Pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan Mind Map Terhadap hasil belajar biologi pada konsep keanekaragaman hayati(Eksperimen di SMAN 8 Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
SUGESTI FITRIANI 105016100529
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
(2)
Sugesti Fitriani. "Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Menggunakan Mind Map Terhadap Hasil Belajar Biologi pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Eksperimen di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan)”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan mind map terhadap hasil belajar biologi pada konsep keanekaragaman hayati. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain pre test-post test two group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 37 siswa untuk kelas eksperimen dan 37 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan mind map terhadap hasil belajar biologi pada konsep keanekaragaman hayati.
Analisis data menggunakan uji-t, data hasil penghitungan perbedaan rata-rata post test kedua kelompok diperoleh nilai thitung sebesar 2,98, sedangkan ttabel dengan taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 70, yaitu sebesar 2,00, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan mind map terhadap hasil belajar biologi pada konsep keanekaragaman hayati.
(3)
To Biology Achievement in Biodiversity Concept (Quasi Experiment in Senior High School 8 South Tangerang)”. Undergraduate thesis, Biology Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science of Syarif Hidayatullah State Islamic University.
The aim of the research is to know the influence of model active learning using mind map to biology achievement in biodiversity concept. This research is done in Senior High School 8 South Tangerang. This research used quasi experiment method with pre test – post test two group design. Sample is taken by using purposive sampling technique. The research sample was class X-3 involving 37 students (the experiment class) and class X-1 involving 37 students (the control class). The data is taken by using instrument of achievement test in multiple choice which have been tested for its validity and its reliability. The hypothesis in this research is there is influence of model active learning using mind map to biology achievement in biodiversity concept. The data analysis used t-test, from the result of data calculation the differentiation mean between the two group obtained the value of ttest are equal to 2.98, while ttable at the level of significant
5% with degree of freedom (df) = 70 that is equal to 2.00. It shows that there is in influence of model active learning using mind map to biology achievement in biodiversity concept.
(4)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Agustus 2010
(5)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
SUGESTI FITRIANI NIM: 105016100529
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Zulfiani, M.Pd. Eny S. Rosyidatun, M.A NIP. 19760309 200501 2 002 NIP. 19750924 200604 2 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
(6)
Alhamdulillah, segala puji dan syukur terucap hanya kepada Allah SWT, tuhan pemilik segala ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, guru terbaik sepanjang zaman, suri teladan seluruh umat.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi Program S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas keterlibatan para pihak dari awal hingga akhir penulisan ini memberikan bantuan dan kerjasamanya membantu penyusunan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku ketua Jurusan Pendidikan IPA dan para staf jajarannya.
3. Sujiyo Miranto, M.Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan Biologi.
4. Dr. Zulfiani, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, dan saran terhadap penulisan skripsi ini.
5. Eny S. Rosyidatun, M.A., selaku pembimbing II yang memberikan pengarahan, saran dan kritik terhadap penulisan skripsi ini.
6. Wakil kepala SMAN 8, guru biologi, dan siswa-siswi Kelas X-1 dan X-3 yang membantu penelitian skripsi penulis.
7. Kedua orang tua, Suherman dan Chusnul Chotimah yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan nasehat kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar. Untuk kedua adikku, terima kasih selalu menemani kakak dalam mengisi hari-hari yang penuh warna.
8. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2005, semoga kita semua sukses dan selalu kompak.
(7)
9. Rekan kerjaku di Bimbel Gama UI, terutama Ms. Dede terima kasih untuk mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat dan saran kepada penulis. Ms. Erina terima kasih untuk saran dan kritik. Dan Ms. Prita terima kasih telah membuat penulis selalu ceria dan semangat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan saran bagi siapa saja untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Jakarta, Agustus 2010
(8)
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Model Pembelajaran Aktif ... 6
a. Pengertian Model Pembelajaran Aktif ... 6
b. Urgensi Pembelajaran Aktif ... 10
c. Karakteristik Pembelajaran Aktif ... 12
2. Hakikat Mind Map ... 13
a. Pengertian Mind Map ... 13
b. Cara Membuat MindMap ... 15
c. Manfaat MindMap ... 16
d. Perbedaan MindMap dengan Catatan Lain ... 18
3. Hakikat Hasil Belajar Siswa ... 22
(9)
5. Aplikasi Pembelajaran Aktif Menggunakan MindMap
dalam rancangan Pembelajaran ... 31
B. Penelitian yang Relevan ... 34
C. Kerangka Pikir ... 37
D. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39
B. Variabel Penelitian ... 39
C. Metode Penelitian ... 39
1. Metode Penelitian ... 39
2. Desain Penelitian ... 39
D. Populasi dan Sampel ... 40
1. Populasi . ... 40
2. Sampel . ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data... 41
F. Instrumen Penelitian ... 41
1. Kisi-Kisi Instrumen ... 41
a. Tes ... 41
b. Angket ... 43
c. Lembar Observasi ... 44
2. Kalibrasi Instrumen ... 46
a. Validitas Instrumen ... 46
b. Reliabilitas Instrumen ... 46
c. Penghitungan Analisis Butir Soal ... 47
G. Prosedur Penelitian ... 48
H. Teknik Analisis Data ... 50
1. Uji Normalitas ... 50
2. Uji Homogenitas ... 51
3. Normal Gain ... 51
(10)
I. Hipotesis Statistik ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Model Pembelajaran Aktif Menggunakan Mind Map Pada Kelas Eksperimen dan Model Pembelajaran Aktif Pada Kelas Kontrol ... 54
B. Hasil Belajar Siswa ... 56
a. Deskripsi Data Hasil Belajar (PreTest) Dua Kelompok... 56
b. Deskripsi Data Hasil Belajar (PostTest) Dua Kelompok ... 57
C. Pengaruh Pembelajaran Aktif Menggunakan MindMap Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Perbedaan antara pembelajaran aktif dengan pembelajaran
konvensional ... 9
Tabel 2.2 Perbedaan catatan biasa dengan mind map ... 19
Tabel 2.3 Perbedaan peta konsep dengan mind map ... 22
Tabel 3.1 Rancangan penelitian ... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian kognitif pada konsep keanekaragaman hayati ... 42
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket ... 44
Tabel 3.4 Kriteria penilaian observasi tahapan pembelajaran aktif (kelas eksperimen) ... 45
Tabel 3.5 Hasil tingkat kesukaran instrumen ... 48
Tabel 4.1 Hasil Belajar Biologi (Pre Test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56
Tabel 4.2 Hasil Belajar Biologi (PostTest) Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ... 57
Tabel 4.3 Penghitungan Normal Gain Kedua Kelompok ... 58
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas PostTest... 59
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas PostTest ... 60
(12)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Efektivitas model pembelajaran ... 8
Gambar 2.2 Mind map software ... 16
Gambar 2.3 Peta konsep ... 21
Gambar 2.4 Mindmap... 21
Gambar 2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ... 26
(13)
A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar adalah kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dan guru yang membelajarkan. 1Proses pembelajaran selama ini sebagian besar dilakukan melalui penyampaian informasi yang berpusat pada kegiatan mendengarkan dan menghafalkan, bukan memberikan interprestasi dan makna terhadap apa yang dipelajari dalam upaya untuk membangun (mengkonstruksi) pengetahuan sendiri. Di sisi lain, belajar dipandang sebagai perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya apa yang dipahami oleh guru, itulah yang dipahami oleh siswa. Pada akhir pembelajaran, evaluasi dilaksanakan untuk melihat seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.2
Seringkali, proses belajar mengajar tidak berjalan dengan lancar. Hal ini disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang direncanakan oleh guru tidak efektif. Penggunaan model pembelajaran dalam penyampaian konsep kepada siswa yang kurang efektif dan efisien menyebabkan siswa merasa bosan dan semangat dalam belajar. Sehingga hal ini tidak dapat memperbaiki cara belajar siswa. Seharusnya guru memiliki keterampilan yang memadai di bidangnya dan didukung oleh teknik penyajian atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien.
Tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi siswa. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi siswa biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan pembelajaran yang kurang harmonis. Siswa gelisah duduk berlama-lama di kursi
1
Nuryani Y. Rustaman dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), cet I, h.5
2
Mirna, Pembelajaran Berdasarkan Teori Konstruktivis, th. II, (Jurnal Pendidikan Edukasi vol. 4 Oktober 2003, Padang: FKIP Univ. Bung Hatta,), h.75.
(14)
mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran dan kompetensi yang diinginkan.3
Perlu adanya proses pembelajaran yang melibatkan siswa sepenuhnya. Sehingga siswa belajar dengan melibatkan dirinya dalam pembelajaran di kelas. Siswa melibatkan dalam belajar akan membuat siswa memahami dan mngkonstruksi pengetahuan dengan sendirinya. Maka dari itu digunakan strategi pelibatan siswa aktif dan menggali potensi diri siswa.
Sekian banyak strategi pelibatan siswa dalam belajar, sebagaimana dikatakan Sally Philip dari University of Colorado, umpamanya adalah dengan active learning dan terus dikembangkan ke dalam bentuk colaborative learning. Active learning atau belajar aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah kompetensi pengetahuan mereka, tetapi juga kemampuan analitis, sintesis dan menilai informasi yang relevan untuk dijadikan nilai baru dalam hidupnya.4
Lebih lanjut, pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimilikinya dan untuk menjaga perhatian anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.5 Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan tidak terlalu bergantung pada apa yang disampaikan oleh guru. Diharapkan penguasaan konsep siswa akan meningkat dan pengetahuannya lebih luas.
Sedangkan, mind map merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran, serta membantu membuka potensi otak sepenuhnya.6 Manfaat mind map dapat membantu siswa dalam memahami
3
Isjoni, Strategi Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. ke-1, h.26.
4
Dede Rosyada, Pendidikan Multikultur Melalui Pendidikan Agama Islam, (Jurnal Didaktika Islamika vol. VI No. 1 Juni 2005), h. 28-29.
5 Hartono, (2008), Strategi Pembelajaran Active Learning (online), tersedia: http://sditalqalam.wordpress.com. Diakses 27 Januari 2009.
6
(15)
materi pelajaran sehingga belajar lebih bermakna. Mind map digunakan dalam mengingat kembali ide atau materi yang sudah dipelajari.
Penelitian ini diberikan alternatif penggunaan model pembelajaran yaitu model pembelajaran aktif yang digabungkan dengan penggunaan mind map. Dalam proses pembelajaran, siswa akan diberikan tugas terstruktur berupa mind map. Pemberian tugas dapat diberikan sebelum penyampaian materi atau dapat diberikan sesudah penyampaian materi. Pemberian mind map dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dan sejauh mana pengetahuan yang dimiliki siswa tentang konsep yang diajarkan. Penggunaan model pembelajaran aktif menggunakan mind map dapat membantu siswa dalam memahami pengetahuan (konsep) dalam arti sebenarnya dan memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.
Untuk mengatasi hal di atas, yang merupakan bagian kesulitan siswa maka konsep keanekaragaman hayati diajarkan dengan model pembelajaran aktif menggunakan mind map.
Dengan alasan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Menggunakan Mind Map Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Hayati.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang tidak efektif dan efisien sering kali dilakukan oleh guru dalam memperbaiki cara belajar siswa.
2. Siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa hanya sebagai pendengar aktif saat guru aktif menjelaskan konsep.
3. Konsep-konsep biologi yang disampaikan oleh guru sering kali membosankan siswa dalam proses penyampaian.
4. Model pembelajaran aktif menggunakan mind map memudahkan siswa dalam memahami konsep dan mengatasi kesulitan belajar.
(16)
C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas, agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup dibatasi yaitu
1. Subjek penelitiannya adalah siswa SMAN 8 Kota Tangerang Selatan.
2. Model pembelajaran aktif menggunakan mind map untuk memudahkan siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya.
3. Hasil belajar biologi pada konsep keanekaragaman hayati yang diukur dengan tes kognitif dengan jenjang kognitif yaitu: (1) pengetahuan/ingatan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis dilakukan dengan cara pemberian tes.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “bagaimanakah pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan mind map terhadap hasil belajar biologi pada konsep keanekaragaman hayati?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan mind map terhadap hasil belajar biologi pada konsep keanekaragaman hayati. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara dua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol). Penelitian ini diharapkan berguna:
1. Bagi peneliti
Membantu guru dalam melakukan perbaikan-perbaikan metode belajar guna meningkatkan mutu pengajaran, karena keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran serta guru. Dan menambah wawasan dan pemahaman dalam upaya menerapkan model pembelajaran.
(17)
2. Bagi guru
Memberikan informasi tentang penerapan pembelajaran model pembelajaran aktif menggunakan mind map untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Serta sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa
Membantu kesulitan belajar siswa dengan menggunakan mind map, meningkatkan kemampuan berpikir dan mengingat siswa, dan meningkatkan kreativitas dan kerja sama pada siswa.
(18)
A. Deskripsi Teoretis
1. Hakikat Model Model Pembelajaran Aktif ( Active Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Aktif ( Active Learning )
Perkembangan pesat utamanya dalam bidang informasi, mensyaratkan perlunya menggeser pola pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisipasif. Dengan semakin meningkatnya laju perkembangan pengetahuan, guru tidak lagi mampu menjadi satu-satunya sumber informasi. Siswa perlu menggeser peran dari sekedar penerima pasif informasi menuju pencarian aktif pengetahuan dan keterampilan serta menggunakannya secara bermakna. Ide perkembangan aktif ini sebenarnya mengacu kepada bagaimana memberikan sesuatu yang berbeda kepada orang yang berbeda.
Istilah “active learning” mengacu kepada teknik instruksional interaktif yang mengharuskan siswa melakukan pemikiran tingkat tinggi. Siswa dalam melakukan pembelajaran aktif dapat menggunakan sumber daya di luar pengajar untuk memperoleh informasi, serta menunjukkan kemampuannya menganalisis, sintesis, dan mengevaluasi melalui proyek dll. Siswa mengorganisasikan pekerjaannya, informasi riset, diskusi dan menjelaskan gagasan, mengamati demo/fenomena, menyelesaikan masalah dan memformulasikan pertanyaan yang dimilikinya. Seringkali pembelajaran aktif dikombinasikan dengan pembelajaran kerjasama/kolaborasi yaitu siswa bekerja secara interaktif dalam tim yang memajukan ketergantungan dan pertanggungjawaban individual untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai tambahan, pembelajaran aktif dapat menunjukkan berbagai kecerdasan.1
1
Bachtiar Simamora (2008), Baldrige Daftar Istilah: Pembelajaran Aktif (online), tersedia: www.baldrigeindo.com. Diakses 27 Januari 2009.
(19)
Pembelajaran aktif sebenarnya mengakomodasi perbedaan yang ada di antara individu siswa. Setiap siswa bersifat unik. Siswa yang satu berbeda dengan siswa lain dilihat dari berbagai sisi. Oleh karena itu, ada beberapa definisi tentang pembelajaran aktif. Definisi-definisi yang dimaksud sebagai berikut:2
1. Belajar aktif menurut Meyers dan Jones, meliputi pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi penuh makna, mendengar, menulis, membaca, dan merefleksi materi, gagasan, isu, dan materi akademik. 2. Paulson dan Faust mengungkapkan bahwa belajar aktif secara sederhana
merupakan segala sesuatu yang dilakukan siswa selain hanya menjadi pendengar pasif ceramah dari guru.
