54
BAB 4 HASIL PENELITIAN
A. Penerapan  Model  Pembelajaran  Aktif  Menggunakan  Mind  Map  Pada
Kelas Eksperimen Dan Model Pembelajaran Aktif Pada Kelas Kontrol Di SMAN 8 Kota Tangsel
Berdasarkan  hasil  pengamatan  observasi,  siswa  melibatkan  diri  dalam pembelajaran  di  kelas.  Sehingga  perhatian  dan  minat  siswa  hanya  tertuju  atau
fokus apa  yang disampaikan oleh  guru. Keikutsertaan atau keterlibatan  langsung siswa  dalam  pembelajaran  model  pembelajaran  aktif  menggunakan  mind  map
membuktikan bahwa pembelajaran tersebut berjalan dengan lancar dan tertib. Guru berkeliling untuk melihat siswa bekerja dalam kelompoknya. Ternyata,
membuat  mind  map  antaranggota  secara  bergiliran  dalam  kelompok,  dan  ini memberikan  kesempatan  berinteraksi  antarsiswa.  Secara  individu,  mind  map
membuat  ingat  siswa  pada  halaman  yang  dibaca  perkalimat.  Maka  dari  itu, kebutuhan  mind  map  untuk  menyampaikan  makna  sesuatu  yang  siswa  baca.
Belajar mind map membuat siswa dapat mengingat dan memahami apa yang telah dipelajari.  Sehingga  siswa  memiliki  keterbukaan  dan  tujuan  inovatif  dalam
mengatur, mengorganisasi, dan problem solving. Temuan penelitian ini adalah  mind map mengatur informasi  yang diperoleh
siswa.  Pada  kenyataannya,  mind  map  membantu  proses  berpikir  alami,  dapat secara acak dan nonlinier.  Mind map itu terstruktur, keterbukaan, dan sederhana.
Setiap  ide  yang  dihasilkan  dapat  dihubungkan  langsung  dengan  mind  map sehingga ide tersebut terekam, dan ini sebenarnya tanpa usaha mental.
Mind map membiarkan kognitif siswa terasah. Menggambar mind map dapat memberikan  siswa  tentang  informasi  seputar  pengetahuan  yang  dimilikinya.  Ini
menimbulkan  kesadaran  akan  mengorganisasi  pengetahuan  yang  telah  dimiliki atau belum. Proses ini dapat menambah apa yang dimiliki siswa, terutama dalam
kelompok, dengan mengkonstruksi  mind map siswa berdiskusi mengenai  konsep
yang dipelajari dan menggambarkan hubungannya. Siswa memberikan penjelasan yang berwawasan ke dalam yang mendasari struktur kognitif yang sederhana dan
presentasi  mudah  dalam  bentuk  peta.  Perkembangan  siswa  dapat  dibandingkan saat siswa bertanya sebelum dan sesudah membuat mind map.
Beberapa  mind  map  terlihat  unik  dan  penggambaran  yang  menarik.  Tentu saja  mind  map  digunakan  sebagai  simpanan  memori.  Ketika  informasi  akan
diingat dan mengingat kembali dengan cepat, pembelajaran tercepat dan informasi yang diterima akan disimpan dengan baik oleh otak. Sehingga siswa lebih mudah
merentensi informasi lama ataupun baru yang telah dipelajari. Saat  pembelajaran  terakhir,  masalah-masalah  yang  ada  pada  diskusi  topik
diulang dan terstruktur akan diubah dalam mind map. Dan mind map sangat baik untuk ringkasan bersifat memori. Sehingga mind map membantu pengulangan dan
ringkasan siswa. Mind map membantu koneksi informasi baru bermakna dengan pengetahuan
yang  diberikan.  Informasi  baru  akan  digabungkan  yang  ada  pada  mind  map dan konsep  yang  telah  dipelajari  sebelumnya  dihubungkan.  Misalnya  guru  melihat
kegiatan  siswa  dimulai  dan  meninjau  kesiapan  siswa  dalam  membuat  mind  map dan  bagaimana  konsep  baru    dapat  melengkapi  topik  lama.  Tentu  saja  ini
dilakukan untuk beberapa informasi baru dikarenakan keterbatasan tempat. Selain  itu,  saat  membuat  mind  map,  siswa  dilatih  untuk  berimajinasi,
berkreasi  dalam  mengungkapkan  idenya  sendiri  berdasarkan  konsep,  teori,  serta kaitannya  dengan  kehidupan  sehari-hari  siswa  yang  terkait  dengan  materi
pelajaran yang dibuatkan mind map. Pada saat itu pikiran siswa menjelajahi areal materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Siswa menjadi terlatih membuat mind
map dan  kemampuan  berimajinasi  dengan  lebih  baik.  Terlihat  siswa  selalu tidak puas  terhadap  mind  map  yang  telah  dibuatnya.  Membuat  mind  map  melibatkan
pemikiran yang tidak terbatas. Dibandingkan  dengan  kelas  kontrol,  siswa  mengumpulkan  dan  mencatat
informasi  dalam  bentuk  tradisional  yaitu  catatan  biasa.  Siswa  meringkas  dan menyimpulkan seluruh isi materi pelajaran. Sehingga terlihat siswa tampak tidak
bersemangat  walaupun  model  pembelajaran  yang  digunakan  sama  dengan  kelas
eksperimen.  Tetapi  cara  penyampaian  informasi  yang  tidak  terlalu  menarik, menimbulkan  kebosanan  siswa  dan  ini  membuat  siswa  malas  untuk  menulis.
Siswa tidak berimajinasi dalam membuat catatan hanya terpatut pada tulisan buku atau  lainnya.  Catatan  biasa  membuat  menghafal  atau  mengingat  kembali
informasi  yang dibutuh akan memakan waktu yang lama. Tidak ada sisi menarik yang ditampilkan pada catatan biasa.
Keserasian  antara  warna,  simbol,  dan  tulisan  akan  membuat  seseorang sangat  tertarik  atau  menaruh  perhatian  yang  lebih.  Sesuatu  yang  unik  akan
membuat seorang tidak melepaskan pandangannya apa yang dilihat. Dalam proses menjawab  soal  siswa  dalam  kelas  kontrol  lebih  banyak  mengalami  kesulitan
dibanding  siswa  dalam  kelas  eksperimen.  Ini  diakibatkan  siswa  dalam  kelas kontrol  kemampuan  mengingat  yang  kurang  sehingga  tidak  terjadi  meaningful
learning.
B. Hasil Belajar Siswa