b Operasi 17 Agustus diarahkan ke Sumatera Barat. Kolonel Ahmad Yani
memimpin operasi yang berhasil menguasai kota Padang dan Bukit Tinggi pada tanggal 17 April.
c Operasi Saptamarga dipimpin oleh Brigadir Jenderal Djatikusumo untuk
daerah Sumatera Utara. d
Operasi Sadar di Sumatera Selatan dipimpin oleh Letnan Kolonel Dr. Ibnu Sutowo.
Pada akhirnya, gerakan separatis PRRIPermesta berhasil dilumpuhkan pada bulan Agustus 1958.
Konflik antara pemerintah Indonesia dengan gerakan separatis DITII, RMS dan PRRIPermesta yang telah dipaparkan di atas, belum melibatkan
masyarakat internasional, artinya bahwa konflik yang terjadi untuk menghadapi gerakan separatis tersebut masih bisa ditangani sendiri oleh pemerintah Indonesia.
Dari uraian yang memaparkan tentang gerakan separatis yang tidak berhasil mewujudkan hak menentukan nasib sendiri, maka kita dapat melihat
adanya pengaruh-pengaruh sebagai akibat dari kegiatan gerakan tersebut terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik secara internal maupun eksternal.
3. Gerakan Separatis Yang Berhasil Mewujudkan Hak Menentukan Nasib Sendiri Self Determination
1 Timor-Timur
Ketika sebuah Negara kehilangan sebagian wilayahnya, yang terjadi bukanlah sekedar perjalanan sejarah melainkan kepedihan. Inilah yang dialami
Indonesia ketika harus melepas Timor Timur dari pangkuan ibu pertiwi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Jauh sebelum Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia, pada 17 Juli 1976, wilayah ini telah tercerai berai oleh rentannya politik devide et impera.
Akibatnya selama 450 tahun Portugal mampu menancapkan kukunya di bumi Timor Timur. Dibawah pemerintahan Portugal banyak terjadi pemberontakan,
tetapi masih dapat dipatahkan. Pada tahun 1910 terjadilah pemberontakan terbesar dan terakhhir yang
dilakukan rakyat Timor Timur sebelum perang dunia II. Pemberontakan ini dikenal dengan perang Manufahi 1910-1912. Para raja local bersatu di bawah
kepemimpinan seorang liurai raja Same bernama Dom Boaventura. Portugal dipaksa mendatangkan pasukan dari Mozambique dan Macau, sekitar 3000 orang
Timor terbunuh, dan 4000 lainnya ditawan Portugal. Setelah perang manufahi, Portugal menerapkan kebijakan baru yang
bertujuan menghancurkan sistem pemerintahan dan kekerabatan tradisional Timor Timur. Posisi Liurai dipotong dengan cara menghapus kerajaan mereka. Daerah
koloni dipecah-pecah ke dalam unit-unit administrasi wilayah suco, dengan menciptakan dua tingkat administrasi baru, yakni posto terdiri dari kelompok
suco dan concelho yang mengontrol fosto melalui seorang administrator Portugis. Kekuasaan para Liurai lambat laun mulai memudar.
Pada 25 April 1974 terjadi Revolusi Bunga di Portugal, yang akan dipelopori oleh para perwira muda yang tergabung dalam Movimento Das Forcas
Armadas MFA. Rezim pemerintahan berganti. Kebijakan politik dekolonisasi mulai diterapkan, termasuk Timor Timur. Namun, dalam pelaksanaannya,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kebijaksanaan dekolonisasi itu tidak memiliki kesatuan konsep
57
Pada saat itu ada dua kelompok yang bersengketa, yaitu Fretelin disatu pihak, dan kelompok gabungan Apodeti, UDT, KOTA, dan Trabalhista dipihak
lain. Fretelin yang beraliran Marxis-Maois mempunyai aspirasi radikal untuk segera merdeka, lepas dari Portugal, sehingga sering disebut kelompok Pro-
Kemerdekaan. Sedangkan kelompok UDT, Apodeti, Trabalhista, dan KOTA mendukung integrasi dengan Indonesia kelompok Pro-integrasi
. Keadaan politik dalam negeri Portugal pun mulai bergolak. Akibatnya, janji-janji untuk
mengembalikan hak-hak sipil dan demokrasi serta kebebasan membentuk partai politik di TimTim tidak sepenuhnya dijalankan. Puncaknya adalan perang saudara
1975, yang dipicu oleh kegagalan dekolonisasi. Portugal secara tidak bertanggung jawab akhirnya meninggalkan Timor Timur.