3. Joint Report menyatakan bahwa belajar merupakan pencarian makna secara aktif oleh siswa. Belajar lebih merupakan pembangunan pengetahuan daripada sekedar menerima pengetahuan secara pasif.
4. Chickering dan Gamson menambahkan bahwa belajar tidaklah seperti menonton olahraga. Siswa tidak akan belajar banyak hanya dengan duduk di kelas dan mendengarkan guru, mengingat tugas-tugas, dan mengajukan jawaban. Siswa harus mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari, menulisnya, menghubungkan dengan pengalaman terdahulu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Pardjono mengenai pembelajaran aktif:
In active learning, knowledge is the accumulation of experience construted by children through learning activities. The term active learning semantically implies that student are active, that is, actively constructing their own knowledge not just passively receiving ready-made from other people. Active learning remerged in the 80s and 90s in the from of constructivism, which has two principles: knowledge is not passively received but actively built up by the learner and the function of cognition is adaptive and serves the organization of the experiential world.
When the student is involved in active learning, the student’s taks is to construct his or her own knowledge through classroom activities. The role of the teacher changes from dispenser of ready-made knowledge to the a facilitator of learning.3
Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran aktif dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa
2
Junaedi, dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h.9-10.
3
Pardjono, Active Learning: The Dewey, Piaget, Vygotsky, and Constructivist Theory Perpectives, (Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 9 No. 3 Agustus 2002), h.176.
(20)
1) pada dasarnya belajar merupakan proses aktif dan 2) seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain.
Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran aktif dari awal pembelajaran, ada tiga tujuan penting yang harus dicapai. Tujuan-tujuan ini adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan tim: Membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain dan menciptakan semangat kerja sama dan interdependensi.
2. Penilaian sederhana: Guru mempelajari sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.
3. Keterlibatan belajar langsung: Guru menciptakan minat siswa terhadap pelajaran.
Ketiga tujuan di atas, bila dicapai akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang melibatkan siswa, meningkatkan keinginan siswa untuk ambil bagian dalam kegiatan belajar aktif, dan menciptakan norma kelas yang positif.4
Gambar 2.1. Efektivitas Model Pembelajaran5
Gambar di atas menujukkan efektivitas model pembelajaran antara pembelajaran pasif dengan pembelajaran aktif. Pembelajaran pasif biasanya
4
Melvin Silberman, Op.cit., h. 62.
5
T.M.A. Ari Samadhi, 2008, Pembelajaran Aktif (Active Learning) (online), Teaching Improvement Worksop, Engineering Education Development Project ADB Loan No. 1432-INO, tersedia: www.jurnalskripsi.com. Diakses 27 Januari 2009.
(21)
dilakukan dengan tahap membaca, mendengarkan, melihat gambar, menonton video, sampai dengan melihat kebiasaan suatu tempat. Sedangkan pembelajaran aktif terdiri dari berpartisipasi dalam diskusi, memberikan pendapat sampai melakukan penerapan. Jika dihubungkan dengan gambar di atas, mind map termasuk dalam doing pada pembelajaran aktif.
Tabel 2.1. Perbedaan antara Pembelajaran Aktif dengan Pembelajaran Konvensional6
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Aktif Berpusat pada guru Berpusat pada anak didik Penekanan pada menerima pengetahuan Penekanan pada menemukan Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan Kurang memberdayakan semua indera
dan potensi anak didik
Memberdayakan semua indera dan potensi anak didik
Menggunakan metode yang monoton Menggunakan banyak metode Kurang banyak media yang digunakan Menggunakan banyak media Tidak perlu disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada
Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada
Pada dasarnya, pembelajaran aktif berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi siswa. Dengan memberikan strategi pembelajaran aktif pada siswa dapat membantu ingatan (memori) siswa, sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.7
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif sangat baik dalam membantu siswa memahami pengetahuan yang ada dan dapat mengembangkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran konvensional sangat mengekang
6
Hartono, 2008, Strategi Pembelajaran Active Learning (online), tersedia:
http://sditalqalam.wordpress.com. Diakses 27 Januari 2009
7
Ibid.
(22)
kemampuan siswa yang sebenarnya. Serta diharapkan guru tidak hanya terus menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk itu, keterampilan guru harus ditingkatkan dalam strategi pembelajaran yang akan diterapkan dalam kelas.
b. Urgensi pembelajaran aktif
Beberapa alasan perlunya menerapkannya pembelajaran yang aktif berikut ini: 1. Riset kognitif menunjukkan bahwa menggunakan teknik ceramah saja
bukanlah strategi pembelajaran yang efektif.
2. Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran aktif dapat mencegah sesi yang monoton sehingga siswa akan lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati sesi pembelajaran.
3. Pembelajaran aktif dapat mengintegrasikan bahan-bahan ataupun pengetahuan baik yang lama maupun yang baru.
4. Dalam pembelajaran aktif siswa dilibatkan dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
5. Kegiatan-kegiatan mandiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan gaya belajarnya sendiri dalam berbagai kegiatan.
6. Siswa akan lebih mampu mengulang langkah-langkah penting jika kegiatan tersebut dilakukan mandiri.
7. Pembelajaran aktif memerlukan tanggung jawab individual dan sekaligus tingkat kerjasama yang tinggi.
8. Pembelajaran aktif mendorong interaksi siswa dengan siswa lain dan guru. 9. Keterlibatan siswa yang tinggi dalam pembelajaran menyebabkan minat dan
motivasi belajar siswa meningkat.
Dari alasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembelajaran aktif sangat diperlukan dalam mengembangkan kemampuan siswa dengan lebih efektif dan efisien. Siswa tidak akan cepat bosan atau jenuh dalam pembelajaran di kelas. Keterlibatan langsung siswa dalam pembelajaran dapat memotivasi untuk terus belajar.
Selain itu ada beberapa penelitian yang menunjukkan tentang keefektifan metode ceramah atau yang lebih dikenal dengan model pembelajaran
(23)
konvensional. Penelitian Trenaman menunjukkan bahwa metode ceramah hanya efektif pada 15 menit pertama dari waktu pembelajaran. Setelah itu bila ceramah dilanjutkan, pembelajaran akan berlangsung secara tidak bermakna.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Polio menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut timbul antara lain karena pada umumnya guru mendominasi seluruh proses pembelajaran, sementara siswa lebih bersifat pasif. Kondisi nyata yang terjadi pada pembelajaran di atas menekankan pentingnya pembelajaran aktif.8
Untuk itu, guru tidak hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode penyampaian informasi atau pengetahuan kepada siswa. Sehingga saat menjelaskan konsep, perhatian siswa kepada guru tidak berkurang.
Beberapa alasan lain yang menyiratkan pentingnya menerapkan pembelajaran aktif, antara lain sebagai berikut:
1. Jumlah informasi sedemikian banyak di satu sisi dan di sisi lain jumlah waktu yang tersedia terbatas.
2. Tidak semua aspek pengetahuan dapat diajarkan dengan cara yang sama, apalagi hanya dengan dengan satu cara.
3. Orientasi pada penguasaan target materi telah berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik untuk memecahkan masalah persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
4. Hasil penelitian yang dilakukan dalam 25 tahun terakhir tentang otak manusia menunjukkan drill hanya mengembangkan satu bagian otak manusia.
