BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia dalam hidupnya pasti belajar, baik itu dalam lembaga pendidikan formal, nonformal maupun informal. Sesuai dengan Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 13 ayat 1 tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan yaitu: “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.”
1
Pendidikan formal yang juga disebut sekolah terdiri dari tiga jenjang yaitu pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal merupakan lembaga pendidikan yang menjadi pelengkap dari pendidikan formal seperti
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar dan satuan pendidikan lainnya yang sejenis. Sedangkan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga
dan lingkungan seperti organisasi kepemudaan yang ada di lingkungan masing- masing.
2
Ketiga institusi tersebut biasa disebut tripusat pendidikan yang mempunyai peran dan fungsinya masing-masing. Komunikasi yang baik antara
1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,2003, hal.8
2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan …, hal.12
1
ketiga pusat pendidikan tersebut akan berdampak baik dalam proses pembinaan pendidikan anak.
Dalam proses pendidikan pada lembaga pendidikan yang dijelaskan di atas khususnya sekolah terdapat proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang,
baik peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang dipengaruhi oleh situasi
belajar yang ada hingga mencapai hasil yang maksimal. Dalam proses belajar, siswa memerlukan dorongan motivasi yang dapat memberikan kekuatan agar
siswa mampu mencapai hasil yang ingin dicapainya. Motivasi sangat berperan dalam proses belajar yaitu dapat memberikan
gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan
kegiatan belajar. Namun, tidak semua siswa memiliki motivasi yang tinggi, ada pula siswa yang tingkat motivasinya rendah sehingga mereka kurang semangat
dalam belajar. Pada saat ini terlihat banyak siswa yang kurang memiliki motivasi belajar.
Jika kita lihat berita yang ada di media cetak maupun media elektronik, terdapat beberapa kasus yang disebabkan kurangnya motivasi belajar siswa seperti yang
penulis kutip dari Majalah Gema Widyakarya menyebutkan terdapat siswa yang suka membolos sekolah, siswa yang menyontek saat ujian, siswa yang asyik
mengobrol; asyik dengan sesuatu yang dibawa dari rumah seperti handphone atau komik bahkan tidur pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam
kelas, mengerjakan pekerjaan rumah PR di sekolah, berpura-pura sakit pada jam pelajaran dan meminta izin untuk ke toilet padahal yang sebenarnya mereka
pergi ke kantin.
3
Hal tersebut disebabkan karena pengaruh lingkungan yang kurang mendukung, teman-teman yang kurang baik, kemampuan mengajar guru
yang kurang serta kurangnya pengawasan dari pihak sekolah kepada siswa-
3
Diah Ayu Sekar Arum. “Pelajar yang Tidak Belajar”, dalam Gema Widyakarya, Jakarta,
No.3Th.X2005, Hal.17
2
siswanya. Penyebab itulah yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa menjadi rendah.
Motivasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi
motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri, misalnya seperti adanya kemauan dari dalam diri untuk terus berkembang, sedangkan faktor ekstrinsik merupakan
hal-hal yang dapat mempengaruhi adanya motivasi yang berasal dari luar individu itu sendiri, misalnya seperti adanya dorongan dari orangtua, teman dan
guru. Terdapat beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa pada
saat pembelajaran di kelas seperti penggunaan media pengajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang diajarkan, membuat variasi metode belajar kepada
siswa, memberikan pertanyaan kepada siswa yang hasilnya dapat memotivasi siswa seperti memberikan hadiah, pujian, nilai dan penghargaan. Cara-cara
tersebut seharusnya dapat dilakukan guru dalam membangkitkan motivasi siswa, namun saat ini tidak semua pihak sekolah dan guru peka terhadap masalah ini.
Guru masih sering menggunakan metode belajar ceramah tanpa adanya media pengajaran yang menarik sehingga siswa menjadi bosan pada saat pembelajaran
di kelas. Tidak hanya guru, tetapi pihak sekolah pun seharusnya menyediakan media pengajaran yang memadai sehingga tidak menghambat proses belajar dan
dapat membantu dalam menimbulkan motivasi belajar siswa. Pada kenyataannya masih ada sekolah yang belum memiliki sarana prasarana belajar yang memadai
sebagai media pengajaran bagi guru. Lingkungan juga dapat memberikan motivasi bagi siswa seperti jika siswa berteman dengan siswa yang pintar maka
dia akan termotivasi juga untuk tekun belajar. Menurut Sardiman A.M dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar menjelaskan bahwa motivasi belajar memiliki peranan dalam proses
pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan memiliki keinginan untuk melaksanakan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga siswa akan
3
memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Tidak dapat dipungkiri jika terdapat siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan mengalami kegagalan
dalam memperoleh prestasi yang disebabkan kurangnya motivasi belajar. Sebab tingginya motivasi dalam belajar sangat berpengaruh terhadap tingginya prestasi
belajar.