58
Persoalan menjadi lebih rumit setelah perselisihan dan pertentangan antara kelompok UDT dan Fretelin berujung pada Perang Saudara, dan jatuhnya ribuan
senjata berbagai jenis eks Portugal ke tangan Fretelin . Kedua
kelompok ini saling bersengketa mengenai masa depan Timor Timur.
59
. Perang saudara itu sangat mengerikan. Selain ribuan jiwa melayang karena perang dan penyakit, bahaya
kelaparan pun merajalela. Mengutip laporan resmi PBB tentag perang saudara di Timor Timur, penulis Portugal, Paradela de Abreu
60
57
Mohammad Noor. 1997. Lahirnya Provinsi Timor Timur. Jakarta : Badan Penerbit Almanak RIBP Alda. Hal 329.
58
Hendro Subroto. 1997. Saksi Mata Perjuangan Timor Timur. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Hal. 20.
59
J. Kristiadi, Dekolonisasi Timtim, Analisa 1986-II CSIS.
60
Zacky Anwar Makarim. 2003. Hari-Hari Terakhir Timor Timur Sebuah Kesaksian. Jakarta : Sportif Media Informasindo. Hal. 23.
, menyatakan dari Agustus 1975 sampai Februari 1976 lebih dari 60.000 orang menjadi korban keganasan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Fretelin. Kebanyakan wanita dan anak-anak. Penduduk yang ingin selamat harus mengungsi, mencari daerah yang aman. Tekanan dan teror Fretelin waktu itu
menyebabkan sekitar 55.000 warga Timor Timur terpaksa mengungsi dari tempat tinggalnya untuk mengamankan diri dan keluarganya du Nusa Tenggara Timur
NTT, daerah tujuan pengungsian utama pada masa itu Situasi itulah yang mendorong Timor Timur berintegrasi dengan Republik
Indonesia, pada 17 Juli 1976. menurut seorang tokoh Timor Timur yang terlibat dalam kekacauann perang saudara 1975, pada masa itu tidak ada pilihan yang
lebih baik selain berintegrasi dengan Indonesia. Keinginan itu juga diterima oleh banyak Negara yang berdiri dibelakang Indonesia, termasuk Amerika Serikat dan
Australia. Walaupun secara resmi PBB belum mengakui integrasi tersebut, dan menganggap Timor Timur sebagai daerah yang belum berpemerintahan sendiri
non-self governing territory, Portugal tetap bersikeras menjadikan Timor Timur sebagai provinsi seberang lautan provincia ultramarine.
Selama 23 tahun berintegrasi dengan Indonesia, konflik antara kedua kelompok, Pro-integrasi dan Anti-integrasi relatif tidak kenal henti. Sampai
dengan tahun 1982, isu Timor Timur selalu dibahas dalam sidang PBB. Data pemungutan suara sidang Majelis Umum PBB, sejak 1975 sampai 1982,
menunjukkan Negara yang mendukung Indonesia terus bertambah. Kenyataan menunjukkan, integrasi selama lebih dari 20 tahun itu telah
meningkatkan taraf hidup rakyat Timor. Adalah merupakan fakta sejarah bahwa selain catatan prestasi
pembangunan yang spektakuler, proses integrasi dan percepatan pembangunan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pun menyisakan persoalan-persoalan penting. Dari sudut pandang hukum internasional, penyelesaian politik tampaknya dianggap paling penting dan
menjadi inti persoalan, karena masyarakat Timor Timur membutuhkan kepastian mengenai masa depan, dan kebebasan untuk mengatur hidup mereka sendiri.
Menurut Joao Mariano Saldanha
61
Pada 27 Januari 1999, setelah mempertimbangkan dan menganalisa berbagagai pendapat serta perspektif internasional mengenai masalah Timor
Timur, Presiden Republik Indonesia mengumumkan dua pilihan bagi rakyat Timor, yang pada dasarnya menyerahkan keputusan akhir masa depan kawasan itu
kepada rakyat Timor. Mereka dapat memilih melalui proses jajak pendapat, untukn setuju atau menolak tawaran status otonomi khusus yang diperluas. Jika
, persoalan penting lainnya adalah besarnya ketergantungan Timor Timur kepada pusat. Kebijaksanaan pembangunan selama
integrasi belakangan dikritik, dianggap terlalu didikte oleh pusat. Kegiatan pembangunan dikatakan kurang menampung aspirasi masyarakat. Pembangunan
yang dipercepat itu dinilai semata-mata dilaksanakan dengan persepsi pemerintah pusat.