5. Di dalam belajar perlu menganut prinsip (a) empat pilar pendidikan, (b) inkuiri sains, (c) sains, teknologi, dan masyarakat, (d) konstruktivisme, dan (e) pemecahan masalah. Semua prinsip tersebut menuntut pembelajaran aktif.
8
(24)
6. Proses belajar dan mengajar seharusnya berfokus pada learning, berangkat dari masalah nyata dan menumbuhkembangkan kemampuan menggunakan keterampilan proses.
7. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menitnya, karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula.
8. Penelitian mutakhir yang lain tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pada pembelajaran aktif pemberdayaan otak kiri dan otak kanan sangat dipentingkan.9
Merujuk pada beberapa alasan di atas, bahwa pembelajaran aktif sangat membantu guru dalam memahami kemampuan siswa. Beragam metode dalam pembelajaran aktif dapat mengatasi permasalahan dalam penyampaian materi yang kerapkali dirasakan oleh siswa sangat monoton. Sedangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan harus diperdayakan secara seimbang. Karena pada kenyataannya hanya otak kiri sangat dipentingkan dibandingkan otak kanan. c. Karakteristik Pembelajaran Aktif
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
2. Siswa tidak hanya mendengarkan secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran.
3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pelajaran.
4. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi.
9
(25)
5. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.10
Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, serta siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berpikir. Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak, dan melakukan sesuatu dengan aktif, keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental.11
Kesimpulan yang dapat diambil dari wacana di atas, peningkatan belajar aktif membuat anak menghadapi belajar dalam arti yang sebenarnya. Bukan sedekar memperoleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi memproses dan menggunakan pengetahuan sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuannya dalam berpikir kritis, kreatif, dan penalaran yang tinggi.12 Proses belajar mengajar harus dapat menerapkan pembelajaran aktif secara tepat sasaran dengan diperhitungkan waktu sehingga waktu tidak terbuang hanya karena banyak kegiatan yang dilakukan dalam model pembelajaran aktif.
2. Hakikat Mind Map
a. Pengertian Mind Map
Mind Map (peta pikiran) merupakan metode belajar dalam konteks mengingat atau merekam materi pelajaran yang perlu diingat yang nantinya dimunculkan kembali setelah selang beberapa waktu. Metode ini memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi). Mind map ditemukan oleh Tony Buzan (1971).13
Peta pikiran adalah ekspresi dari radiant thinking yang merupakan fungsi alami dari pikiran manusia. Peta pikiran ini merupakan ekspresi potensi keluasan
10
T.M.A. Ari Samadhi, 2008, Pembelajaran Aktif (Active Learning) (online), Teaching Improvement Worshop, Engineering Education Development Project ADB Loan No. 1432_INO, tersedia: www.jurnalskripsi.com. Diakses 27 Januari 2009.
11
Dalvi, Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Agama dengan Menggunakan Metode Belajar Aktif Tipe Kuis Tim di Kelas VIB MI Diniyah Puteri Padang Pajang Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2005/2006, (Jurnal Guru Diknas Pendidikan Kota Padang, No.1 Vol. 3 Juli 2006), h.60.
12
Nuniary Sefnath, Prinsip-Prinsip Belajar Aktif dalam Proses Belajar Mengajar (Suatu Implikasi Belajar Mengajar Optimal ), (Jurnal Kependidikan Jur. Ilmu Pendidikan FKIP UNPATTI Vol.1, No.2 November 2004), h. 142.
13
Hernowo, Bu Slim dan Pak Bil Membincangkan Pendidikan di Masa Depan: Ihwal Life Skills, Portofolio, Kontruktivisme, dan Kompetensi, (Bandung: MLC, 2004), h.13.
(26)
yang tidak terbatas dari otak manusia, yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan dan melatih siswa dalam berpikir.14
Mnid map is an outline in which the major categories radiate from a central image and lesser categories are captured as branches of large branches.15
Mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier. Mind map menggapai ke segala arah dan merangkai berbagai pikiran dari segala sudut. Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak.16
Mind map merupakan peta rute bagi ingatan, memungkinkan siapa pun menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak
dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih dapat diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan
tradisional.17
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mindmap adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan memudahkan pengguna untuk mengingat atau mengambil informasi ketika dibutuhkan kembali. Atau mind map merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran, secara menarik, mudah, dan berdaya guna bagi setiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari atau merencanakan tugas baru.
Mind map merupakan bentuk penulisan catatan yang penuh warna dan bersifat visual, yang dapat dikerjakan oleh satu orang atau satu tim. Di pusatnya terdapat sebuah gagasan atau gambar sentral. Gagasan utama tersebut dieksplorasi melalui cabang-cabang yang mewakili gagasan-gagasan utama, yang kesemuanya terhubung pada gagasan sentral itu.
14
Ida Bagus Putu Arnyana, Pengembangan Peta Pikiran Untuk Meningkatkan Kecakapan berpikir Kreaif Siswa, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH XXXX Juli 2007), h.680..
15
John W. Budd, Mind Map As Classroom Exercises, ( Minneapolis: University of Minneasota, 2003), tersedia: [email protected], diakses 6 Juni 2010.
16
Bagus Taruno Legowo, Freemind: Mind Mapping Software, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h.5
17
(27)
Di setiap cabang ”gagasan utama” ada cabang-cabang ”sub gagasan” yang mengeksplorasi tema-tema tersebut secara lebih mendalam. Pada cabang sub gagasan ini dapat ditambahkan lebih banyak sub cabang lagi, sambil terus mengeksplorasi gagasan secara mendalam lagi. Sama seperti semua cabang itu pun demikian. Faktor ini membuat mind map memiliki ruang lingkup yang mendalam dan luas, yang tidak dimiliki oleh gagasan biasa.18
Semua mind map mempunyai kesamaan. Yaitu menggunakan warna, memiliki struktur alami yang memancar dari pusat, menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.19
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua mempunyai kesamaan tapi hanya berbeda dari segi kreativitas. Kreativitas setiap orang berbeda-beda dan juga tergantung pada bagaimana seseorang mengasah kreativitas yang membuat ia berbeda dari yang lain.
b. Cara Membuat Mind Map
Berikut cara membuat mindmap yang didapat dari berbagai sumber. Tujuh langkah membuat mind map yaitu:
1. Mulailah dari tengah kertas kosong. 2. Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama. 3. Gunakan berbagai warna.
4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat. Buatlah ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya
5. Buatlah garis hubung yang melengkung. 6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
18
Ida Bagus Putu Arnyana, Pengembangan Peta Pikiran Untuk Meningkatkan Kecakapan berpikir Kreaif Siswa, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH XXXX Juli 2007), h.677-678.
19
(28)
7. Gunakan gambar.20
Selain cara di atas, membuat mind map dapat menggunakan software seperti freemind. Software mind map dapat diakses melalui internet atau membelinya.
Gambar 2.3 Mind Map Software
c. Manfaat Mind Map
Guru menyuruh siswa untuk membuat peta pikiran memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah pelajari atau apa yang tengah direncanakan. Mind map sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Mind Map sebenarnya juga dapat digunakan untuk brainstorming; jembatan diskusi, berbagi ide, dan mengerjakan proyek bersama.21Brainstorming (curahan
20
Fidelis E. Waruwu, Mind Mapping (online), Education Training & Consultan, tersedia: www.edutraco.com atau [email protected]. Diakses 27 Januari 2009.
21
Nazala Harish, Mind Mapping (online), tersedia: http://lahar-idesign.blogspot.com. Diakses 27 Januari 2010.
