pulau Jawa akan dikenakan biaya pajak sebesar 6, ini merupakan kewajiban yang harus dibayar dari setiap pedagang yang masuk ke Pelabuhan Batavia. 51 Penerapan peraturan menimbulkan transaksi barang dagangan mengalami kesulitan. Namun demikian para pedagang tetap berdatangan dengan membawa muatan barang dagangan dalam skala besar dan proses bongkar muat barang dagangan diupayakan tetap kondisi sehat sehingga tetap bermutu dan terjamin dari kualitasnya.

D. Hubungan Pelayaran dan Perdagangan Masyarakat Batavia dengan Dunia Luar.

Bukan tanpa alasan Belanda memilih tempat ini sebagai ibukota mereka. Seperti menurut Adam Smith, bahwa Tanjung Harapan yang menjembatani Eropa 49 Tawalinuddin Haris, op. cit., hal. 195 50 Menurut Nia seorang pegawai Arsip Nasioanal Republik Indonesia, yang telah membantu menerjemahkan Arsip Beviendingen op de eisen, ini di simpan serinya tidak lengkap dalam arsip Kamer Zeeland Archief, VOC 13472-13508 51 Lihat J.C. van Leur, op. cit., hal. 67 dalam Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, op. cit., hal. 144 dan Hindia Timur, 52 maka masyarakat Batavia menjembatani salah satu usaha- usaha penghubung lalu-lintas di jalan laut antara negara Hindia Timur. Letaknya yang sangat strategis di jalur keramaian antara India, Cina, Jepang, dan sebagainya. Setiap harinya aktivitas selalu dilakukan melalui perdagangan yang memiliki corak maritim dari Pantai Batavia dalam menggunakan transportasi laut yang masih mengandalkan perahu dagang dan kapal dagang sebagai alat transportasi yang dibutuhkan masyarakat Batavia untuk membawa isi muatan barang dagangan yang berlayar ke Eropa dan Cina, dan berlabuh di Perairan Batavia terlebih dahulu. Terlebih dahulu orang-orang Cina banyak berdatangan ke Batavia menyusuri Perairan Batavia yang selalu diramaikan para pedagang dari dunia luar. Batavia telah menjadi kota dagang yang besar di dunia perdagangan dan membawa peruntungan yang lebih baik. Mereka berdatangan ke Batavia baik secara legal maupun ilegal. Jika mereka datang secara ilegal, biasanya mereka diturunkan di tengah jalan, bukan di Pelabuhan Batavia. Etnis Cina dengan cepat membaur ke dalam kehidupan ekonomi perdagangan masyarakat pribumi dan juga dengan orang Eropa. Masyarakat di Batavia memperdagangkan barang-barang dari luar daerah di Pasar Ikan dan tiap daerah yang lingkupnya masih di wilayah Batavia yang mempunyai hari pasar tertentu. Barang jualannya dibawa dengan keranjang yang diberi tali, para pedagang lokal ini biasanya dilakukan kaum wanita. Sementara itu, jika diadakan kontak tentang jual beli atau transaksi dibatalkan dan ada yang 52 Lihat Thomas Stamford Raffles, op. cit., , hal 120 diiyakan, sesuai mutu barang dagangan yang ingin dibeli sesuai kualitas dan kuantitas barang dagangan, sehingga anggota masyarakat Batavia baik dari golongan Pribumi, Melayu, Cina, dan keluarga Belanda ikut serta dalam berdagang dan berlayar untuk memperoleh pendapatan dari segi keutungan yang cukup memuaskan dari segi penjualan rempah-rempah dan perdagangan lainnya. Terutama masyarakat Batavia memiliki arti khusus untuk menjalin kerjasama dalam berlayar dan berdagang di kawasan Hindia Timur, yang mencakup bangsa Eropa dan juga masyarakat Pribumi dan Melayu. Demikian halnya dengan para pedagang Cina, Jepang, Tonquin, Malaka, Cochin Cina dan Pulau Celebes Pulau Sulawesi, dan Maluku. Hal ini dijadikan pinjakan dari aktivitas berlayar dan berdagang yang menuju Perairan Batavia. 53 Hal ini didasari agar setiap hubungan dagang itu memiliki jembatan yang menghubungkan dengan daerah-daerah sekitarnya dan masyarakat Batavia membentuk hubungan dagang dengan dunia luar. Masyarakat Batavia tidak hanya menjadi pusat perhatian aktivitas ekonomi dan politik tetapi memegang peranan yang penting dalam bidang ekonomi, yaitu berperan sebagai mitra dagang. Dalam sebuah lintas perdagangan maritim akan didapati berbagai kelompok bangsa yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi kota perdagangan. Karena mereka itu merupakan pemain yang aktif dalam perdagangan dalam negeri hingga ke luar negeri. Hal ini yang menjadikan sebuah 53 Lihat Thomas Stamford Raffles, op. cit., hal. 120-121