terhadap pengelolaan tiap barang-barang dagangan dalam usaha-usaha Syahbandar pelabuhan dari sejumlah aktivitas perdagangan maritim agar bisa
pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif, efisien dan profesional sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang lebih
murah dan terjangkau. Pada dasarnya, upaya-upaya pelayanan Pelabuhan Batavia oleh Belanda dan
pembantunya yang diberikan mandat untuk mengurusi Pelabuhan Batavia untuk melayani kapal, muatan barang dagangan, dan penumpangnya secara tepat dan
maksimal, terlebih atas kapal-kapal asing dunia luar yang pernah singgah. Hal ini, sebagai aktivitas perdagangan maritim yang memakai sarana transportasi laut
seperti perahu dagang dan kapal dagang, dan selain itu memfungsikan pelabuhan sebagai lalu-lintas angkutan perahu dan kapal.
Dengan demikian barang dagangan yang diangkut dengan kapal dagang dan perahu dagang dapat dimasukkan ke atas kapal yang kemudian dipindahkan ke
tempat lain dengan cara diangkut dengan perahu dagang. Barang yang diangkut tersebut atas perintah Pemerintah Batavia.
45
Oleh karena itu, Pelabuhan Batavia pada saat itu menunjuk pegawai Belanda bekerjasama dengan Plakaat untuk membuat jadwal, untuk mengurusi
berbagai kepentingan, untuk saling bertemu di Pelabuhan Batavia di bawah kendali Belanda, bea dan cukai ekspor dan impor, penempatan barang-barang di
dermaga Pelabuhan Batavia, aktivitas syahbandar dan kegiatan-kegiatan lainnya.
45
Bernard H. M. Vlekke, op. cit., hal. 150-152 dan Menurut Nia seorang pegawai Arsip Nasioanal Republik Indonesia, yang telah membantu menerjemahkan Arsip Beviendingen op de
eisen, ini di simpan serinya tidak lengkap dalam arsip Kamer Zeeland Archief, VOC 13472- 13508
Atas dasar itu, dapat dikatakan bahwa aktivitas pelabuhan adalah sebagai salah satu bentuk aktivitas yang membangkitkan aktivitas perdagangan suatu wilayah
karena merupakan bagian dari mata rantai transportasi perahu dagang dan kapal dalam membawa barang logistik barang dagangan.
1. 4. Pemungutan Bea Cukai
Bea dan Cukai adalah sebagai bentuk pemungutan perjalanan kapal yang cukup jauh bagi perahu dan kapal dagang yang masuk ke pelabuhan Batavia.
Dengan adanya pemungutan bea dan cukai di Pelabuhan Batavia yang ditetapkan
pada tanggal 1 Oktober 1620 oleh Pemerintah Batavia dengan mengundang Plakaat untuk mengurusi bea dan cukai atas barang-barang yang keluar-masuk di
Pelabuhan Batavia, maka mengenakan tarif cukai untuk pertama kalinya yang diatur oleh Pemerintah Batavia diperkuat orang-orang Belanda. Aturan ini berlaku
sampai tahun 1671 dengan besaran bea dan cukai 5 dari nilai mata dagangan, yang terdiri dari makanan sehari-hari, bahan makanan, minuman, barang-barang
dagangan, dan lainnya, yang didatangkan dari dalam negeri maupun luar negeri.
46
Pelabuhan Batavia yang pada saat itu masih dikendalikan oleh Belanda, dan Plakaat, mengungkapkan terdapat 84 jenis mata dagangan yang dikategorikan
secara umum seperti benang, bermacam-macam barang dagangan Cina, kapuk, kapas, nila, kesumba, katut, arang, pinang, sagu, segala macam buah-buahan
segar, tembakau, gula, barang-barang keperluan rumah tangga, pakaian, laken, gajah, arak, merak, unggas, itik dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat 22 jenis
barang dagangan yang terdiri dari beras, kemenyan, lada, pala, cengkeh, bahan
46
Dagh-Register 1674, hal. 30-31 dalam Tawalinuddin Haris, Kota dan masyarakat Jakarta dari kota Tradisional ke kota Kolonial Abad XVI-XVIII, cet pertama Jakarta: Wedatama,
2007, hal. 192
kapur, lilin, kapur barus, kayu sandel, air, perak, intan, dan merah delima. Barang- barang dagangan yang diimpor cukainya besarnya 5 tetapi untuk yang sebesar
diekspor sebesar 10 . Semenjak itu, Plakaat juga mengungkapkan pengangkatan pejabat harus dengan memungut pajak ontvanger dan seorang Syahbandar
Pelabuhan Batavia hanya diberikan surat jalan untuk menyusuri jalan laut dan memungut cukai impor dan ekspor. Tetapi pada tahun 1620, Syahbandar
mengangkat sebagai ontvanger yang memegang penerimaan kas bea dan cukai yang di dapatkan dari Kapten Cina.
47
Di Pelabuhan Batavia, pada tanggal 1 Januari 1621 VOC menaikkan tarif bea cukai dari 5 atau 10 berubah menjadi 20 dari jenis buah-buahan dan
makanan. Pada zaman Janderal Van Diemen, tarif cukai menurut Coen dinaikkan kembali menjadi 10 dan diturunkan kembali menjadi 5 seperti awalnya. Coen
mengenakan biaya tarif cukai sebesar 5 untuk impor dan 10 untuk ekspor. Pada masa Gubernur Jenderal Matsuker diadakan perubahan kembali.
Pemungutan cukai didasarkan pada berat barang dagangan dan dihitung sesuai dengan nilai barang dan dinaikkan menjadi 5 dan berubah seketika menjadi 10
, 15 dan 20 , sesuai aturan yang berlaku pada masa Coen.
48
Ada sejenis barang dagangan yang dilarang saat itu seperti candu dan arak. Ini disebabkan
adanya monopoli barang dagangan tersebut. Pemerintah Batavia menerapkan tarif Cukai di Pelabuhan Batavia untuk ekspor dikenakan biaya tarif sebesar 10
47
Tawalinuddin Haris, op. cit.., hal. 192
48
Plakaatboek van Naderlandsch Indie, II, 1642-1670, hal. 77-78. Jenis ukuran yang dimaksud dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, ukuran berat, seperti las, kati, koyan, dan ton.
Kedua, ukuran jumlah, seprti pikul, bahar, keranjang, tong, peti, botol, bilah, potong, karung, tempayan, dan leger, Ketiga, ukuran panjang seperti elo dan roede, periksa Mr. S. Keijzer, Ibid,
hal. 562-563 dalam Tawalinuddin Haris, op. cit., hal. 194
sedangkan arak 5 . Impor lada dikenakan biaya cukai ¼ ringgit per-pikul, pala masuk daftar pesanan, tetapi tidak terdaftar dalam tarif. Kain dikenakan 10
untuk impor dan 5 untuk produk-produk sutera dan sejenis sutera lainnya. Sutera kasar Persia dan Benggala dikenakan tarif cukai 10 ringgit impor ataupun
ekspor, dan sutera Cina dan Tonkin 10 ringgit impor ataupun untuk ekspor.
49
Dari uraian di atas bahwa Pelabuhan Batavia telah mengenakan pajak bagi pedagang-pedagang asing berkisar 5 hingga mencapai 20 untuk yang berasal
dari pedagang Gujarat, Persia, Cina, Turki, Pegu, Birma atau Myanmar, dan Keling.
50
Sementara para pedagang dari Pulau Jawa akan dikenakan biaya pajak sebesar 6, ini merupakan kewajiban yang harus dibayar dari setiap pedagang
yang masuk ke Pelabuhan Batavia.
51
Penerapan peraturan menimbulkan transaksi barang dagangan mengalami kesulitan. Namun demikian para pedagang tetap berdatangan dengan membawa
muatan barang dagangan dalam skala besar dan proses bongkar muat barang dagangan diupayakan tetap kondisi sehat sehingga tetap bermutu dan terjamin dari
kualitasnya.
D. Hubungan Pelayaran dan Perdagangan Masyarakat Batavia dengan Dunia Luar.
Bukan tanpa alasan Belanda memilih tempat ini sebagai ibukota mereka. Seperti menurut Adam Smith, bahwa Tanjung Harapan yang menjembatani Eropa
49
Tawalinuddin Haris, op. cit., hal. 195
50
Menurut Nia seorang pegawai Arsip Nasioanal Republik Indonesia, yang telah membantu menerjemahkan Arsip Beviendingen op de eisen, ini di simpan serinya tidak lengkap
dalam arsip Kamer Zeeland Archief, VOC 13472-13508
51
Lihat J.C. van Leur, op. cit., hal. 67 dalam Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, op. cit., hal. 144