(29)
pendapat) adalah langkah eksplorasi dan inventarisasi ide melalui curah pendapat tentang topik tertentu dengan bebas tanpa seleksi.22 Mind Map berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan otak bekerja. Manfaat mind map adalah :
1. Mempercepat pembelajaran
2. Melihat koneksi antar topik yang berbeda 3. Membantu ‘brainstorming’
4. Memudahkan ide mengalir 5. Melihat gambaran besar 6. Memudahkan mengingat 7. Menyederhanakan struktur23
Sedangkan menurut Michael Michalko, mind map memiliki manfaat yaitu: 1. Mengaktifkan seluruh otak.
2. Membereskan akal dari kekusutan mental. 3. Memungkinkan kita focus pada fokus bahasan.
4. Membantu menunjukkan hubungan antar bagian-bagian informasi yang saling terpisah.
5. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian.
6. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep dan membantu kita membandingkannya.
7. Menyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.24
Mind map akan membantu siapa pun dalam meningkatkan kecepatan berpikir, memberikan kelenturan yang tidak terbatas, dan menjelajah jauh dari pemikiran sendiri. Mind map menghemat waktu, memungkinkan siapa pun menyusun dan menjelaskan pikiran, menghasilkan ide-ide baru, melacak
22
Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, (Jurnal Kependidikan Keislaman dan Kebudayaan Didaktika Islamika, Vol. VI No. 1 Juni 2005), h.122.
23
Op.cit. 24
Bagus Taruno Legowo, Freemind: Mind Mapping Software, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h.9.
(30)
segalanya, memperbaiki ingatan dan konsentrasi, lebih merangsang otak, dan memungkinkan siapa pun tetap melihat “gambar keseluruhan”.25
Dapat disimpulkan, bahwa mind map bermanfaat untuk menggali pengetahuan siswa, membuat perencanaan kegiatan, memudahkan siswa memahami konsep sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan kreativitas siswa dikembangkan. Serta kemampuan mengingat juga dikembangkan, siswa dapat memahami konsep tanpa harus menghafal kembali tetapi dengat mengingat kembali.
d. Perbedaan Mind Map dengan Metode Catatan Linier dan Peta Konsep 1. Perbedaan Mind Map dengan Metode Catatan Linier
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori. Tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan.
Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.
Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami.
25
(31)
Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (mind map).
Tabel 2.2. Perbedaan Catatan Biasa dengan Mind Map
Catatan Biasa Mind Map
1.hanya berupa tulisan-tulisan saja 2.hanya dalam satu warna
3.untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama
4.waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
5.statis
1.berupa tulisan, simbol dan gambar 2.berwarna-warni
3.untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
4.waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
5.membuat individu menjadi lebih kreatif Dari uraian tersebut, mind map adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind map memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind map yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalamdiri siswa setiap harinya.26
2. Perbedaan Mind Map dengan Metode Peta Konsep
Peta konsep mirip dengan mind map. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkrit untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Peta konsep adalah ilustrasi grafik konkrit yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep-konsep disusun secara hirarki, artinya
26
R. Teti Rostikawati, Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Dan Kreatifitas Siswa (online). Biology Education Study Program FKIP UNPAK. Tersedia : http://www.sman 1-btg.sch.id. Diakses 29 November 2009.
(32)
konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep-konsep yang kurang inklusif.
Langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut: 1. memilih suatu bahan bacaan
2. menentukan konsep-konsep yang relevan
3. mengurutkan konsep-konsep dari konsep yang inklusif ke kurang inklusif 4. menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif
diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya “terdiri atas”, “menggunakan” dan lain-lain.
Peta konsep ada empat macam, yaitu pohon jaring (network tree), rantai kejadian (eventschain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).27
Peta konsep menunjukkan bagaimana pengetahuan yang dibangun oleh pikiran manusia. Pada peta konsep, siswa hanya fokus pada definisi konsep, belajar menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain.28
27 Trianto S, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi pustaka, 2007), cet. ke-1, h.157-161.
28
Bang Khanh Nong, dkk., Integrate the Digital Mindmapping into Teaching and Learning Psychology (online), Teacher Training Component–ICT, VVOB Education Program Vietnam. Tersedia: www.unescobkk.org. Diakses 13 Januari 2010.
(33)
Gambar 2.3. Peta konsep
Sumber: http://3.bp.blogspot.com
Gambar 2.4. Mind map
(34)
Tabel 2.3. Perbedaan Peta Konsep dengan Mind Map
Peta konsep Mind map
1. Berupa kata/konsep, tetapi terdapat kata hubung antarkonsep. 2. Konsep yang lebih inklusif
diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif. Sehingga peta konsep disusun secara hirarki. 3. Ada empat macam peta konsep
yaitu, pohon jaring (network tree), rantai kejadian (eventschain), peta konsep siklus (cycleconcept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
1.Berupa kata/konsep, tetapi tidak terdapat kata hubung antarkonsep. 2.Konsep yang lebih inklusif
diletakkan pada tengah peta, konsep yang kurang inklusif diletakkan di cabang-cabang peta.
3.Bentuk mind map disesuaikan dengan pembuatnya. Sehingga pembuat dapat membuat mind map sesuai dengan kreativitasnya.
*Sumber: Trianto S. dan Tony Buzan
Terlihat jelas perbedaan antara peta konsep dengan mind map, kedua memiliki bentuk struktur. Tetapi kedua sangat berguna dalam memahami konsep dengan cepat dan singkat.
Selain perbedaan di atas, membuat peta konsep kadang-kadang harus konstruk dibandingkan mind map. Secara terstruktur dan ide diurutkan pada peta konsep lebih baik dengan mind map yang terkadang berakibat membingungkan. Serta peta konsep menyediakan banyak informasi pada suatu topik dibanding mind map.29
3. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Siswa
Suatu aktivitas pembelajaran dapat dikatakan efektif bila proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan sasaran atau hasil belajar tertentu. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
29
Astrid Brikmann, Knowledge Maps – Tools For Building Structure In Mathematics, tersedia: [email protected]. Diakses 9 Juni 2010.
(35)
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak baik sifat maupun jenisnya karena itu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Belajar (learning), sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Belajar itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang terjadi di dalam diri seseorang, yang sukar untuk diamati secara langsung.30
Muhibbin Syah dalam bukunya mendefisinikan belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.31
Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan mengubah perilaku seseorang ke arah yang lebih sempurna. Perubahan itu mencakup perubahan aktual dan potensial, perubahan dibuktikan dengan didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan terjadi karena usaha dan disengaja.32
Dari beberapa pengertian tentang belajar di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungan.
Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak baik sifat maupun jenisnya, tetapi tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Perubahan yang terjadi secara sadar
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
30
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. ke-3, h. 205
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekaatn Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), cet. ke-14, h.92.
32
Idri Shaffat, Optimized Learning Strategy: Pendekatan Teoritis dan Praktis Meraih Keberhasilan Belajar, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009), cet. ke-1, h.5.
(36)
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku33
Menurut Sumadi S., hal-hal yang kita dapat simpulkan mengenai belajar sebagai berikut:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial).
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).34
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan mengenai tujuan belajar sangat terkait dengan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yaitu:
1. mendapatkan pengetahuan (acquiring konwledge) 2. penanaman konsep dan keterampilan
3. pembentukan sikap35
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, baik yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar (internal), maupun yang berasal dari luar individu (eksternal).
Adapun faktor-faktor internal antara lain:
a. Faktor jasmaniah, yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh
b. Faktor psikologis, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan tetap dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
33
Slameto , Op.cit., h.3-4.
34
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), cet. ke-13, h.232.
35
(37)
Sedangkan faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar, antara lain:
a. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa, cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi.
b. Faktor sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode belajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu belajar, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semua mempengaruhi belajar.36
Menurut Zikri Neni Iska, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar:37
1. Internal (dalam), yaitu:
a. Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera.
b. Psikologi, yang terdiri dari bakat minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognisi.