Akibatnya muncul persepsi yang salah tentang arah pembangunan yang dilaksanakan di Timor Timur. Celakanya, hal itulah yang banyak dipercaya oleh
umum. Sejumlah penelitian menyimpulkan, memang terdapat beberapa masalah
berkaitan dengan pembangunan yang dilaksanakan di Timor Timur. Benang merahnya adalah : belum pernah tuntasnya masalah keagamaan di Timor Timur.
61
Ibid. hal. 26.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mayoritas penduduk memilih status otonomi khusus, Timor Timur akan tetap menjadi bagian integral Indonesia. Sebaliknya, jika penawaran otonomi khusus
ditolak, maka Timor Timur akan berpisah secara terhormat dari Indonesia, dan dapat segera mengambil langkah-langkah yang perlu untuk dikembalikan kepada
PBB. Pelaksanaan jajak pendapat itu diserahkan kepada PBB, yang akan
menanganinya langsung melalui misi yang akan dibentuk PBB di Timor Timur, yakni UNAMET. Keterlibatan PBB melalui UNAMET merupakan buah
pembicaraan segitiga tripartite selama beberapa tahun yang melibatkan Indonesia, Portugal dan Sekjen PBB.
Perubahan proses penyelesaian masalah Timor Timur secara signifikan terjadi di era reformasi, di bawah pemerintahan transisi Presiden BJ. Habibie.
Ketika itu, perbedaan mendasar antara Indonesia dan Portugal tentang penyelesaian Timor Timur mulai menemui titik temu, sehingga harapan untuk
mencapai penyelesaian yang adil, menyeluruh, dan diterima secara internasional dapat diwujudkan.
Dengan meningkatnya peerhatian internasional, membawa angin segar kepada aktivis pro kemerdekaan. Dukungan nyata internasional terhadap
perjuangan kemerdekaan ini adalah dengan penganugerahan hadiah Nobel perdamaian kepada Uskup Carlos Ximenes Belo dan Jose Ramos Horta tanggal
11 Oktober 1996
62
62
Gatra. 19 Oktober 1996. Hal 22.
. Komite Nobel menyebut :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Uskup Belo sebagai tokoh yang mau mempertaruhkan jiwanya untuk melindungi orang-orang yang kesulitan politik dan konsisten
mengupayakan pengakuan “hak menentukan nasib sendiri” bagi rakyat Timor Timur dan gigih menanjurkan jalan perjuangan anti kekerasan.
Horta dianggap sebagai juru bicara yang hebat bagi rakyat Timor Timur yang ingin memisahkan diri dari Indonesia.
63
Sejak tanggal 3 Juni 1999, bendera PBB resmi berkibar di Timor Timur, dengan kantor pusat berada di Dili dan memiliki 5000 staff
64
Dan walaupun ada kecurigaan akan kecurangan dan ketidakrelaan, akan kegagalan diplomasi Indonesia tentag Provinsi ke 27 yang menentukan
kemerdekaannya sendiri, namun pemerintah harus menerima kenyataan bahwa Timor Timur memilih merdeka. Namun, hasil jajak pendapat membuat konflik
. Sejak tanggal 13 Juni 1999, diadakan pendaftaran pemilihan dan kampanye bagi para pendukung
kemerdekaan dan pro integrasi, berlangsung antara 20 Juli hingga 26 Agustus. Dan setelah beberapa kali penundaan akibat situasi Timor Timur yang
mengalamai konflik antara pro integrasi dan pro kemerdekaan, yang mengakibatkan korban jiwa di kedua pihak, maka Sekretaris Jenderal PBB Koffi
Annan menetapkan jajak pendapat dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999. jajak pendapat diikuti oleh 438.417 orang yang memenuhi syarat untuk memilih
dan 98,6 Telah menggunakan hak pilihnya. Penghitungan suara dilaksanakan di
Timor Timur, kemudian diumumkan pada tanggal 5 September 1999, dimana PBB mengumumkan bahwa 344.388 atau 21,5 menerima, artinya Timor Timur
menginginkan kemerdekaan.
63
Ibid, hal. 22.
64
Lela E Madjah. 2002. Timor Timur Perginya si Anak Hilang. Jakarta : Antara Pustaka Utama. Hal. 58.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
antara pro integrasi dan pro kemerdekaan, dan sesuai kesepakatan 5 Mei 1999, antara Indonesia, Portugal dan PBB, maka tahapan setelah jajak pendapat sampai
sidang Umum MPR November 1999, yang bertanggung jawab mengenai Timor Timur adalah Indonesia.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh MPR adalah mencabut TAP MPR No. VI1978, tentang penetapan Timor Timur sebagai Provinsi Republik
Indonesia yang ke-27, maka Timor Timur kembali ke Portugal, baru kemudian Portugal melimpahkannya ke Dewan Perwalian Trusteeship Council PBB,
sebagai kawasan tidak bertuan non self governing territory. Setelah itu barulah kemerdekaan rakyat Timor Timur diumumkan.
