Motivasi-Motivasi Gerakan Separatis Penerapan Norma Dasar Hukum Internasional Umum (Jus Cogens) Dalam Penyelesaian Gerakan Separatis di Indonesia Yang Menggunakan Self Determination Sebagai Dasar Gerakan

kepada pejuang kemerdekaan suatu alasan untuk berjuang. Kedua, gerakan-gerakan pembebasan membutuhkan suatu ideologi sistem kepercayaan yang membantu mereka untuk merencanakan perjuangannya secara koheren dan memungkinkan mereka untuk memperoleh keyakinan akan tujuannya. Akhirnya mereka membutuhkan kepemimpinan dan organisasi untuk mengkordinasikan usaha mereka, gerakan pembebasan yang berhasil selalu memiliki seorang pemimpin tangguh yang menjadi tokoh gerakan, seperti Ghandi di India. Bila di suatu Negara terjadi pemberontakan, dan pemberontakan tersebut telah memecah belah kesatuan nasional dan efektifitas pemerintahan, maka keadaan ini menempatkan Negara-negara ketiga dalam keadaan yang sulit terutama dalam melindungi kepentingan-kepentingan Negara-negara tersebut. Dalam hal ini muncullah system pengakuan belligerency. Negara-negara ketiga dalam sikapnya membatasi diri hanya sekedar mencatat bahwa para pemberontak tidak kalah dan telah menguasai sebagian wilayah nasional dan mempunyai kekuasaan secara fakta. Secara hukum internasional pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok orang untuk menuntut kemerdekaan disebut sebagai kaum belligerency atau kaum pemberontak atau yang lebih popular disebut gerakan separatis. Pemberontakan yang dilakukan juga harus memiliki pengakuan secara sah dari Negara ke-3. Gerakan separatis yang dianggap sebagai pemberontak, maka penanganannya diserahkan kepada jurisdiksi Negara dimana gerakan pembebasan tersebut melakukan kegiatannya.