4
Prestasi yang tinggi, yang dapat dicapai siswa adalah dambaan setiap orangtua. Namun, jalan menuju cita-cita itu tidaklah mudah. Harus ada usaha
yang dilakukan semua pihak yang terlibat. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa diantaranya sarana dan prasarana belajar, kompetensi guru, motivasi belajar siswa dan sebagainya. Untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi
seorang siswa memerlukan sarana dan prasarana belajar yang lengkap dan memadai. Sehingga proses belajar siswa dapat berkembang dan menarik jika
adanya sarana dan prasarana belajar yang sesuai dengan materi yang diberikan. Selain itu pula, kompetensi guru pun dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
seperti guru harus menguasai dengan benar materi yang akan diajarkan, guru harus memberikan contoh-contoh dari kehidupan nyata siswa-siswanya dan
apresiasi yang diberikan oleh guru juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti guru memberikan pujian kepada siswa yang memiliki prestasi yang
baik dan berusaha meningkatkan prestasinya tersebut atau guru akan memberikan dorongan kepada siswa yang memiliki prestasi yang kurang sehingga siswa
tersebut mampu memperoleh prestasi yang baik. Tetapi terkadang guru dalam mengajar kurang memberikan contoh-contoh dari kehidupan sehari-sehari dan
guru pun baru memberikan perhatian atau dorongan pada saat siswa mengalami nilai yang buruk, padahal pada saat siswa berhasil memperoleh nilai prestasi
yang baik membutuhkan dorongan berupa pujian atau hadiah sehingga siswa dapat termotivasi lagi dalam meningkatkan prestasinya.
4
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2010, hal.75
4
Adapun faktor yang terpenting adalah motivasi belajar siswa tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi sangat mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Sehingga apa artinya sarana prasarana yang lengkap dan kompetensi mengajar guru yang baik jika siswa tersebut kurang memiliki
motivasi?. Maka antara sarana dan prasarana belajar dengan kompetensi guru harus saling terkait guna menimbulkan motivasi belajar dan meningkatkan
prestasi belajar siswa. Terkait dengan penjelasan di atas, SMK Dua Mei merupakan sekolah yang
memiliki prestasi. Hal tersebut dapat terlihat dari persentase tingkat kelulusan ujian nasional pada tahun ajaran 20092010 berjumlah 100 dengan rata-rata
nilai 7,75 dengan perincian nilai rata-rata pelajaran Bahasa Indonesia 7,64; nilai rata-rata pelajaran Bahasa Inggris 7,90; nilai rata-rata matematika 7,84 dan nilai
rata-rata pelajaran produktif 7,98. Selain itu pula nilai rata-rata raport siswa yaitu 7,00. Namun siswa-siswa di sana kurang memiliki motivasi dalam belajarnya.
Hal ini berdasarkan pengamatan sementara penulis yang melihat motivasi belajar mereka kurang pada saat pembelajaran di kelas, siswa-siswanya kurang
merespon dengan baik pelajaran yang disampaikan, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti berbicara atau mengobrol dengan temannya atau
memainkan handphone dan sering meminta izin ke kamar mandi pada saat pembelajaran dan sebagainya. Jika dilihat dari kondisi sarana prasarana belajar,
SMK Dua Mei Ciputat telah cukup baik kondisi sarana prasarananya namun jumlahnya masih kurang sehingga perlu ditambah guna meningkatkan motivasi
siswanya dalam belajar. Metode pembelajaran yang digunakan guru di SMK Dua Mei Ciputat sudah sebagian menggunakan metode yang cukup menarik namun
masih ada pula guru yang menggunakan metode pembelajaran ceramah tanpa adanya media belajar yang menarik sehingga siswa terkadang merasa jenuh dan
kurang adanya interaksi dengan gurunya dan kurangnya apresiasi yang guru berikan kepada siswanya atas prestasi belajar yang telah diperoleh. Lingkungan
5
pergaulan siswa pun kurang mendukung dalam proses pembelajaran, hal ini dapat mempengaruhi siswa menjadi malas belajar.
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK DUA MEI
CIPUTAT.” B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa dan
prestasi belajar siswa diantaranya: 1.
Kurangnya sarana prasarana belajar yang memadai dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2. Kurangnya variasi metode pengajaran yang digunakan guru dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa. 3.
Pengaruh lingkungan siswa yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran.
4. Kurangnya apresisasi yang diberikan guru kepada siswa dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. 5.
Kurangnya motivasi belajar siswa sehingga mengakibatkan tidak maksimalnya prestasi belajar siswa.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah