4. Perdagangan Asing KONDISI PERDAGANGAN MARITIM BATAVIA

barang-barang dagangan dari kargo-kargo yang baru tiba dan masuk ke Pelabuhan Batavia. Selain itu sedikit-banyaknya pelaut-pelaut yang pintar dalam memainkan peran yang ada. Peranan pedagang, nahkoda kapal, nelayan seringkali membayar sejumlah uang atau dengan emas sebagai alat barternya untuk memperbaiki kapal dagang yang bermuatan barang dagangan dari sejumlah pedagang pada umumnya.

A. 5. Batavia sebagai Pusat Perdagangan Internasional

Batavia menjadi pelabuhan yang penting; di sana sebagian besar selama sebagian abad XVII bahkan semua kapal-kapal yang memuat barang-barang dagangan untuk menyuplai barang-barang dagangan yang ingin diangkut oleh kapal-kapal dagang yang baru saja tiba di Pelabuhan Batavia. Kapal-kapal dagang ini berlayar dengan membuang sauhnya untuk melakukan aktivitas maritim ke Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang Belanda mempunyai koneksi dagang di jalan laut dan perdagangan dengan jarak jauh, hingga tersebar di pos- pos dagang di Asia dan di Eropa maupun di Afrika Selatan. 65 Hingga pertengahan abad XVII hampir seluruh keuntungan VOC berasal dari perdagangan rempah-rempah yang berasal dari Maluku Cengkeh dan Pala dan Indonesia bagian barat lada. Perdagangan rempah-rempah berhasil dikendalikan dengan baik oleh VOC melalui Batavia dengan menyingkirkan secara bertahap kota-kota dagang lain di Nusantara yang menjadi pesaingnya, seperti Malaka ditaklukkan tahun 1641, Makassar 1666, dan Banten 1684. Sistem perdagangan yang tumbuh dan berkembang dan semakin maju di Batavia pada dasarnya adalah sistem perdagangan distribusi, dalam arti komoditi- 65 ANRI, dalam koleksi Inventaris van het archief van de Gouverneur Generaal en Raden van Indie Hoge Regering, 1612-1811, Jakarta, 2002, hal. 41 komoditi dari berbagai penjuru Asia dikumpulkan di kota pelabuhan ini sebelum disebarkan ke wilayah-wilayah yang memiliki potensi pasar sehingga dapat mendatangkan keuntungan besar. Secara garis besar, dimata VOC ada tiga kategori wilayah dimana mereka memiliki kepentingan ekonomi. Pertama: daerah koloni dimana mereka memiliki kekuasaan teritorial seperti di Sri Langka, Malaka, Batavia, dan Maluku. Kedua: daerah dimana mereka mengikat kontrak khusus dengan penguasa setempat sehingga diperbolehkan untuk membuka kantor dagang seperti di Ayuthaya Siam. Ketiga: daerah dimana mereka harus berdagang dengan pengawasan dan peraturan yang diterapkan oleh penguasa lokal seperti di Nagasaki Jepang, dan Kanton Cina. 66 Pos dagang Belanda di Gamron PersiaIran, sekali-kali berhubungan dagang dengan India, dengan melakukan pengiriman barang-barang dagang melewati jalan darat artinya melalui Timur-Tengah, di samping setelah mendirikan pemukiman di Tanjung Harapan. Sebagai pendukung dua hulu itu untuk menyuplai barang dagangan dari Timur-Tengah harus melewati Tanjung Harapan hingga ke Sri Langka yang terus sambung-menyambung hingga ke tempat yang dituju yaitu Batavia. Batavia telah memainkan peranan penting dalam jalannya pelayaran dan perdagangan dalam jalur Eropa-Asia, maka pos-pos 66 Batavia dalam Jaringan Perdagangan Asia Pada Abad 17 dan 18dalam http:knsix.geosejarah.orgwpcontentuploads201107dataBondan20Kanumoyoso,20M.Hu m.pdf dikunjungi pada tanggal 11 Oktober 2011 dagang yang bersangkutan dan pegawai dari negeri Belanda mengirim laporan- laporan secara langsung di bawah pengawasan Pemerintah Batavia. 67 Menurut Hoge Regering dalam penciptaan hubungan langsung itu menyebabkan Batavia tidak dapat lagi memainkan pelayaran dan Perdagangan dengan semestinya. Oleh sebab itu, Batavia sesungguhnya telah memuaskan kepada Hoge Regering pada tahun 1636, namun dengan adanya penghentian pelayaran langsung ke Koromandel, Surat, Gamron, yang telah dimulai sebelum Kota Batavia didirikan. 68 Akan tetapi, 30 tahun kemudian Gubernur Jenderal dan Raad van Indie terpaksa meningkatkan status Sri Langka menjadi basis perdagangan maritim yang kedua, di samping Batavia, bagi kapal-kapal yang masuk dari Eropa atau berangkat lagi ke sana. Menurut Boxer, kelompok ini dipimpin oleh dewan pengelola yang terdiri dari 17 utusan kamar-kamar dagang di Belanda. Kedudukan raja sebagai penguasa negeri hanya sebagai pelindung saja, 69 Sementara itu Heren Zeventien mengizinkan berhubungan dagang dengan Sri Langka hingga diluruskan ke Belanda agar VOC memenuhi kebutuhan akan merica di pasar Eropa, yang tumbuh lebih pesat. Kini merica Malabar, yang bagaimanpun dibawa lebih dulu ke Sri Langka, dapat dingkut ke negeri Belanda dengan lebih pesat dan segera mungkin. Di 67 ANRI, dalam koleksi Inventaris van het archief van de Gouverneur Generaal en Raden van Indie Hoge Regering, 1612-1811, Jakarta, 2002, hal. 41 68 ANRI, dalam koleksi Inventaris van het archief van de Gouverneur Generaal en Raden van Indie Hoge Regering, 1612-1811, Jakarta, 2002, hal. 41 dan 42 69 C R Boxer, Jan Kompeni Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602 – 1799, Jakarta: Sinar Harapan, 1983, hal. 9-11