B. Motivasi-Motivasi Gerakan Separatis

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Hukum internasional telah menjamin terhadap usaha kemerdekaan dari suatu bangsa tetapi tidak menjadikan setiap usaha untuk mencapai kemerdekaan itu dilegitimasi oleh hukum internasional. Usaha untuk mencapai kemerdekaan haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia. Gerakan pembebasan adalah cerminan hasrat untuk memerdekakan diri dari sebagian atau seluruh rakyat. Gerakan separatis sebenarnya hanyalah salah satu dari sekian banyak metoda atau cara yang digunakan oleh rakyat atau pihak yang ingin menjalanakan hak untuk menentukan nasib sendiri secara bebas, sebenarnya dalam konteks ini gerakan separatis tidak berbeda dengan jalan diplomasi dalam suatu usaha memperoleh kemerdekaan yaitu hanya sebagai salah satu jalan yang dirasakan akan memberikan hasil yang efektif. Karena dalam dunia internasional salah satu faktor penting dalam menjalin hubungan dengan Negara lain maupun dengan dunia internasional yaitu adanya pengakuan recognition dari pihak Negara lain dan dunia internasional. Oleh karena itu, salah satu faktor yang mendorong pihak yang ingin mendeklarasikan kemerdekaannya tersebut ataupun pihak yang ingin menjalankan hak untuk menentukan nasib sendiri tersebut menggunakan metoda gerakan separatis , maka hal tersebut secara tidak langsung akan menarik perhatian dunia internasional dan berharap setelah adanya perhatian dari dunia internasional, maka tahapan untuk mencappai kedudukan diakui oleh dunia internasional menjadi lebih mudah terwujud. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Meskipun itu tidak berlaku secara mutlak namun banyak Negara yang menjadi lebih tertarik untuk melihat terhadap permasalahan yang dihadapi pihak yang menginginkan pelaksanaan dari hak untuk menentukan nasib sendiri setelah mendengar adanya gerakan separatis yang didirikan pihak yang menginginkan kemerdekaan tersebut, dan juga banyak pihak yang beranggapan bahwa gerakan separatis tersebut adalah representasi dari pihak yang menginginkan kemerdekaan tersebut. Pada umumnya tuntutan dari gerakan separatis adalah pembentukan suatu Negara baru dengan melakukan pemisahan dari Negara asalnya, atau yang lebih sering disebut dengan istilah secession. Pengertian secession menurut Mahkamah Agung Kanada dalam kasus Secession Quebec 1998 adalah sebagai berikut 51 Secession is the antithesis of terytorial integrity. It occurs when part or an independent state or a non-self-governing territory separates itself from whole in order to become an independent state. Ethnic self-determination implies the possibility of secession, because if an ethnic group is difined as : “Secession is the effect of a group or section of state to withdraw itself from the political and constitutional authority of the state, whit a view to achieving statehood for a new territorial unit on the international plane. In federal state secession typically takes from of a territorial unit seeking to withdraw from the federation. Secession adalah pengaruh dari suatu kelompok atau sebagian Negara untuk menarik diri dari wewenang ppolitik dan konstitusi Negara, dengan pandangan untuk mencapai suatu unit teritori kenegaraan baru pada bidang internasioal. Dalam Negara federal, secession biasanya berbentuk unit teritori yang berusaha menarik dir dari federasi. Namun ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa secession adalah antithesis dari integritas teritorial suatu Negara. 51 www.lexum.umontreal.cacsc-sccenpub1998vol2html1998scr_0217.html Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara people then it has the right to determine its own political status. In exercising this right a group may decide to secede from the state of which it is part in order to from its own nation-state. Ethnic self-determination this represent a threat to the continued existence of state, and has as a result been largely repudiated by the international community 52 Dalam hukum internasional pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas teritorial dari suatu Negara yang berdaulat adalah sesuatu yang tidak diperkenankan, adalah suatu hal yang sudah jelas dan dapat dikatakan bahwa hukum internasional dibangun atas dasar kedaulatan dari Negara, karena meskipun subjek hukum internasional bukan saja hanya Negara namun ada pihak- . Secession adalah antitesis integrasi. Itu terjadi bila sebagian atau sebuah Negara berdaulat atau wilayah yang tidak memiliki pemerintahan sendiri memisahkan diri secara keseluruhan untuk menjadi Negara merdeka. Penentuan nasib sendiri etnik kemungkinan akan menghasilkan secession, karena jika kelompok etnik didefenisikan sebagai “people” maka mereka memiliki hak untuk menentukan status politiknya sendiri. Dalam menggunakan hak ini suatu kelompok bisa memutuskan untuk pisah dari Negara yang merupakan bagian dari negaranya sendiri. Penentuan nasib sendiri merupakan ancaman bagi kelanjutan bagi eksistensi Negara, dan dengan demikian tidak diakui terutama oleh masyarakat internasional. Dari beberapa pendapat mengenai defenisi secession tersebut dapat kita ambil garis besar dari apa yang dimaksud dengan secession yaitu suatu pemisahan wilayah yang merupakan bagian integral dari suatu Negara yang berdaulat dalam rangka untuk memisahkan diri dari yurisdiksi Negara yang bersangkutan untuk membentuk suatu Negara baru ataupun bergabung dengan Negara lain. Secession sering kali dianalogikan sebagai sesuatu yang ilegal karena dianggap akan merusak terhadap integritas teritorial dari suatu Negara yang berdaulat dan dianggap juga sebagai suatu yang akan mengganggu tatanan dunia internasional. 52 Thomas D. Musgrave. 1997. Self Determination and National Minorities. Oxford University Press. Hal 181. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pihak lain yang juga menjadi objek hukum internasional, namun tetap memegang peranan yang fundamental sebagai subjek hukum internasional yang utama. Oleh karena itu, secession sebagai suatu usaha untuk membentuk Negara baru di atas wikayah suatu Negara yang berdaulat da telah diakui oleh masyarakat internasional dapat dianggap sebagai suatu hal yang membahayakan tatanan dunia global. Mengenai motivasi-motivasi gerakan separatis di Indonesia akan dipaparkan pada pembahasan yang berikutnya.

C. Sejarah Gerakan Separatis di Indonesia