1. 2. Kapal dan Perahu yang Pindah dengan Membawa Isi Muatan Barang Dagangan

bawah bendera Portugis dan 5 di bawah Spanyol. 1 sampai 50 kapal dari kapal Inggris pindah tempat. Terkait dengan perusahaan dagang Inggris EIC, sisa pedagang lainnya berasal dari India. 47 Nomer keberangkatan kapal, dari kapal yang pindah di bawah perlindungan VOC yang juga memperlihatkan dengan tegas, bahwa Batavia dengan sungguh-sungguh bekerjasama dalam hal perniagaan besar di Pulau Jawa. Semarang ketinggalan jarak jauh di bawah tempat kedua, sedangkan pelabuhan lain tercatat hanya pindah sedikit setiap tahunnya. Tabel 6: Perkiraan Isi Tonase Dari Total Jumlah Kapal yang Kedatangan dan Keberangkatan Di 15 Pelabuhan. 48 Jika kami lihat total isi kapal di Tabel 6, sedikit berbeda dari Tabel 5 yang dihasilkan oleh kapal yang pindah, dengan Batavia melebihi Semarang di bawah Surabaya, Gresik, dan Rembang. Di Batavia sangat jarang dimasuki kapal dari 47 lihat Gerrit J. Knaap, Shallow Water, op. cit., 48 Gerrit J. Knaap Shallow Water, op. cit., 46 Bukan VOC VOC Total VOC Banyuwangi 800 300 1.100 27 Pasuruan 900 300 1.200 25 Sumenep 6.500 300 6.800 4 Bangkalan 3.300 300 3.600 9 Surabaya 11.700 6,200 17.900 35 Gresik 11.600 6.300 17.900 35 Rembang 10.600 8.600 19.400 44 Juwana 8.000 7.200 15.200 47 Jepara 3.000 6.500 9.500 68 Semarang 25.000 28.900 54.400 53 Pekalongan 5.200 4.400 9.600 46 Tegal 2.300 4.900 7.200 68 Cirebon 7.300 3.100 10.400 30 Batavia 48.400 79.000 127.400 62 Banten 5.400 4.300 9.700 44 jumlah 1 kapal sampai 50 kapal yang isinya bukan kapal milik dari VOC adalah ditempati oleh kapal asing dari Eropa. Keadaan Batavia dan Semarang, sampai kelihatan kategori bukan VOC, hal ini mendorong dasar kepemilikan kapal VOC. Di sektor kapal bukan pengawasan VOC, Batavia bertanggung jawab antara 1 kapal sampai 3 perjalanan pelayaran menyusuri Pantai Utara Pulau Jawa di 15 pelabuhan, sedangkan di sektor VOC, antara 1 kapal sampai ½ perjalanan yang membawa isi barang dagangan. Di dalam tabel 3 menjadi terlihat yang kian berbeda antara pelabuhan dari rata-rata isi kapalnya pindah disektor utama antara 5 kapal sampai 25 kapal. Nilai tertinggi tersebut merupakan perjalanan pelayaran mencapai 21 kapal sampai 27 kapal, untuk masuk ke Batavia, lalu hingga kapal keluar membawa tonase barang dagangan sebagai mitra dagang dengan Asia dan Jepara. Penjelasan ini memiliki nilai rata-rata tinggi dari Jepara, ini merupakan rute pelayaran Batavia yang amat penting. Di pelabuhan Batavia rata-rata dari kapal yang bergerak ke Eropa kurang lebih 175 kapal dan membawa barang muatan. Ketika kapal untuk pindah dari VOC, maka hal ini mengalami kesulitan untuk berhubungan melalui informasi yang kurang dari pihak VOC. Bagian informasi ini juga masih aktif yang disebutkan sebagai hubungan wilayah lokal antar-pulau. Hal ini memungkinkan, 300 kapal tiap rata-ratanya sampai dengan 400 kapal yang sudah memiliki akses dengan 15 pelabuhan terbesar di Pulau Jawa. Dalam kurun waktu 1774 sampai tahun 1777, yang disebut VOC ‘eropa’, dari 600 kapal yang minggu lalu melakukan perjalanan pelayaran di Batavia. Hanya beberapa minggu di Batavia, Belanda melakukan ekspedisi menuju Canton di Cina. Isi kapal VOC di 15 pelabuhan diperkirakan mencapai sejumlah 160.100 kapal dengan total isi tonase 311.300 ton lebih, atau 52. Ada variasi dari pelabuhan ke pelabuhan lain, tetapi antara 25 dan 60 kecuali jalan pelayaran ke Sumenep dan Bangkalan, dimana VOC diperkirakan menjadi yang tak berarti, alasannya jalan lokal mengharuskan untuk membawa rombongan ke Gresik di bawah suplai untuk VOC di atas pulau. Dilain pihak ada 3 pelabuhan yang mana mempunyai 60 ditingkat Batavia, yaitu Tegal, dan Jepara. Untuk Batavia ditemukan fungsi setengah pelabuhan dari Belanda ini terlihat sangat alami. Jepara dan Tegal melanjutkan perjalanan perlayaran sebagai mitra dagang dengan pelabuhan ke pihak VOC. Selama 17 tahun lamanya VOC tinggal di 15 pelabuhan, sesudah tahun 1680 meninggalkan posisi Semarang. VOC bagaimanapun meninggalkan ketertarikkan perjalanan pelayaran untuk wilayah lokal seperti di Jepara. Pihak VOC, menginginkan pasokan kayu jati dari Jepara sebagai mitra dagang dengan Batavia.

