Gerakan DITII di Jawa Tengah Gerakan DITII di Kalimantan Selatan

dijatuhi hukuman mati pada tanggal 16 Agustus 1962. Dengan demikian berakhirlah petualangan gerakan DITII di Jawa Barat

b. Gerakan DITII di Jawa Tengah

Selain di Jawa Barat, gerakan DiTII pun berkembang di daerah Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah yang berpangkat Jenderal Mayor pada tentara Islam Indonesia TII. Daerah petualangan gerombolan itu meliputi daerah Brebes, Pekalongan dan Tegal. Proklamasi berdirinya Negara Islam di Jawa Tengah ini berlangsung pada tanggal 23 Agustus 1949, dan menyatakan merupakan bagian dari NII yang diproklamasikan di Jawa Barat pimpinan Kartosuwiryo. Untuk menumpas petualangan gerakan DITII di Jawa Tengah, pemerintah membentuk komando operasi yang diberi nama Gerakan Banteng Negara GBN pada bulan Januari 1950 di bawah pimpinan Kolonel Sarbini, Letkol M. Bahrum, dan Letkol Ahmad Yani. Namun operasi ini tidak berhasil, karena kedudukan DITII semakin kuat, disebabkan adanya kalangan militer resmi yang bergabung dengan kaum pemberontak. Komandan Brigade Pragolo mengambil langkah untuk menumpas gerakan tersebut. Untuk tugas khusus ini, panglima operasi membentuk pasukan khusus Banteng Raiders dengan mengerahkan satuan-satuan kavaleri, zeni, artileri, dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara AURI. Dengan operasi yang dilakukan itu akhirnya gerakan DITII Jawa Tengah berhasil ditumpas pada awal tahun 1952.

c. Gerakan DITII di Kalimantan Selatan

Gerakan DITII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar yang merupakan bekas anggota TNI yang berpangkat Letnan Dua. Ia membelot karena terpengaruh suasana politik saat itu. Pada tanggal 10 Oktober 1950 Ibnu Hajar memperokalmasikan berdirinya DITII di Kalimantan Selatan yang merupakan bagian dari NII dan DITII yang diilhami oleh S.M. Kartosuwiryo di Jawa Barat. Untuk memperkuat kedudukannya, Ibnu Hajar membentuk kesatuan komando yang dinamakan Kesatuan Rakyat Tertindas. Aktivitas kesatuan ini melakukan pengacauan dan terror terhadap rakyat di Banjawmasin dan sekitarnya dengan maksud untuk meruntuhkan keduduka n pemerintahan yang sah. Untuk memadamkan pemberontakan Ibnu Hajar itu, pemerintah menempuh dua upaya yaitu upaya damai dan operasi militer. Sewaktu upaya damai dilakukan, pemerintah berhasil mengajak Ibnu Hajar untuk menghentikan petualangannya dan kembali ke kesatuan TNI. Namun, setelah bergabung dan memperoleh kembali persenjataan, Ibnu Hajar kembali melanjutkan petualangannya. Akhirnya pemerintah elakukan operasi militer dengan mengirimkan sejumlah kesatuan-kesatuan pasukan TNI yang siap tempur. Pada tahun 1959, tokoh utama gerakan DITII di Kalimantan Selatan itu berhasil dibekuk. Kemudian ia diajukan ke Mahkamah Militer untuk diadili. Tanggal 22 Maret 1965, Ibnu Hajar dihukum mati oleh regu tembak. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

d. Gerakan DITII di Sulawesi Selatan