Namun dalam kenyataan mengenai gerakan separatis yang terjadi di Indonesia selalu menggunakan self determination sebagai dasar gerakan, untuk
memperjuangkan kemerdekaan mereka. Maka, dalam penyelesaian permasalahan gerakan separatis ini, Pemerintah Indonesia harus memperhatikan norma dasar
Hukum Internasional umum yang secara tidak langsung juga mempengaruhi kedaulatan Negara dalam hal kebijakan-kebijakan dan tindakan-tindakan yang
akan diambil. Hal di atas membuat penulis tertarik untuk membahas masalah gerakan separatis yang menggunakan self determination sebagai dasar gerakan
dalam skripsi ini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dan untuk memfokuskan pembahasan dalam penulisan ini, maka pokok permasalahan yang akan menjadi objek pembahasan
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah pengaturan norma dasar Hukum Internasional umum Jus Cogens dalam Huku m Internasional?
2. Bagaimanakah penerapan norma dasar Hukum Internasional umum Jus
Cogens dalam penyelesaian gerakan separatis di Indonesia? 3.
Bagaimanakah pengaruh penerapan norma dasar Hukum Internasional umum Jus Cogens terhadap integritas teritorial dan kedaulatan
Indonesia?
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan a. Tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaturan mengenai norma dasar
Hukum Internasional umum jus cogens dalam Huku m Internasional.
2. Untuk mengetahui penerapan norma dasar Hukum Internasional umum
jus cogens dalam penyelesaian gerakan separatis di Indonesia. 3.
Untuk mengetahui pengaruh penerapan norma dasar Hukum Internasional umum jus cogens terhadap integritas territorial dan kedaulatan Indonesia.
b. Manfaat penulisan skripsi ini adalah:
1. Manfaat secara teoritis
Memberikan sumbangan akademis bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya, dan Hukum Internasional pada khususnya. Serta memberikan
sumbangan akademis dalam merumuskan peraturan perundang-undangan tentang penyelesaian masalah gerakan separatis dimasa yang akan datang
Constituendum maupun dalam penerapannya agar sesuai dengan cita-cita bangsa dan hukum internasional dan yang terpenting adalah tidak melanggar hak asasi
manusia dalam menentukan nasib sendiri.
2. Manfaat praktis
Membantu aparat penegak hukum dan pemerintah dalam menerapkan hukum untuk menyelesaikan masalah gerakan separatis yang ada di Indonesia,
juga memberikan kajian akademis bagi para pihak terutama yang berkecimpung dalam kelompok-kelompok aktivis hak asasi manusia agar dapat memandang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
masalah gerakan separatis yang menggunakan hak menentukan nasib sendiri sebagai dasar gerakan lebih objektif dan jelas.
D. Keaslian Penulisan
Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat pengambilan gelar Sarjana, maka seyogyanya skripsi diutulis berdasarkan buah
pikiran yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan plagiat baik sebagian ataupun keseluruhan dari karya orang lain. Judul yang penulis pilih telah
diperiksa dalam arsip bagian Hukum Internasional dan judul tersebut dinyatakan tidak ada yang sama dan telah disetujui oleh Ketua Bagian Hukum Internasional.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata penerapan yang berasal dari kata dasar “terap” memiliki beberapa arti yaitu menunjukkan suatu proses,
cara yang merupakan perbuatan menerapkan, bisa juga berarti pemasangan, pemanfaatan yang merupakan perihal mempraktekkan.
Maka, yang dimaksud penerapan dalam tulisan skripsi ini adalah menerapkan kaidah-kaidah yang terdapat dalam norma dasar hukum internasional
umum dalam menyelesaikan permasalahan yang dimaksud, yaitu gerakan separatis.
2. Norma Dasar Hukum Internasional Umum Jus Cogens
Beberapa ahli hukum internasional memberikan defenisi yang berbeda mengenai jus cogens, hal ini sesuai dengan sudut pandang mereka menganalisa
jus cogens itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
J.G. Starke
11
Rozakis mengemukakan pendapatnya bahwa jus cogens adalah
himpunan prinsip atau norma yang menentukan premptory yang tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu bisa berlaku untuk membatalkan suatu traktat atau
persetujuan diantara Negara-negara, apabila tidak konsisten dengan suatu prinsip atau norma tersebut.