Proklamasi kemerdekaan direncanakan pada tanggal 28 November 1999, dengan bentuk pemerintahan yang disepakati adalah republik, yang berasaskan
sosial demokrat, dengan model pemerintahan yang dijalankan adalah parlemen, presiden bertindak sebagai kepala Negara adalah pemimpin tertinggi.
Setelah Presiden Abdurrahman Wahid menyurati Skretaris Jenderal PBB, Koffi Annan, yang berisi Indonesia secara resmi menyerahkan kekuasaan atas
Timor Timur kepada PBB berdasarkan TAP MPR No. V1999. Maka PBB membentuk pemerintahan transisi, berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan No.
1272, dibentuklan UNTAET United Nation Transitutional Administration Indonesia East Timor, yang tujuannya untuk menjalankan roda pemerintahan
sementara sampai 31 Januari 2001, maksimal 3 tahun. Dan pada tanggal 20 Mei 2000 Timor Timur merdeka dan resmi terpisah dari Indonesia. Rakyat Timor
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Timur berhasil menjalankan hak untuk menentukan nasib sendirinya yang berujung dengan kemerdekaannya.
4 Gerakan Aceh Merdeka
Sejarah mencatat bagaimana tingginya gairah rakyat Aceh sekarang NAD ketika menyambut kelahiran Republik Indonesia, sehingga pada waktu itu
secara spontan Bung Karno menyebut Aceh sebagai “Daerah Modal Republik”. Namun tidak sampai lima tahun kemudian, kekecewaan terhadap pemerintah
pusat yang dirasakan tidak tanggap terhadap aspirasi daerah mulai timbuh. Pemberontakan bersenjatapun meletus sejak tahun 1953
65
Pemberontakan ini mula-mula terjadi karena janji otonomi khusus tidak kunjung ditepati, dan belakangan karena pengerukan hasil alam daerah oleh pusat
menyinggung rasa keadilan rakyat Aceh yang merasa nyaris tidak mendapatkan manfaat dari kegiatan ekonomi itu
.
66
. Disamping itu masih terdapat hal-hal lain yang melatarbelakangi konflik bersenjata di NAD, antara lain
67
2 Pembubaran Divisi X TNI di Aceh oleh Bung Karno, padahal divisi ini
terkenal sangat heroic pada masa perjuangan melawan Belanda. :
3 Peleburan Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 23 Januar i
1951 oleh Kabinet Natsir. 4
Isu daftar hitam yang dikeluarkan oleh Kabinet Sukiman dimana sebenarnya daftar hitam itu diperuntukkan untuk menjerat anggota PKI di Jawa, namun di
Aceh sejumlah tokoh mendadak masuk daftar hitam itu dan dijebloskan kedalam bui, padahal mereka termasuk para ulama memiliki jasa yang besar
saat mengusir Belanda.
5 Pernyataan berdirinya Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia NII
mengikuti jejak Kartosuwirjo di Jawa Barat. Bersama Daud Beureuh, sejumlah pasukan TNI berbalik menjadi Tentara Islam Indonesia TII.
65
Majalah Tempo, Edisi Khusus 17 Agustus, Edisi No. 25XXXII2003. Jakarta. Hal 21.
66
Ibid. hal 29.
67
Ibid, hal. 21-32.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kondisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hal-hal yang mendorong terjadinya konflik bersenjata di NAD adalah sesuai dengan teori
tentang penyebab konflik bersenjata secara umum, yakni: 1
Kondisi kemiskinan ekonomi sebagai penyebab utama konflik bersenjata. Kemiskinan ekonomi yang dirasakan oleh rakyat Aceh menjadi pemicu utama
konflik bersenjata di daerah tersebut. Ekonomi rakyat tidak diperhatikan, sedangkan pemerintah pusat dalam pandangan Daud Beureuh hanya sibuk
bertikai dalam system politik parlementer
68
. Menurut data BPS tahun 1998, jumlah penduduk miskin absolute di Aceh mencapai 1.353.975 atau 33,24
dari total penduduk 4.073.331. Jika angka ini ditambahkan dengan angka kemiskinan relative, maka lebih dari 60 penduduk Aceh tergolong miskin
69
2 Sistem politik yang represifbersifat menekan sebagai
penyebab yang mempercepat terjadinya konflik bersenjata, khususnya dalam periode masa
transisiperalihan. System politik yang rpresif terjadi pada masa Orde Baru dibawah pimpinan Soeharto, dimana pemerintahan dijalankan dengan gaya
militer. .