A. 2. Perdagangan Batavia dari Darat hingga Laut

Perdagangan maritim Batavia dari darat hingga laut diupayakan oleh Belanda. Seringkali dapat dijadikan pijakan oleh para pedagang pribumi seperti Banten, Demak, Tuban dan lain sebagainya. 49 Mereka bertemu di daratan Batavia dengan menggunakan kereta kecil yang terbuat dari kayu yang didorong oleh pihak yang menolongnya. Selain itu, dapat juga dengan berjalan kaki dengan 49 Adolf Heuken SJ, op. cit., hal 18 dan hal 22 menempuh jarak yang begitu jauh sambil meminggul beban berat dipundaknya disebelah kiri dan kanan hingga terasa lelah karena membawa hasil agraris untuk diperdagangkan di perairan Batavia. Hal ini diupayakan oleh pedagang-pedagang kecil guna menyusuri Sungai Ciliwung dan kanal kecil ataupun kanal besar kali besar yang dibuat oleh Belanda untuk memudahkan transaksi perdagangan yang bercorak maritim dari daratan hingga ke seberang lautan. Keberadaan kanal kecil dan kanal besar tersebut dimanfaatkan sebagai awal pedagang melakukan transaksi barter sebagai bentuk penyaluran barang dagangan ke arah pasar, ataupun sebagai bentuk transaksi dengan pedagang-pedagang ke daerah pedalaman. Bahkan kadang- kadang langsung dengan nelayan. Di antara barang-barang yang dibawa dari Muara Angke Jakarta Utara dan diteruskan ke Perairan Batavia, adalah barang- barang porselin dan teh milik orang Cina yang akan diperjual-belikan di tempat tersebut. 50 Sebaliknya barang-barang dagangan yang baru saja tiba di Perairan Batavia dan sekitarnya terutama karena mengandalkan kinerja masyarakat pribumi dan melayu yang hidup di sekitar perairan Batavia. Semenjak tampilnya Batavia di dunia perdagangan maritim, besar kemungkinan Batavia tidak berdiri sendiri dan berkomunikasi baik akan tetapi dibantu oleh VOC dan didukung oleh 13 Pelabuhan utama seperti Cirebon, Semarang, Demak, Rembang, Tuban, Pasuruan, Gresik, Surabaya, Probolinggo, Panarukan, Pamekasan dan Buleleng yang akan menuju ke arah pintu gerbang perairan Batavia. VOC telah memainkan peranan penting di Batavia dalam 50 Adolf Heuken SJ, op. cit., hal 8 dan hal 10 transaksi perdagangan yang bercorak maritim baik yang meliputi hasil agraris maupun hasil laut yang akan dipasarkan ke Batavia. 51 Di samping itu terdapat beberapa jumlah pelabuhan lain yang hanya sebagai pendukung dan memasok kebutuhan hasil bumi, beras, emas, dan lain sebagainya. Dalam transportasinya masih menggunakan perahu-perahu dagang ataupun kapal dagang yang berlayar dan berdagang ke arah Banten, Rembang, Gresik dan Surabaya untuk menyuplai barang dagangan ke tempat yang di tuju yaitu Batavia. 52 Nelayan juga mendukung kelancaran dan memakai sarana penunjang semisal sarana transportasi ke arah pedalaman, melewati tepian sungai yang dilayari kapal dagang dan perahu dagang guna menyusuri Sungai Ciliwung, terkadang terdengar bahwa orang dari Sumatra dan Bugis ikut memperlancar sarana perdagangan maritim. Sebagian lagi bersandar di tepi Pantai Batavia atau untuk melakukan transaksi perdagangan maritim dengan Pribumi, Melayu, Malaka, India, dan berbagai pedagang asing hingga banyak berdatangan ke Batavia. 53 Mereka membawa barang-barang dagangan yang dapat ditukarkan dengan para pedagang di sekitar Pantai Batavia yang diikuti oleh kapal-kapal dagang milik Belanda untuk menukar muatan dengan barang dagangan lainnya. Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi arus tukar-menukar barang dagangan dengan pegawai Belanda dan armada dagang Belanda dan kegiatan perdagangan maritim 51 Lihat D. Maclntyre, Sea Power in the Pacific: A History from the Sixteenth Century to the Present Day London: Baker, 1972, 1-48 52 Angka-angka ini diambil dari J. R Bruijn, F. S Gaatra, dan I Schoffer ed, Dutch Asiatic Shipping in the 17 th en 18 th Centuries, Rijks Geschiedkundige Publicatien, Groote Serie 165-167 3 Jilid; Den Haag, 1979 en 1987 tentang perdagangan maritim 53 Lihat Thomas Stamford Raffles, op. cit., hal 120-121