PENUTUP Batavia sebagai kota dagang pada abad XVII sampai abad XVIII
                                                                                kegiatan  berlayar  maupun  dalam  kegiatan  berdagang,  hingga  terjadinya perkembangan penyebaran agama Islam dan adanya penguasa lokal.
3
Penyebaran  agama  Islam  yang  telah  memainkan  peranan  penting  bagi pelayaran dan perdagangan di kawasan Laut Jawa. Situasi ini yang memunculkan
perkembangan  pelabuhan-pelabuhan  di  sepanjang  Pantai  Utara  Jawa,  seperti  : Banten,  Sunda  Kalapa,  Demak  dan  sebagainya.  Selain  itu  juga  para  pedagang
yang berasal dari Arab, Cina, India, Persia, Turki atau dari Asia lainnya. Selanjutnya, dengan datangnya orang Eropa melalui jalur laut yang diawali
oleh  Vasco  da  Gama  Portugis,  pada  tahun  1497-1498  yang  telah  berhasil berlayar  dari  Eropa  ke  India  melalui  Tanjung  Harapan  Cape  Town  di  ujung
Afrika  Selatan.
4
Termotivasi  bangsa  Eropa  untuk  berdagang  ke  seberang  lautan yang  melewati  Afrika  ke  India;  yang  dilanjutkan  ke  Asia  Tenggara,  Cina,  dan
Jepang.  Pelayaran  dan  perdagangan  mempunyai  arti  sebagai  suatu  perluasan hubungan  antara  Timur  dengan  Barat.  Ketika  saatnya,  orang  Eropa  datang  ke
Nusantara  seperti  Portugis,  yang  kemudian  disusul  oleh  bangsa  Spanyol,  dan Belanda.  Bangsa  Portugis  datang  ke  Nusantara  memiliki  tiga  motivasi  yaitu;
sebagai  petualang,  ekonomi,  dan  agama.  Berbeda  dengan  bangsa  Belanda  yang mempunyai dua motivasi yaitu, ekonomi dan petualang.
3
Hans- Dieter Evers,  “Tradisional trading networks of  Southeast  Asia”, dalam Archipel
35  1988  92.  Karya  yang  sama  dapat  juga  dilihat  pada    Hans- Dieter Evers, “Traditional trading
networks of Southeast Asia” [Working Paper No. 67] Bieleveld: University of Bielevel, 1985,
hlm.  5-6.  dalam  Singgih  Tri  Sulistiyono, Konsep  Batas  Negara  Di  Nusantara  Kajian Historis’’
Yogyakarta;  Hasil penelitian yang dibiayai oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, 2009, hal. 225
4
Singgih Tri Sulistiyono, op. cit., hal. 225
Pada  tahun  1602  VOC  datang  ke  Nusantara,  merupakan  penggabungan enam  Kamers  di  Amsterdam,  Middelburg  untuk  Zeeland,  Enkhuizen,  Delft,
Hoorn  dan  Rotterdam.  Setelah  Compagnie  van  Verre  yang  berpangkal  di Amsterdam menyelenggarakan ekspedisi pertama
5
yang di pimpin oleh Cornelius de Hautman bersaudara tahun 1596 pertama kali tiba di Banten, mereka disambut
dengan  sangat  ramah  setelah  mendaratkan  kapal  dagang  di  Pelabuhan  Banten,
6
kemudian disambut oleh penguasa-penguasa Banten. Namun  dengan  adanya  persaingan  dagang  dengan  pihak  setempat,
kemudian  Belanda  merebut  Jayakarta  pada  tahun  1619.
7
Menurut  data  sejarah, di  bawah  pimpinan  Jan  Piterszoon  Coen,  para  pedagang  Arab,  Cina,  Persia,
India, dan lain sebagainya sudah terbiasa dengan perdagangan bebas.
8
Setelah  Jayakarta  berganti  nama  menjadi  Batavia,  kemudian  Belanda berkuasa  penuh  atas  wilayah  tersebut.  Perkumpulan  dagang  ‘atau’  VOC  di
Batavia  membangun  pelabuhan  dengan  menyediakan  bandar  di  Pelabuhan Batavia.  Pelabuhan  Batavia  menyediakan  Syahbandar  untuk  menarik  bea  dan
cukai hingga jumlah barang dagangan dapat diketahui dan dicatat di dalam negeri Batavia. Hal tersebut sebagai tindakan pengawasan barang-barang dagangan yang
ke luar-masuk di Pelabuhan Batavia. Selain itu, Batavia dapat menjalin hubungan
5
Onghokham, ‘’Kelas Penguasa Menerima Kolonialisme’’ dalam Prisma, No. 11, 1984 tahun XIII
6
Prof. Dr. Adrian. B Lapian,  Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17 Jakarta: Komunitas Bambu, 2009, hal. 90
7
Bernard H. M. Vlekke,   Nusantara: Sejarah Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 2008, hal. 37-40
8
Susan Abeyasekere, Jakarta A History, Oxford Newyork: Oxford University, 1987, hal. 8
                                            
                