3 Degradasipenurunan dari sumber-sumber daya alam.
Sumber daya alam di Aceh telah diketahui sangat potensial dan telah banyak memberi sumbangan bagi Indonesia, namun pemerintah pusat tidak berlaku
adil dalam pembagian hasil kekayaan alam tersebut, sehingga rakyat Aceh masih tetap hidup dalam kemiskinan. Pemanfaatan sumber-sumber daya alam
68
Ibid, hal 29.
69
Yudi Latif. 20 Februari 2004. Aceh Dalam Konsistensi Dan Nestapa Berkelanjutan. http:www.arsip-millis.s5.compolitik1.htm
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
secara terus menerus ini telah mengundang kekhawatiran rakyat atas terjadinya degradasi lingkungan.
4 Etnis suku yang bukan merupakan suatu penyebab terjadinya konflik
bersenjata, namun para pihak dalam suatu konflik sering diidentifikasi berdasarkan identitas suku mereka.
Dalam konflik bersenjata di Aceh, maka etnis yang diidentifikasi sebagai salah satu pihak dalam konflik adalah suku Aceh meskipun ini hanya ditujukan
untuk sekelompok orang, bukan secara keseluruhan. Hal-hal tersebut diataslah yang telah melatarbelakangi terjadinya konflik
Aceh yang berkepanjangan dan banyak memakan korban termasuk penduduk sipil. Selain hal-hal yang tersebut di atas, masih banyak persoalan lain yang ikut
menjadi penyebab dari panjangnya konflik bersenjata di NAD tersebut. Gerakan perlawanan pemberontakan atau yang lebih dikenal dengan
gerakan separatis untuk kemerdekaan Aceh dimulai pada tahun 1950-an, ketika Darul Islam di pulau Jawa mencoba untuk mendirikan Negara Islam. Masyarakat
Aceh selanjutnya mendukung Negara Islam tersebut yang mengakibatkan terjadinya konflik bersenjata selama beberapa tahun di Aceh
70
Dalam perkembangannya pada tahun 1976 terbentuklah Gerakan Aceh Merdeka, dimana waktu itu TNI menyebutnya sebagai Gerombolan Pengacau
Keamanan GPK. Diakhir tahun 1970-an pemerintah RI memerintahkan penangkapan anggota-anggota GAM dan membunuh banyak pemimpinnya.
.
70
http:www.etan.orgestafeta01winter6aceh.htm volume 7No. 1 . Winter 2001.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pemimpin gerakan tersebut Hasan Tiro kabur ke Swedia 1979
71
Gerakan Aceh Merdeka memiliki sayap militernya Angkatan Gerakan Aceh Merdeka AGAM. AGAM ini diakui oleh pemimpin GAM merupakan
. Dari Swedia Hasan Tiro terus mengkordinir GAM.
Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan oleh pemerintah pusat untuk menumpas GAM, tetapi kenyataannya GAM tetap eksis dan terus
melakukan perlawanannya. GAM terus bertahan karena kapasitas GAM dan dukungan banyak
penduduk sipil. Jumlah personel GAM memang kalah banyak dengan TNI. Sehubungan dengan gencarnya pemberitaan media massa tentang konflik
bersenjata di NAD, maka menteri Negara Komunikasi dan Informasi, Syamsul Ma’arif mengimbau agar masyarakat mengerti tentang pembatasan liputan yang
kemungkinan akan diberlakukan di Aceh dan melontarkan istilah jurnalisme prioritas sebagai satu-satunya solusi. Pers diminta pemerintah pusat untuk
berpihak pada NKRI dalam menghadapi kelompok GAM. Oleh karena itu, media diminta untuk menjadi humas yang baik. “Operasi
Militer” yang dilihat secara jelas oleh masyarakat secara perlahan diubah menjadi “Operasi Terpadu”. Sejumlah istilah yang lebih halus dan keras diproduksi, antara
lain “Operasi Penumpasan GAM” diubah menjadi “Operasi Penegakan Hukum dan Pemulihan Keamanan” Operasi Terpadu.
Selain itu untuk memperoleh legitimasi politik, istilah Gerakan Aceh Merdeka GAM diubah menjadi Gerakan Separatis Aceh GSA.
71
Ibid.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pasukan resmi, yang melakukan penyerangan terhadap pos-pos TNI dan Polri yang ada di wilayah Aceh.
