2. Perdagangan Batavia dari Darat hingga Laut

transaksi perdagangan yang bercorak maritim baik yang meliputi hasil agraris maupun hasil laut yang akan dipasarkan ke Batavia. 51 Di samping itu terdapat beberapa jumlah pelabuhan lain yang hanya sebagai pendukung dan memasok kebutuhan hasil bumi, beras, emas, dan lain sebagainya. Dalam transportasinya masih menggunakan perahu-perahu dagang ataupun kapal dagang yang berlayar dan berdagang ke arah Banten, Rembang, Gresik dan Surabaya untuk menyuplai barang dagangan ke tempat yang di tuju yaitu Batavia. 52 Nelayan juga mendukung kelancaran dan memakai sarana penunjang semisal sarana transportasi ke arah pedalaman, melewati tepian sungai yang dilayari kapal dagang dan perahu dagang guna menyusuri Sungai Ciliwung, terkadang terdengar bahwa orang dari Sumatra dan Bugis ikut memperlancar sarana perdagangan maritim. Sebagian lagi bersandar di tepi Pantai Batavia atau untuk melakukan transaksi perdagangan maritim dengan Pribumi, Melayu, Malaka, India, dan berbagai pedagang asing hingga banyak berdatangan ke Batavia. 53 Mereka membawa barang-barang dagangan yang dapat ditukarkan dengan para pedagang di sekitar Pantai Batavia yang diikuti oleh kapal-kapal dagang milik Belanda untuk menukar muatan dengan barang dagangan lainnya. Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi arus tukar-menukar barang dagangan dengan pegawai Belanda dan armada dagang Belanda dan kegiatan perdagangan maritim 51 Lihat D. Maclntyre, Sea Power in the Pacific: A History from the Sixteenth Century to the Present Day London: Baker, 1972, 1-48 52 Angka-angka ini diambil dari J. R Bruijn, F. S Gaatra, dan I Schoffer ed, Dutch Asiatic Shipping in the 17 th en 18 th Centuries, Rijks Geschiedkundige Publicatien, Groote Serie 165-167 3 Jilid; Den Haag, 1979 en 1987 tentang perdagangan maritim 53 Lihat Thomas Stamford Raffles, op. cit., hal 120-121 Batavia dapat dilanjutkan ke wilayah pedalaman. dengan adanya kanal-kanal kecil melewati Sungai Ciliwung, yang dilakukan pada musim panas dan musim gugur. Transaksi perdagangan libur pada akhir Desember dan dilanjutkan pada bulan Januari dan Februari untuk melewati Perairan Batavia. 54