2. Eksternal (luar), yaitu:
a. Lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial.
b. Instrumental, yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana dan prasarana, administrasi dan manajemen.
36
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), cet. ke- 4, h.54-71.
37
Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. ket-1, h.85.
(38)
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal di atas bila diskemakan akan tampak seperti pada diagram berikut:38
Gambar 2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang
38
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), cet. ke-1, h.35.
Kondisi Fisiologis Umum Kondisi Pancaindera
Perhatian
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Intelegensi
Motif dan Motivasi FaktorFisiologis
Minat dan Bakat FaktorInternal
FaktorPsikologis
Fak. Lingkungan
Fak. Instrumental
KognitifdanDayaNalar
FaktorEksternal
Kurikulum Alam
Sarana dan Fasilitas Sosial
(39)
diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya.39
Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep dalam ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang merupakan penguasaan bahan pelajaran berkenaan dengan kemampuan berpikir setelah pembelajaran. Ranah kognitif ini merupakan ranah lebih banyak melibatkan mental atau otak.
Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir yakni: (1) pengetahuan/ingatan – knowledge, (2) pemahaman – comprehension, (3) penerapan – application, (4) analisis – analysis, (5) sintesis – synthesis, dan (6) evaluation.
Sedangkan ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, kedisplinan, motivasi, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk., menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian/penerimaaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian/penghargaan (valuing), pengorganisasian (organization), dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value or value complex).
Hasil belajar psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik meliputi (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) gerakan terbimbing, (4) gerakan terbiasa, (5) gerakan kompleks, (6) penyesuaian pola gerakan dan (7) kreativitas.40
Keberhasilan siswa dalam memahami sesuatu yang diajarkan oleh guru, sangat ditentukan oleh keberhasilan siswa menyimpan abstraksi konsep-konsep tersebut dalam struktur kognitifnya.41
39
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet. ke-4, 102-103.
40
Ahmad Sofyan dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. ke-1, h.14-20.
41
Yanti Herlanti, Strategi Pengolahan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam, ( Jurnal Edusains Vol. 1 No. 1, Juni 2008), h.30.
(40)
Pencapaian belajar atau hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya suatu program pengajaran. Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran telah dapat dicapai.42 Dan penilaian yang dilakukan oleh guru adalah mengukur kemampuan siswa dalam belajar dengan cara tes.
Tes adalah instrumen pengumpulan data untuk ujian yang paling tradisional dan banyak digunakan dunia pendidikan. Berdasarkan teori pengukuran yang digunakan untuk pengembangan tes, suatu tes yang baik harus mengukur dengan valid kemampuan peserta didik. Apabila kemampuan itu adalah hasil yang diperoleh peserta didik dari suatu proses belajar, maka tes tersebut harus mampu memberikan informasi yang benar mengenai kemampuan tersebut.43 Dalam penelitian ini, dengan mempertimbangkan waktu dan tujuan maka hasil belajar yang diukur hanya dari aspek kognitif berupa tes objektif.
4. Konsep Keanekaragaman Hayati
Konsep menunjukkan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu dapat terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekolompok orang orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peritiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.44
42
Dwi Apriyani, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Interaktif pada Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia (Skripsi), Prodi Pendidikan Biologi Jurusan PIPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/2008 M (online), h.11. Tersedia: http://idb4.wikispaces.com. Diaskes 29 Desember 2009.
43
S. Hamid Hasan, Pendidikan, Kualitas, dan Ujian Nasional dalam Menggugat Ujian Nasional, (Jakarta: Teraju, 2007), cet. ke -1, h. 43.
44
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2008), cet. Ke-6, h.71.
(41)
Konsep menurut Hilda Taba seperti yang dikutip Wina Sanjaya lebih tinggi tingkatannya dari ide pokok. Memahami konsep berarti memahami sesuatu yang abstrak sehingga mendorong anak untuk berpikir lebih mendalam. Konsep akan muncul dalam berbagai konteks, sehingga pemahaman konsep akan terkait dalam berbagai situasi.45
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta, baik merupakan proses, peristiwa, benda, atau fenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lainnya.46
Keanekaragaman hayati ditunjukkan dengan adanya variasi makhluk hidup yang meliputi bentuk, penampilan, jumlah, serta ciri lain. Variasi makhluk hidup terdapat pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem. Keseluruhan variasi pada ketiga tingkat tersebut membentuk keanekaragaman hayati.47
Keanekaragaman hayati tingkat gen adalah keanekaragaman yang menyebabkan variasi antarindividu pada bentuk, penampilan, warna, ataupun hal lainnya, yang masih berada dalam tingkat spesies yang sama. Gen merupakan materi di dalam sel yang mengatur dan mengendalikan sifat atau penampilan suatu makhluk hidup. Setiap makhluk hidup mempunyai susunan gen yang berbeda-beda. Contohnya : berbagai macam kelapa yaitu kelapa gading; kopyor; hidrid; dan kelapa hijau.
Keanekaragaman hayati tingkat jenis/spesies adalah keanekaragaman yang menyebabkan variasi antarspesies, lebih mudah diamati karena perbedaan lebih menyolok. Keanekaragaman hayati tingkat spesies dapat diamati pada tingkat takson yang lebih tinggi dari spesies seperti genus dan familia. Contohnya : variasi famili Palmae antara lain kelapa; siwalan, aren dan pinang.
45
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain SistemPembelajaran,(Jakarta: Kencana, 2008), cet. I, h. 144.
46
Nuryani Y. Rustaman dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Unversitas Negeri Malang, 2005), cet I, h.50.
47
Diah Aryulina, dkk., Biologi 1: SMA dan MA untuk Kelas X., (Jakarta: Esis Erlangga, 2004), h.143.
(42)
Keanekaragaman ekosistem adalah dari semua variasi yang ada pada setiap tingkat jenis akan mempunyai tempat hidup yang berbeda, tempat hidup ini akan membentuk ekosistem yang berbeda pula. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem melibatkan komponen fisik dan komponen kimia (komponen abiotik) dan komponen biotik, sebagai penyusun dari ekosistem itu sendiri. Komponen fisik misalnya iklim, air, tanah, udara, cahaya, suhu, kelembaban, topografi, dan geologi. Komponen kimia misalnya, keasaman, kandungan mineral, dan salinitas. Sedangkan, komponen biotiknya adalah makhluk hidup. Contohnya : kelapa ekosistemnya di daerah pantai.
Manfaat mempelajari keanekaragaman hayati antara lain:
a. mengetahui manfaat masing-masing jenis bagi kehidupan manusia b. mengetahui adanya saling ketergantungan makhluk hidup
c. mengetahui ciri-ciri dan sifat masing-masing jenis d. mengetahui kekerabatam antar makhluk hidup
e. mengetahui manfaat keanekaragaman dalam mendukung kelangsungan hidup manusia
Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui usaha pelestarian
a. Tebang pilih, yaitu penebangan pohon secara selektif (terpilih) bagi pohon-pohon yang memenuhi persyaratan untuk ditebang, baik dari segi umur, ketersediaan jenisnya, maupun jumlahnya.
b. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan bekas tebangan dengan tumbuhan yang masih muda.
c. Perburuan musiman, yaitu pemanfaatan SDA pada musim tertentu, yaitu menghindari berburu pada musim kawin, masa hamil, atau masa beranak. d. Penganekaragaman bahan pangan, yaitu pemanfaatan SDA sebagai bahan
pangan secara bervariasi dengan menghindari penggunaan bahan makanan satu jenis saja sehingga tidak menghabiskan jenis tersebut.