Gerakan Aceh Merdeka mencari dukungan Negara-negara ke-3 untuk memberikan pengakuan kepada GAM, bahwa GAM merupakan kaum
Billigerency, yang menuntut suatu kemerdekaan dari sebuah Negara yang sah. Kebijakan untuk menyelesaikan konflik Aceh dilakukan oleh pemerintah
pusat dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah propinsi NAD. Dalam kaitan itu, Gubernur NAD, Abdullah Puteh telah secara tegas menyatakan
perlunya pemberantasan atas markas GAM di Aceh Besar, karena kehadiran pemberontak itu telah menimbulkan kesengsaraan yang berkepanjangan bagi
masyarakat
72
Sejumlah perundingan dan perjanjian kesepakatan damai telah dilakukan pemerintah dengan wakil-wakil GAM, seperti : Cessation of Hostilities
Agreement Kesepakatan Penghentian Permusuhan yang ditandatangani di kantor Lembaga Fasilitator Henry Dunant Centre HDC di Jenewa Swiss pada tanggal 9
Desember 2002 pukul 10 GMT atau sekitar pukul 17.00 WIB oleh ketua Perunding RI : S. Wiryono dan Ketua Perunding GAM : Dr. Zainal Abdullah.
Kesepakatan damai ini disaksikan oleh Direktur HDC Martin Griffiths, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, serta para diplomat asing dan wartawan
.
73
72
“Puteh: Jangan Ada Markas GSA di Aceh Besar”. http:.lin.go.iddetail.asp?idartel=151004by=topic.
.
73
“[Nusantara] Kita Tata Kembali Aceh Tercinta”. Gigihnusantaraidyahoo.com
fri Dec 13 06:00:49 2002.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dalam kesepakatan tersebut ada sembilan kesepakatan damai yang ditandatangani pemerintah RI-GAM, yakni
74
1 Sasaran penghentian permusuhan dan segala tindak kekerasan.
:
2 Komitmen kedua belah pihak untuk mengehentikan permusuhan dan
segala tindak kekerasan. 3
Pembentukan komite keamanan bersama Joint Security Committee. 4
Pembentukan zona damai. 5
Penetapan kerangka waktu. 6
Pelaksanaan forum all inclusive dialogue. 7
Pemberian informasi dan komunikasi kepada masyarakat Aceh. 8
Pembentukan dewan bersama Joint Council. 9
Tata cara melakukan amandemen atau pengakhiran atas kesepakatan yang telah ditetapkan.
Dengan adanya kesepakatan damai yang dihasilkan di Swiss ini, banyak yang berharap agar tidak ada lagi permusuhan dan segala bentuk tindak
kekerasan, termasuk intimidasi, penyanderaan, perusakan harta benda, penyerangan, penembakan, penganiayaan, pemboman, pembakaran, perampokan,
pemerasan, pelecehan, pemerkosaan dan penggeledahan yang tidak resmi. Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa pemerintah RI telah
cukup banyak mengambil kebijakan guna menyelesaikan konflik Aceh, mulai dari cara persuasif perundingan dan perjanjian sampai dengan cara represif operasi
militer, seperti DOM, Darurat Militer yang diatur dalam Keppres No. 282003. Bahkan pemerintah telah pula mengakomodasi kepentingan dan aspirasi
masyarakat Aceh yang tertuang dalam UU No. 182001 tentang “Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nangroe Aceh
Darussalam”.
74
Ibid.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Namun tetap saja konflik masih terjadi. Untuk itu pemerintah RI harus lebih hati-hati dalam menangani atau menumpas GAM, karena suatu operasi
militer yang dilakukan akan berpotensi untuk menimbulkan jatuhnya korban jiwa, bukan hanya dari pihak yang berkonflik tetapi juga penduduk sipil.
5 Organisasi Papua Merdeka
Satu lagi gerakan separatis yang masuk dalam daftar gerakan pengacau keamanan Negara yang harus ditumpas oleh TNI, yaitu Organisasi Papua
Merdeka yang bertujuan memisahkan diri dari Negara Republik Indonesia. Penduduk asli Papua merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah
dengan bagian Indonesia yan lain maupun Negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah Papua dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tahun 1969
merupakan buah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda, dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasai kepada bekas
jajahannya yang merdeka, yaitu Indonesia. Perjanjian itu oleh sebagian besar masyarakat Papua tidak diakui dan dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu
penjajah kepada yang lain
75
Kelompok separatis ini memiliki latar belakang sejarah masing-masing yang pada intinya meereka merasa bahwa sudah pernah merdeka, dan kini
menuntut kepada Pemerintah Indonesia hak merdeka itu .
76
Gerakan separatis ini merupakan ancaman perpecahan terhadap Negara kesatuan, selain itu Organisasi Papua Merdeka OPM telah banyak melakukan
teror dan tindakan kekerasan. .
75
http:wikiorganisasi_papua_merdeka.htm . Edisi 3 Februari 2010.