A. 3. Peranan Sungai Ciliwung bagi Pelabuhan Batavia

Begitu pentingnya arti hubungan perdagangan maritim melewati sungai, sehingga para penguasa wilayah selalu berusaha untuk mengontrol seluruh hubungan sungai yang ada di dalam wilayah kekuasaan mereka untuk mengimplementasikan hegemoninya atas politik pantai. Meskipun demikian, tidak mudah untuk melakukan kontrol ekonomi secara langsung terhadap masyarakat yang bermukim di hulu sungai dan para pendatang di pantai. Oleh karena itu, penguasa wilayah mengandalkan kekuatan fisik maupun pembentukan transaksi perdagangan maritim yang beraliansi untuk menguasai daerah pedalaman. Sejalan dengan pendapat Adolf SJ Heuken, masyarakat pribumi dan Melayu Batavia pada abad XVII pada umumnya memang terkonsentrasi di muara Sungai Ciliwung atau di wilayah pertemuan sungai dengan perairan Batavia. Sungai merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat di wilayah ini. Sebagian besar sungai di Batavia dapat dilayari dan salah satu sungai terpanjang dan terbesar adalah Sungai Ciliwung yang menjadi tempat bermuaranya beberapa sungai utama di Batavia. Sungai tersebut beserta seluruh 54 Thomas Stamford Raffles, op. cit., hal 121 dan Lihat ANRI, dalam koleksi Inventaris van het archief van de Gouverneur Generaal en Raden van Indie Hoge Regering, 1612-1811, Jakarta, 2002, hal. 35 anak sungainya menjadi faktor utama dalam hubungan dagang yang bercorak maritim. 55 Ditambahkan lagi fungsi dan peranan sungai sebagai salah satu hubungan yang memiliki urat nadi ekonomi masyarakat karena sebagian besar aktivitas ekonomi kemaritiman mereka dilakukan di atas sungai. Hubungan daerah di wilayah pedalaman Batavia dilakukan lewat Sungai Ciliwung sehingga sungai menjadi andalan bagi kelancaran distribusi barang-barang dagangan dari wilayah hulu ke wilayah hilir dan sebaliknya. Berbagai jenis hasil bumi yang melimpah di daerah pedalaman Batavia seperti kayu, karet, getah perca, rotan, damar, lada, sarang burung, bahan anyaman, ikan keringasin, dendeng rusa, buah-buahan, dan lain-lain diangkut ke tempat pengumpulan yang melalui Sungai Ciliwung. Sebaliknya, berbagai kepentingan barang-barang kebutuhan sehari-hari masyarakat Batavia seperti beras, gula, garam, tepung, jagung, minyak kelapa, tembakau, gambir, gerabah dan alat-alat rumah tangga, serta bahan pakaian. Juga diangkut dari perairan Batavia ke berbagai daerah di wilayah pedalaman melalui hubungan sungai ini. 56 Peranan penting Sungai Ciliwung sebagai urat nadi ekonomi, khususnya perdagangan maritim, di wilayah Batavia menjadi bagian dari aktivitas berlayar di sungai yang tidak dapat dipisahkan dari peran sungai sebagai jalan perdagangan. Berbagai jenis sarana transportasi sungai digunakan untuk mengangkut barang dagangan pada abad XVII, yang telah menunjukkan kemampuannya dalam melayari jalur-jalur sungai yang ada, untuk menjangkau pusat-pusat produksi 55 Adolf Heuken SJ, op. cit., hal 18 dan hal 22 56 Anthony Reid, op. cit., hal. 33-35 ekspor yang berada jauh di pedalaman dan mendistribusikan barang-barang impor ke wilayah tersebut. Jaringan sungai dan aktivitas berlayar dan berdagang di atasnya telah menjadi satu kesatuan dan merupakan pendukung utama bagi lalu lintas perdagangan maritim di tingkat masyarakat dalam negeri dan luar negeri. 57 Mengingat pada waktu itu belum banyak dibuat jalan darat maka hubungan antar-sungai merupakan sarana transportasi dan komunikasi utama bagi kantong- kantong yang bermukim di tepian Sungai Ciliwung sampai ke arah Pantai Batavia untuk melakukan aktivitas perdagangan dengan pihak masyarakat. 58 Berlayar dan berdagang menyusuri Sungai Ciliwung mempunyai peran penting dalam pengangkutan barang dagangan bagi masyarakat sekitarnya. Hasil agraris dan hasil hutan merupakan salah satu komoditas utama yang diangkut melalui pelayaran sungai. Sebagai contoh, komoditas lada diangkut dari daerah negara lain, sebagai penyuplai produsen lada ke daerah hilir atau ke Pelabuhan Batavia. Di tempat itu para pedagang dari berbagai daerah dan negara seperti pedagang Cina, Inggris, Belanda, dan pedagang Melayu sudah menunggu untuk membeli komoditas tersebut. Namun adakalanya para pedagang tersebut, terutama pedagang Cina dan Melayu sudah terlebih dahulu membawa perahu dagang mereka masuk ke pedalaman untuk membeli langsung komoditas dagang yang mereka butuhkan. 59 Di sepanjang aliran Sungai Ciliwung banyak dijumpai hutan lebat dengan berbagai jenis pohon. Oleh karena itu, sepanjang daerah itu kaya akan hasil kayu. 57 F. De Haan, op. cit., hal. 10-37 58 F. De Haan, op. cit., hal. 10 59 Wawancara Pribadi, Dr. Harto Juwono, peneliti, pada tanggal 24 Mei 2011 digedung Arsip Nasional Republik Indonesia.