Dalam garis besarnya Starke menganalogikan konsep jus cogens sebagai prinsip “kebijaksanaan umum” yang pada hukum adat common law membuat
suatu kontrak menjadi batal jika bertentangan dengan prinsip tersebut. Ia juga menegaskan kesulitan utama mengenai ketentuan jus cogens itu sendiri adalah
pengidentifikasian norma-normanya.
12
Ian Brownlie dalam bukunya Principles of Public International Law, edisi keempat Oxford: Claarendon Press, 1990 mendefefnisikan jus cogens sebagai
“….rules of costumary law which cannot be side aside by a treaty of accuisence but only by formation of subsequent costumary rules of contrary effect”. Ia juga
memberi contoh dari aturan-aturan yang bertantangan dengan jus cogens, memberikan arti norma jus cogens itu sebagai suatu norma
hukum internasional umum yang telah diterima oleh masyarakat internasonal secara keseluruhan. Norma hukum internasional disini diartikannya sebagai norma
yang diterapkan kepada sebagian besar Negara-negara karena telah diterima sebagai suatu hal yang mengikat dan terhadap norma tersebut tidak boleh
dilanggar.
11
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Edisi kesembilan, Aksara Persada Indonesia, 1984, hal. 51
12
Baca: Yudha Bakti., Pengertian Jus Cogens dalam Konvensi Wina 1969 Tentang Hukum Perjanjian., Dalam Majalah Padjajaran, Kwartal I-No.I1981, hal. 42
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
misalnya perang agresi, pelangaran terhadap hukum genocide, perdagangan perbudakan, pembajakan, kejahatan-kejahatan yang bertentangan dengan
kemanusiaan, pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hak menentukan nasib sendiri. Menurut Schwarzenberger
13
3. Gerakan Separatis
, untuk membentuk suatu jus cogens internasional, maka suatu aturan hukum internasional harus memiliki sifat-sifat
universal atau asas-asas yang fundamental, misalnya asas-asas tersebut mempunyai arti penting luar biasa exceptionally significant dalam hukum
internasional disamping mempunyai arti penting “istimewa” dibanding dengan asas-asas lainnya.
Selain itu ia menegaskan pula bahwa asas-asas tersebut merupakan bagian esensial dari sistem hukum internasional, atau mempunyai karakteristik yang
merupakan refleksi dari hukum internasional yang berlaku.
Kata separatis berasal dari bahasa Inggris, yaitu “separate”, yang dalam kata kerja transitip berarti “memisahkan”, dan dalam kata kerja intransitip berarti
“berpisah”. Sedangkan orang yang ingin memisahkan diri disebut separatist
14
13
Ibid, hal 43
14
John M. Echols dan Hasan Shadily, 1990. Kamus Inggris-Indonesia, PT Gramedia Jakarta. Hal. 514.
. Gerakan separatis sering juga disebut sebagai gerakan pembebasan atau
Liberation movements. Gerakan berarti usaha atau kegaitan lapangan sosial politik, dsb dan pembebasan berarti membebaskan. Gerakan separatis dapat
diartikan usaha untuk membebaskan diri dalam kapasitas kelompok dari ketidakadilan, penindasan yang dilakukan oleh Negara penjajah atau pemerintah
yang berkuasa.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4. Self Determination atau Hak Menentukan Nasib Sendiri
Self determination atau hak untuk menentukan nasib sendiri merupakan hak asasi manusia yang fundamental dan tidak terpisahkan dari diri seorang
manusia. Hak ini dicantumkan sebagai pasal pertama oleh masyarakat internasional dalam dua instrument utama hak asasi manusia perjanjian
internasioal mengenai hak-hak sipil dan politik, dan perjanjian internasional mengenai hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, mengingat pentingnya hak ini
bagi tatanan internasional dan perlindungan hak-hak individu, Mahkamah Pengadilan Internasional mengakui self determination sebagai hak asasi manusia
yang paling penting dan “menyangkut semua Negara”. Berdasarkan International Covenant on economic, Social and Cultural
Rights, menyatakan bahwa semua rakyat mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan meneyerukan kepada semua Negara, termasuk Negara-
negara yang bertanggung jawab atas pemerintahan wilayah yang tidak berpemerintahan sendiri dan wilayah perwalian untuk memajukan perwujudan
hak tersebut. Lebih lanjut disebutkan bahwa semua bangsa mempunyai hak menentukan nasib sendiri yang memberi meraka kebebasan untuk menentukan
status politik dan untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan perjuangan dari bangsa-bangsa untuk berjuang melawan suatu tindakan kekerasan yang
dilaksanakan dalam rangka menentukan nasib sendiri merupakan suatu tindakan yang sah menurut hukum; dalam hal ini bangsa-bangsa tersebut berhak untuk
mencari dan menerima dukungan sesuai dengan prinsip dan tujuan yang tercantum dalam piagam PBB..
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Hak menentukan nasib sendiri merupakan hak yang sulit ditentukan dalam hukum internasional dan ada beberapa kontroversi yang sangat penting terhadap
parameter yang tepat dari hak ini. Penerapan dari hak menentukan nasib sendiri juga menimbulkan perdebatan. In the drafting process, several states questioned
the value of this right in the post-colonial world. Many states were particularly concerned that minority group within independent states may use this right as
basis of their claim to secession
15
F. Metodologi Penelitian
. saat proses pembuatan draf, beberapa Negara mempertanyakan peranan dari hak ini pada masa dekolonisasi. Banyak Negara
sangat mengkhawatirkan bahwa kelompok minoritas dari sebuah Negara merdeka menggunakan hak ini sebagai dasar untuk mengklaim secession.
a. Tipe Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah berupa penelitian doctrinallegal research. Penelitian hukum normatif legal research ini terdiri dari inventarisasi
hukum positif, penemuan asas-asas dan dasar falsafah hukum positif serta penemuan hukum in concreto
16
. Menurut Pollack
17
Dalam penelitian ini norma huku m in abstracto diperlukan mutlak untuk berfungsi sebagai premis mayor, sedangkan fakta-fakta yang relevan dalam
perkara dipakai sebagai premis minor, sehingga melalui silogisme akan diperoleh bahwa tujuan pokok dari legal
research adalah hendak menguji apakah suatu postulat normatif tertentu memang dapat atau tidak dapat dipakai untuk memecahkan masalah hukum tertentu.
15
Javaid Rehman, 2003, International Human Rights Law A Practical Approach, England: Pearson Aducation Limited. Hal. 65.
16
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, hal. 13.
17
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 91.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sebuah konklusi, yaitu hukum in concreto yang dimaksud
18
b. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
. Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu mendapatkan deskripsi mengenai jawaban atas
masalah yang diteliti yakni dengan cara mengumpulkan berbagai bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan persoalan yang dibahas kemudian melakukan
pengkajian secara menyeluruh.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara lain berupa data sekunder yang memiliki kekuatan mengikat kedalam, yang terdiri
dari
19
1. Bahan hukum primer berupa produk-produk hukum berupa peraturan
perundang-undangan, yang dalam hal ini berupa konvensi-konvensi hukum internasional.
:
2. Bahan hukum sekunder berupa bahan acuan yang bersumber dari buku-
buku, majalah, surat kabar, media internet serta media massa lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3. Bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan sebagainya.
Cara mendapatkan data sekunder adalah dengan melakukan penelitian kepustakaan Library Research. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi dokumen dimana selanjutnya dilakukan analisis dengan mengumpulkan fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaan sebagai acuan umum dan
18
Ibid., hal. 91-92.
19
Ibid., hal 113-114.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan bahan-bahan hukum yang telah
dikumpulkan.
c. Analisis Data
Setelah data terkumpul, analisis dilakukan dengan menggunakan analisis isi sebagaimana dirumuskan oleh Berndl Berson
20
: “Content analysis is a research technique for the obyektive, systematic and quantitative description of the
manifest content of communication” Kajian isi adalah tehnik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif dari suatu
bentuk komunikasi, sedangkan menurut Holsti bahwa kajian isi adalah tehnik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan
karakteristik pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis. Secara keseluruhan analisis di atas dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif
untuk mengungkap secara mendalam mengenai pandangan dan konsep yang diperlukan dan kemudian akan diurai secara menyeluruh untuk menjawab
persoalan yang ada dalam skripsi ini, serta melakukan penarikan kesimpulan dengan pendekatan deduktif-induktuf, yakni berawal dari hal-hal yang umum
kepada hal-hal yang khusus.
20
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Hukum Kualitatif, Bandung: Remaja Karya, 1989. hal. 179
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
G. Sistematika Penulisan