76
http:ApakabarPAPUASeparatismeSeparatismeOPM.htm Edisi 5 Maret 2003.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sama seperti gerakan separatis lainnya, maka OPM juga mempunyai angkatan perang yang dikenal dengan nama Tentara Nasional Papua TNP dan
dibantu dengan kegiatan mata-mata yang bernama Papua Inteligency Service PIS
77
Menurut pemberitaan Tempo edisi 21 Agustus 1995 bahwa telah terjadi penembakan dipemukiman penduduk yang dilakukan oleh OPM, bahkan ada
anggota OPM yang secara terang-terangan menunjukkan identitasnya dengan menaikkan bendera Papua Merdeka sambil melakukan serangan penembakan.
Menurut sumber dari TNI yakni Suwrno, bahwa sumber keonaran yang terjadi di Irian Jaya dihalangi oleh Organisasi Papua Merdeka. Sumber resmi dari TNI
menyatakan bahwa OPM pertama kali dikenal di Manokwari pada tahun 1964. organisasi ini digerakkan oleh warga Irian Jaya, baik yang tinggal di Irian Jaya
maupun yang berada di luar negeri. Nama OPM semakin popular menyusul pemberontakan bersenjata yang terjadi tahun 1965 dan aksi OPM yang bertujuan
untuk menunjukkan bahwa mereka tetap eksis di daerah Irian Jaya adalah dengan .
OPM dalam melaksanakan kegiatannya memilih lokasi-lokasi yang banyak penduduknya, dengan menyamar sebagai warga maka kelompok ini
melaksanakan kegiatannya mulai dari pengumpulan iinformasi, melakukan tindakan menghasut atau provokasi terhadap warga setempat agar mau bergabung
dengan mereka atau ikut membantu gerakan OPM, bahkan sampai pada tindakan terror berupa pembakaran, pencurian harta benda milik warga serta tindakan
kekerasan lainnya.
77
Jhon RG Djopari, 1993, Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka. Cetakan Kesatu, Penerbit PT Grasir.do. hal 2.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
terjadinya kasus penyanderaan terhadap sejumlah tim peneliti dari Worl Wild Life Found WWF yang melakukan penelitian di Irian Jaya
78
78
Majalah Tempo. Biang Keladi itu Namanya OPM. Edisi 21 Agustus 1995.
. Keberadaan OPM dan aktivitasnya di Irian Jaya ini membuat Pemerintah
Indonesia melalui TNI melaksanakan upaya-upaya untuk meredam dan menumpas keberadaan OPM beserta aktivitasnya. Hal ini dilaksanakan oleh TN
karena keberadaan dan aktivitas OPM di Irian Jaya telah mendatangkan rasa tidak aman bagi penduduk yang berada di daerah yang dijadikan daerah operasi OPM
serta telah merongrong kewibawaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bertitik tolak dari pasal 1 UU No. 23Prp1959 Tentang Keadaan Darurat
Sipil dan pasal 1 butir 1 UU No. 20 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, yang menyatakan
bahwa pertahana keamanan Negara kesatuan republik Indonesia sebagai salah satu fungsi pemerintah Negara yang mencakkup upaya dalam bidang pertahanan yang
ditujukan terhadap segala ancaman dari luar negeri dan upaya dalam bidang keamanan yang ditujukan terhadap ancaman dari dalam negeri serta tekad untuk
mempertahankan dan mengamankan setiap jengkal wilayah tanah air yang terbentang dari Sabang sampai Merauke sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Berdasarkan pemikiran di atas, maka pemerintah Indonesia melalui TNI
melakukan berbagai cara dan pendekatan di dalam menumpas keberadaan OPM dengan segala aktivitasnya di wilayah Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Upaya meredam aksi OPM sudah dilakukan oleh TNI sejak pertama kali gerakan ini melakuakn pemberontakan. Awalnya TNI menjalankan operasi sadar,
yakni operasi gabungan ketiga angkatan dan Polri, berdasarkan perintah dari Panglima Daerah Militer XII Cendrawasih yang saat itu berada di bawah
pimpinan Brigadir Jenderal R. Kartidjo, tugas utama operasi sadar ini adalah melakukan penangkapan terhadap anggota OPM yang berbasis di sekitar
Manokwari, Wamena dan Kebar, sekaligus minimal menangkap gembong OPM Ferry Awom dan Julianus Wanma sebelum tanggal 17 Agustus 1965, hidup atau
mati. Setelah Brigjend R. Kartidjo digantikan oleh Brigjend R. Bintoro, sasaran operasi kembali ditegaskan yakni menghancurkan Ferry Awom beserta
pasukannya yang berjumlah sekitar 14.000 orang dengan kekuatan 1000 pucuk senjata.
