Syarat Universalitas Syarat Pemanifestasian Jus Cogens

2. Syarat Universalitas

Kalimat yang dianggap penting dalam pasal 53 menyebutkan pula bahwa jus cogens adalah norma yang diterima dan diakui oleh masyarakat Negara sebagai keseluruhan. Dengan demikian jus cogens harus merupakan norma yang diterima dan diakui secara universal atau oleh semua Negara tanpa keculi. Hal itu tentu saja membahayakan bagi proses penetapan jus cogens, karena apabila salah satu Negara tidak mengakui suatu kaidah sebagai jus cogens, maka kaidah tersebut akan gagal menjadi jus cogens. Maka dicarilah jalan keluar dengan mengganti pengertian universal menjadi near universal hampir universal. Hal ini berarti bahwa suatu Negara akan terikat pada jus cogens walaupun ia tidak memberikan persetujuan. Dengan demikian persetujuan yang dimaksud adalah persetujuan dengan suara mayoritas, dimana mayoritas yang dimaksud adalah near universal. Sebagai contoh adalah praktek Majelis Umum PBB dalam mengeluarkan suatu resolusi. Hal ini diartikan bahwa resolusi tersebut merupakan suatu pengakuan eksplisit dari pencerminan pendapat umum suatu masyarakat internasional secara keseluruhan. Oleh karena apabila ada suatu aturan dalam hukum internasional yang tidak diterima oleh masyarakat internasional atau diakui secara keseluruhan near universal, maka aturan itu tidak dapat menjadi jus cogens. Menurut Schwarzenberger 35 35 Syahmin A.K., Op.cit., halaman 180. untuk membentuk suatu jus cogens internasional maka suatu aturan hukum internasional harus memiliki sifat-sifat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara yang universal dan asas-asas fundamental. Sifat-sifat yang dimaksud haruslah mempunyai arti penting luar biasa exceptionally significant dalam hukum internasional disamping mempunyai arti penting luar biasa dibandingkan dengan asas-asas lainnya. Selain itu, asas tersebut merupakan bagian esensial dalam sistem hukum internasional yang ada atau mempunyai karakteristik yang merupakan refleksi dari hukum internasional yan berlaku. Jika sifat-sifat itu diterapkan maka akan timbul tujuh asas fundamental dalam tubuh hukum internasional, yakni 36 1. asas kedaulatan; : 2. asas pengakuan; 3. asas permufakatan; 4. asas itikad baik; 5. asas hak membela diri; 6. asas tanggung jawab internasional; 7. asas kebebasan laut lepas. Prinsip kedaulatan merupakan suatu hak yang tidak dapat dicabut inalienable karena merupakan ciri hakiki yang harus dipunyai oleh setiap Negara apabila berkeinginan untuk tetap exist dalam pergaulan masyarakat internasional, kedaulatan merupakan suatu ciri yang harus tetap melekat pada Negara. Sebagaimana dikatakan Jean Bodin, sarjana pertama yang menganggap kedaulatan sebagai atribut Negara, bahwa sebagai sifat khas dari Negara yang berdaulat adalah kekuasaan yang mutlak dan abadi dari Negara. 36 Loc. Cit. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pengakuan sebagai asas kedua dinyatakan terhadap pembatasan penggunaan kekerasan senjata dan hak membela diri dapat diperluas dengan adanya suatu larangan terhadap hak untuk mengakui perubahan-perubahan wilayah yang bertentangan dengan tujuan diperkenankannya kekerasan senjata. Asas permufakatan dan itikad baik adalah sesuai dengan ketentuan pasal 2 ayat 2 Piagam PBB. Hal ini berarti bahwa setiap anggota PBB tidak dapat mengubah suautu resolusi yang telah dicetuskan dengan cara mengambil suatu tindakan tertentu terhadap resolusi tersebut dengan menggunakan kebebasan sedemikian rupa, dan karenanya harus menerimanya sebagai kewajiban yang telah dimufakatinya, yang tidak dapat dilanggar dengan kehendak sendiri. Hak membela diri sebagai asas fundamental dalam tubuh hukum internasional telah mendapat tempat pengaturannya yang kuat pada Piagam PBB yang terletak pada pasal 51, sebagai suatu hak yang dipunyai suatu Negara untuk membela diri apabila terjadi suatu serangan bersenjata terhadapnya. Hak membela diri ini dapat dilakukan secara perseorangan maupun secara bersama-sama. Tanggung jawab internasional dapat dilukiskan sebagai adanya penerimaan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1946 terhadap prinsip-prinsip yang merupakan tanggung jawab masyarakat internasioanal. Kemudian yang terakhir adalah mengenai prinsip kebebasan di laut lepas yang diatur dalam Bagian VII, bab I Hukum Laut III UNCLOS khususnya dalam pasal 87 hingga pasal 115. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Ian Brownlie 37 1. Perang agresi; memberikan contoh-contoh aturan-aturan yang bertentangan dengan jus cogens, misalnya: 2. Pelanggaran terhadap hukum genocide; 3. Perdagangan budak; 4. Pembajakan; 5. Kejahatan-kejahatan yang bertentangan dengan kemanusiaan; 6. pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hak menentukan nasib sendiri. Menurut seorang penulis terkenal 38 Pada hakekatnya kedaulatan dalam konsepsi hukum internasional modern tidaklah bersifat mutlak. Kedaulatan dalam persepsi juridis sifatnya terbatas, dibatasi oleh hukum alam, hukum internasional, dan bahkan aspek internal kedaulatan itu dibatasi oleh konstitusi Negara itu sendiri. Hal ini digambarkan secara tepat oleh Bierly , kaidah-kaidah jus cogens itu meliputi: “kaidah-kaidah fundamental mengenai pemeliharaan perdamaian….kaidah-kaidah fundamental dari suatu kodrat manusia larangan genocide, perbudakan dan diskriminasi rasial, perlindungan hak- hak dasar manusia pada masa damai maupun perang, kaidah yang melarang setiap pelanggaran terhadap kemerdekaan dan persamaan kedaulatan Negara-negara, kaidah-kaidah yang menjamin semua masyarakat internasional untuk menikmati sumber-sumber daya alam bersama laut lepas, ruang angkasa, dan lain-lain. 39 37 Ian Brownlie. 1979. Principles of Public International Law., Oxford University Press. Hal 512. 38 J.G. Starke. 1988. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 68. 39 Bierly. 1955. The Law Of Nation. London: Oxford Clarendon Press. Hal 9. sebagai berikut: “……there were some laws that bind him, the divine law, the law that is common to all nations and also certain laws wich calls the leges imperii, the law of government”. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Adalah sangat tepat pernyataan Bierly itu bahwa salah satu instrument pembatas kedaulatan adalah “the law that is common to all nations”, apalagi bila didalamnya terkandung kaidah-kaidah hukum internasional yang universal. Kaidah-kaidah mana yang sangat penting karena mempunyai fungsi pokok mengatur masyarakat internasional teerutama dalam hubungan antar Negara dengan Negara. Kaidah hukum internasional ini juga disebut oleh J. Morghentau sebagai suatu kaidah internasional yang diperlukan atau “jus necessarium” dari sistem Negara modern. Kaidah mana yang mengikat semua Negara tanpa memperdulikan kesediaan mereka. Namun in tegaskan pula bahwa kekuatan mengikat tersebut tidak berdampak terhadap kedaulatan masing-masing bangsa. Malahan kekuatan mengikat tersebut memungkinkan kedaulatan sebagai konsep hukum. Sebab tanpa adanya saling menghormati yurisdiksi masing-masing bangsa dan tanpa pelaksanaan hukum saling menghormati itu, maka hukum internasional dan system Negara tidak mungkin ada. Peranan jus cogens juga digambarkan oleh David H. Ott 40 Maksudnya Negara-negara dahulunya mempunyai kebebasan mutlak menetapkan kaidah aturan hukum apa yang berlaku bagi tatanan perhubungan di sebagai berikut: “…..states are completly free to establish whatever customary law they like whitin their own region in the past when positivism was the dominant view and other fundamental elements of international law were not in place the answer probably yes. But there is strong argument to be made today that what is called Jus Cogens has altered the position”. 40 David H. Ott. 1987.Public International Law In The Modern World. London: Pittman Publishing. Hal 18. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara wilayah mereka, karena tidak adanya suatu ketentuan yang mendasar dari hukum internasional tentang hal tersebut. Namun hal tersebut dewasa ini telah dibatasi oleh apa yang disebut sebagai Jus Cogens dan telah mengganti posisi aturan yang lama, sebagai kaidah hukum internasional universal yang mengatur hubungan masyarakat internasional, mengikat dan harus ditaati secara keseluruhan.

D. Self Determination Sebagai Implementasi Jus Cogens