Pelestarian keanekaragaman hayati melalui usaha perlindungan yaitu:
1. Perlindungan alam, dalam usaha menjaga kelestarian alam. Ada 2 cara, yaitu: a. Pelestarian in situ yaitu pelestarian alam di habitat aslinya. Misalnya
(43)
b. Pelestarian ex situ, pelestarian alam bukan di habitat aslinya. Misalnya kebun koleksi, kebun botani, kebun binatang, dan kebun plasma nuftah. 2. Macam-macam perlindungan alam
a. Perlindungan alam umum, yaitu secara terbimbing oleh para ahli atau diarahkan (seperti Kebun Raya Bogor dan Taman Nasional), dan secara ketat yang sesuai kehendak alam tanpa adanya campur tangan manusia kecuali jika diperlukan.
b. Perlindungan alam khusus, yaitu yang ditujukan kepada satu atau beberapa unsur alam tertentu. Contohnya: perlindungan botani, perlindungan zoologi, perlindungan geologi, perlindungan alam antropologi, dan perlindungan ikan.
c. Perlindungan satwa langka, yaitu yang dikenal dengan suaka marga satwa. Cara pelestariannya diantaranya:
1. Dibuat undang-undang perburuan serta tindakan hukuman bagi pelanggar.
2. Membiarkan hewan-hewan langka yang hampir punah.
3. Memindahkan hewan langka yang hampir punah ke habitat yang lebih cocok.48
5. Aplikasi Pembelajaran Aktif Menggunakan Mind Map Dalam Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran pembelajaran aktif menggunakan rancangan pembelajaran konstruktivisme. Model pembelajaran aktif merupakan bagian konstruktivisme.
Konstruktivisme merupakan model pembelajaran mutakhir yang mengdepankan aktivitas siswa dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri.49
48
Endah Sulistyowati, Keanekaragaman Hayati (online), tersedia:
hhtp:://endahsulistyowati.wordpress.com. Diakses 22 November 2009.
49
Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, (Jurnal Kependidikan Keislaman dan Kebudayaan Didaktika Islamika, Vol. VI No. 1 Juni 2005), h.114.
(44)
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain.
Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.50
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus mendapatkan penekanan. Siswa yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Siswa yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu siswa untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.51
50
Surianto, Teori Pembelajaran Konstruktivisme (online), tersedia:
http://surianto200477.wordpress.com. Diakses 1 Juni 2010.
51
Dina Gasong, Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternatif Mengatasi Masalah pembelajaran (online). Tersedia: www.gerejatoraja.com. Diakses 5 April 2010.
(45)
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada siswa.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.52
Guru memotivasi siswa untuk menyampaikan pendapat siswa tentang fenomena sains dalam kelas konstruktivis. Siswa dapat menyanggah pendapat guru jika siswa berbeda pendapat dengan guru, karena apa yang disampaikan dan dipercaya ”benar” oleh guru dapat saja ”salah”. Guru juga diharapkan dapat memberi respon yang lebih dari sekedar mengatakan benar dan tidak ketika siswa memberikan suatu pernyataan, sehingga guru harus mendengar penjelasan dan pendapat siswa secara baik.53
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi yang kompleks ke situasi lain dan informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Proses pembelajaran IPA lebih menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan yaitu daya pikir dan daya kreasi. Sementara daya pikir kreasi sebagai indikator dari pengembangan kognitif itu sendiri bukan merupakan akumulasi kepentingan perubahan perilaku terpisah melainkan merupakan pembentukan oleh anak, suatu kerangka teori belajar terhadap usaha seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.54
52
Ibid. 53
Munaspriyanto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode Konstruktivisme, (Jurnal Pendidikan IPA Metamorfosa, Vol. 1 No 2 Oktober 2006), h.51.
54
Taufik Rahman, Model Pembelajaran Konstruktivisme (online), tersedia: http://educare.e-fkipunla.net. Diakses 23 Agustus 2010
(46)
Model pembelajaran konstruktivisme meliputi empat tahapan yaitu:
1. Tahap pertama adalah apersepsi, pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.
2. Tahap kedua adalah eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang akan dipelajari. Kemudian siswa menggali, menyelediki, dan menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung.
3. Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil penyeledikan dan temuannya, pada tahap ini pula guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotivasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab.
4. Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi, pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kemudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas.55
Rancangan pembelajaran menggunakan tahapan model konstruktivisme yang diimplementasikan dalam pembelajaran aktif, agar jelas tahapan proses belajar mengajar. Sedangkan mind map digunakan sebagai media belajar siswa dan siswa diharapkan dapat membuat mind map secara individu maupun kelompok.
b. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:
Atiek Sri Karatri. Efektivitas Mencatat dengan Metode Peta Pikiran dan Metode Outline untuk Meningkatkan Kemampuan Mengingat Pada Siswa Sekolah Menengah Umum. Tesis Program Studi Psikologi Minat Utama Psikologi
55
(47)
Pendidikan Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada 2002. Dalam penelitiannya, menyatakan materi dapat diingat dengan menggunakan metode outline lebih banyak daripada menggunakan metode peta pikiran sehari setelah perlakuan diberikan, tidak terdapat perbedaan kemampuan mengingat antara metode peta pikiran dengan metode outline segera setelah perlakuan diberikan, dan kemampuan mengingat menurun sehari setelah perlakuan diberikan.56
Inayati Ulya Fidiana. Efektivitas Penggunaan Metode Mind Maps Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Biologi Pokok Bahasan "Sistem Peredaran Darah Manusia" Pada Siswa Kelas VIII Mts Negeri Ngemplak Yogyakarta.Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan metode mind maps efektif dalam meningkatkan prestasi belajar biologi pokok bahasan sistem peredaran darah manusia, terbukti adanya perbedaan yang nyata pembelajaran dengan menggunakan metode mind maps dan pembelajaran konvensional, (2) penggunaan metode mind maps pada mata pelajaran biologi pokok bahasan sistem peredaran darah manusia berpengaruh positif terhadap peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kerja kelompok, peningkatan aktivitas siswa terdapat pada aspek tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, kemampuan membuat mind maps dan kerjasama dengan kelompok (3) siswa memberi tanggapan positif terhadap penggunaan metode mind maps pada mata pelajaran biologi pokok bahasan sistem peredaran darah manusia, dilihat dari banyaknya siswa yang menyatakan persetujuannya dibanding dengan yang tidak setuju.57
Yustini, dkk.. Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Penggunaan Peta Konsep pada Siswa Kelas II4 SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2004/2005. Laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan
56
Atiek Sri Karatri, Efektivitas Mencatat dengan Metode Peta Pikiran dan Metode
Outline untuk Meningkatkan Kemampuan Mengingat Pada Siswa Sekolah Menengah Umum,Tesis
Program Studi Psikologi Minat Utama Psikologi Pendidikan Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada 2002.
57
Inayati Ulya Fidiana, Efektivitas Penggunaan Metode Mind Maps Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Biologi Pokok Bahasan "Sistem Peredaran Darah Manusia" Pada Siswa Kelas VIII Mts Negeri Ngemplak Yogyakarta (online). Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008. Tesedia: digilib.uin-suka.ac.id. Diakses tanggal 1 Desember 2009.
(1)
Lo < Ltabel = 0,1292 < 0,1456
Kesimpulan: populasi sampel berdistribusi normal. 2. Post-Test
Uji Coba Normalitas Liliefors (Post-Test) Kelas Kontrol
No Xi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) |F(Zi) – S(Zi)|
1 44 1 1 -2,44 0,4927 0,0073 0,027 0,0197 2 48 2 3 -2,00 0,4772 0,0228 0,081 0,0582 3 56 4 7 -1,12 0,3686 0,1314 0,189 0,0576 4 60 2 9 -0,68 0,2517 0,2483 0,243 0,0053 5 64 10 19 -0,25 0,0987 0,4013 0,513 0,1117 6 68 4 23 0,19 0,0753 0,5753 0,621 0,0457 7 72 6 29 0,63 0,2357 0,7357 0,783 0,0473 8 76 5 34 1,06 0,3554 0,8554 0,918 0,0626 9 80 2 36 1,50 0,4332 0,9332 0,972 0,0388 10 84 1 37 1,94 0,4738 0,9738 1,000 0,0262
X 66,27 SD = 9,14 Lo = 0,1117
Ltabel =
37 886 . 0
= 083 . 6
886 . 0
= 0,1456 Lo < Ltabel = 0,1117 < 0,1456
Kesimpulan: populasi sampel berdistribusi normal. B. Hasil Tes Kelompok Eksperimen
1. Pre-Test
Uji Coba Normalitas Liliefors (Pre-Test) Kelas Eksperimen
No Xi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) |F(Zi) – S(Zi)|
1 20 1 1 -2,01 0,4778 0,0222 0,027 0,0048 2 24 2 3 -1,59 0,4441 0,0559 0,081 0,0251 3 28 3 6 -1,17 0,3790 0,1210 0,162 0,041 4 32 5 11 -0,76 0,2764 0,2236 0,297 0,0734 5 36 5 16 -0,34 0,1331 0,3669 0,432 0,0651 6 40 9 25 0,08 0,0319 0,5319 0,675 0,1431 7 44 5 30 0,50 0,1915 0,6915 0,810 0,1185 8 48 2 32 0,91 0,3186 0,8186 0,864 0,0454 9 52 1 33 1,33 0,4082 0,9082 0,891 0,1720 10 56 2 35 1,75 0,4599 0,9599 0,945 0,0149 11 60 2 37 2,17 0,4850 0,9850 1,000 0,0150
(2)
X 39,24 SD = 9,57 Lo = 0,1431
Ltabel =
37 886 . 0
= 083 . 6
886 . 0
= 0,1456 Lo < Ltabel = 0,1431 < 0,1456
Kesimpulan: populasi sampel berdistribusi normal. 2. Post-Test
Uji Coba Normalitas Liliefors (Post-Test) Kelas Eksperimen
No Xi f Zn Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) |F(Zi) – S(Zi)|
1 48 2 2 -2,15 0,4842 0,0158 0,054 0,0382 2 56 1 3 -1,48 0,4306 0,0694 0,081 0,0116 3 60 3 6 -1,15 0,3749 0,1251 0,162 0,0369 4 64 4 10 -0,81 0,2910 0,2090 0,270 0,0610 5 68 3 13 -0,48 0,1844 0,3156 0,351 0,0354 6 72 5 18 -0,14 0,0557 0,4443 0,486 0,0417 7 76 8 26 0,19 0,0753 0,5753 0,702 0,1267 8 80 2 28 0,52 0,1985 0,6985 0,756 0,0575 9 84 2 30 0,86 0,3051 0,8051 0,864 0,0589 10 88 3 33 1,19 0,3830 0,8830 0,891 0,0080 11 92 2 35 1,53 0,4370 0,9370 0,945 0,0080 12 96 2 37 1,86 0,4686 0,9686 1,000 0,0314
X 73,73 SD = 11,96 Lo = 0,1267
Ltabel =
37 886 . 0
= 083 . 6
886 . 0
= 0,1456 Lo < Ltabel = 0,1267 < 0,1456
(3)
SS S TDT TS STS Tidak Menjawab 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
1 15 10 6 6 0 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 145 3.92 78.38%
2 6 18 5 5 3 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 130 3.51 70.27%
3 6 11 6 10 4 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 116 3.14 62.70%
4 19 12 2 3 1 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 156 4.22 84.32%
5 16 8 4 9 0 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 142 3.84 76.76%
6 14 12 7 4 0 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 147 3.97 79.46%
7 11 15 5 4 2 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 140 3.78 75.68%
8 17 10 4 5 1 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 148 4.00 80.00%
9 15 13 0 7 2 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 143 3.86 77.30%
10 2 1 8 14 12 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 144 3.89 77.84%
11 1 2 8 11 15 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 148 4.00 80.00%
12 16 13 3 4 1 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 150 4.05 81.08%
13 17 9 8 3 0 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 151 4.08 81.62%
14 1 3 6 11 16 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 149 4.03 80.54%
15 15 12 3 7 0 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 146 3.95 78.92%
16 3 5 2 13 14 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 141 3.81 76.22%
17 17 14 1 5 0 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 154 4.16 83.24%
18 20 12 2 3 0 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 160 4.32 86.49%
19 22 7 2 4 2 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 154 4.16 83.24%
20 20 8 6 2 1 0 37 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 155 4.19 83.78%
Jumlah (∑) 253 195 88 130 74 0 740 2919 3.94
Keterangan:
Pernyat aan nomor 1, 2, 3, 5 Pernyat aan nomor 6, 8, 10, 13, 14, 15 Pernyat aan nomor 4, 9, 11, 12, 19, 20 Pernyat aan nomor 7, 16, 17, 18 Inst rumen
Rata-Rata Nilai Butir : Skor total / Jumlah butir pernyataan Persentase : Hasil skor total / Skor yang diharapkan Skor yang diharapkan : Jml responden x Nilai tertinggi dalam angket : 37x 5 =185
M at a Pelajaran Biologi M odel Pembelajaran Akt if
M ind M ap
Penghitungan Angket
Persentase Butir Pernyataan Jumlah Jawaban Siswa Jumlah Nilai Pernyataan Positif dan Negatif Skor Total Rata-rata Butir Soal
(4)
PENGHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN
1. Mentukan proporsi menjawab benar (p) setiap butir soal (No. 1) p =
N X
=40 19 = 0.48
2. Menentukan nilai q setiap butir soal (No. 1) q = 1 – p
= 1 – 0.48 = 0.52
3. Menentukan rerata soal peserta tes (Mp) setiap butir soal (No. 1) Mp =
benar menjawab yang
tes peserta tertinggi
skor jumlah
benar menjawab yang
peserta total
skor jumlah
= 19 531
= 27.95
4. Menentukan rerata skor total (Mt) Mt =
siswa jumlah
total skor jumlah
= 40 926
(5)
5. Menentukan standar deviasi total SD =
2 2
N X N
Xt t
=
2
40 926 40
23670
= 7.47
6. Menentukan validitas setiap butir soal (No.1)
rγbis =
q p SD
Mt Mp
=
52 . 0
48 . 0 47
. 7
15 . 23 95 .
27
= 0.611
Untuk memberikan interpretasi terhadap rhitung digunakan tabel “r” product
moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya dengan cara: Df = N – Nr
= 40 – 2 = 38
Butir soal dikatakan valid apabila rhitung ≥ rtabel. Dengan df sebesar 38
didapatkan rtabel = 0.320 (taraf signifikan 5%). Sehingga tiap butir soal dikatakan
(6)
PENGHITUNGAN RELIABILITAS
Berdasarkan tabel skor yang valid didapat:
∑Xt = 627
∑Xt2
= 12605 Banyak data (N) = 40
S2 =
2 2
N Xt N Xt = 2 40 627 40 12605 = 315.125 – 245.706 = 69.419
= 69.42
Koefisien reliabilitas dihitung menggunakan rumus K-R 20 sebagai berikut:
r11 =
22 1 S pq S n n =
69.42
87 . 5 42 . 69 1 26 26 = 0.952
Dari hasil penghitungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.952, oleh karena itu reliabilitas tergolong dalam klasifikasi sangat tinggi.