Sukses lain yang dicapaim operasi ini adalah 3539 pengikut OPM menyerahkan diri, 73 orang tertembak mati. Brigjend R. Bintoro masih sempat
meredam sebahagian kekuatan OPM sebelum menyerahkan jabatan kepada Brigjend Sarwo Edhie Wibowo. Di bawah kepemimpinan Brigjend Sarwo Edhie
Wibowo sebanyak 149 simpatisan OPM menyerah di Manokwari, 137 tewas, 214 pucuk senjata dirampas, 78 buah gubuk dan rumah gerombolan dimusnahkan.
Pendekatan yang dilakukan oleh Brigjend Sarwo waktu itu adalah menyebarkan pamphlet ke hutan yang isinya meminta anggota OPM untuk turun gunung dan
pulang kekampung halamannya seperti sedia kala. Seruan ini cukup berhasil. Pada bulan Januari 1970, Brigjend Sarwo digantikan oleh Kolonel Acub
Zainal. Operasi diarahkan ke wilayah Biak Utara dan Biak Barat untuk meredam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
gerakan OPM yang dipimpin Mekianus Awom, dan Nataniel Awom, beberapa pemimpin mereka berhasil ditangkap, Ferry Awom sendiri berhasil diajak turun
gunung setelah dibujuk lewat surat yang diantar kurir ke tempat persembunyiannya.
Ketika Komando Daerah Militer KODAM Cendrawasih dipimpin oleh Brigjend Raja Kami Sembiring Meliala 1980-1984. Pendekatan diubah.
Brigjend Raja melancarkan operasi teritorial dengan pendekatan keagamaan, pertimbangannya adalah para pengikut OPM mwnggunakan dasar-dasar agama
Kristen yang diambil dari dalam Alkitab untuk memperjuangkan kebenarannya. Kepada pengikut OPM dijelaskan, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan Negara yang dikaruniai Tuuhan kepada segenap Bangsa Indonesia termasuk warga Irian Jaya. Pendekatan ini berhasil meredakan sikap agresif OPM
di dalam melawan pasukan TNI
79
Upaya non kekerasan yang dilaksanakan oleh TNI sesuai dengan ketentuan Konvensi Jenewa IV Tahun 1949 tentang Perlindungan Non Kombatan
di Waktu Perang yang mewajibkan kepada pihak-pihak dalam pertikaian untuk selalu mengupayakan penyelesaian sengketa secara damai, seperti yang diatur
dalam pasal 3 ayat 2 paragraf 2 yang berbunyi “Bahwa pihak-pihak dalam pertikaian selanjutnya harus berusaha untuk melaksanakan semua atau sebagian
dari ketentuan lainnya dalam konvensi ini dengan jalan mengadakan persetujuan- .
79
Tempo, Loc, Cit.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
persetujuan khusus yang menyangkut kepentingan pihak-pihak dakam pertikaian dalam penyelesaian sengketa”
80
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gerakan separatis masih rawan mengancam keamanan Negara Indonesia. Sidarto Danusubroto dalam
Tempo Interaktif menyatakan bahwa gerakan separatis masih ada karena pemerintah pusat belum melakukan perubahan yang berarti untuk kemajuan di
daerah. Faktor-faktor seperti kemiskinan, pengangguran, pendidikan dan kesehatan yang rendah menjadi penyebab munculnya gerakan yang ingin merdeka
dan lepas dari Indonesia .
81
D. Penerapan Norma Dasar Hukum Internasional Umum Jus Cogens Dalam
Penyelesaian Gerakan Separatis di Indonesia Yang Menggunakan Self
Determination Sebagai Dasar Gerakan
. Adanya gerakan separatis yang berhasil mewujudkan hak menentukan
nasib sendiri seperti Timor Timur, maka jelas akan membawa dampak atau pengaruh terhadap Indonesia sebagai Negara yang sebelumnya adalah satu
kesatuan dengan Negara yang baru muncul sebagai akibat adanya hak menentukan nasib sendiri tersebut.
Seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, bahwa salah satu fungsi Jus Cogens adalah membatasi kehendak bebas Negara, walaupun pada
dasarnya Negara tersebut adalah Negara yang merdeka dan berdaulat.
80
Muchtar Kusumaatmadja.1979, Konvensi-Konvensi Palang Merah tahun 1979. Cetakan Ke-3. Bandung: Bina Cipta. Hal. 16.
81
Sidarto Danusubroto. Sabtu, 30 Juni 2007. Gerakan Separatis Masih Eksis di Indonesia.
http:www.tempointeractive.com .
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara