Mendapat nafkah Hak Istri Dalam Perkawinan

18 Artinya : “Ketahuilah, berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita para istri karena mereka hanyalah tawanan di sisi di tangan kalian. Kalian tidak menguasai mereka sedikitpun kecuali hanya itu, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Maka bila mereka melakukan hal itu, boikotlah mereka di tempat tidurnya dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak keras. Namun bila mereka menaati kalian, tidak ada jalan bagi kalian untuk menyakiti mereka. Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri- istri kalian dan mereka pun memiliki hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seorang yang kalian benci untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak boleh mengizinkan orang yang kalian benci untuk masuk ke rumah kalian. Sedangkan hak mereka terhadap kalian adalah kalian berbuat baik terhadap mereka dalam hal pak aian dan makanan mereka.” HR. al-Tirmidzi Tanggung jawab nafkah pada suami tak hanya sewaktu dia menjadi sahnya dan terhadap anak-anak yang dilahirkan si istri, tetapi suamipun tetap wajib menafkahinya bahkan pada saat perceraian. al- Qur’an menyebutkan tangggung jawab dalam kasus perceraian itu sebagaimana Firman Allah SWT : 18 al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, h.315                                     .. . :قاطلا  19 Artinya : “T empatkanlah mereka para isteri di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka. dan jika mereka isteri-isteri yang sudah ditalaq itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan anak-anakmu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu segala sesuatu dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan anak itu untuknya.QS. al-Thalaq : 6 Ada beberapa orang egois yang mungkin salah memperlakukan istrinya dan menyengsarakan hidupnya selama masa iddahnya. Setelah menjatuhkan talaq satu. Hal ini terlarang. Suami tetap harus menafkahinya sebagaimana yang dia sediakan untuk dirinya sendiri, sesuai dengan standar hidup si suami. Dalam situasi ini, masih ada harapan untuk berdamai, dan kalaupun tidak, maka perpisahan itu harus dilakukan secara terhormat. Sedangkan bila istri tengah hamil al- Qur’an al-Karim membebankan tanggung 19 Abdul Rahman I, Shari’ah The Islamic Law, alih bahasa, Basri Iba Asghary dan Wadi Masturi. h,132. jawab tambahan Perceraian sama sekali tidak diperkenankan sampai anak yang dikandungnya lahir. Dengan demikian, dia harus dinafkahi sepatutnya. Bagi si anak sendiri, maka perawatannya, kesejahteraan serta kediaman bagi ibunya tetap merupkan tanggung jawab sang ayah. Seandainya si ibu tidak dapat menyusui anaknya, atau timbul keadaan sedemikian rupa yang menghalangi ibu dari menyusui anaknya, maka merupakan tanggung jawab ayah untuk menyerahkan anaknya kepada orang lain untuk disusui dengan biaya sendiri. Hal ini jangan sampai menyebabkan ayah mengurangi nafkah yang wajar yang berhak diperoleh oleh si ibu sesuai dengan keadaannya. 20 Seberapa banyak nafkah yang harus diberikan, dikembalikan kepada kemampuan suami, sebagaimana ditunjukkan dalam ayat:               ….  Artinya : “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya .” QS. al-Thalaq : 7

4. Mendapat Tempat Untuk BernaungTempat Tinggal

20 Ibid, h.133 Termasuk pergaulan baik seorang suami kepada istrinya yang dituntut dalam ayat:    : ءاسنلا  Artinya : “Bergaullah kalian dengan para istri secara patut.” QS. al-Nisa`: 19 ِِAdalah seorang suami menempatkan istrinya dalam sebuah tempat tinggal. Di samping itu, seorang istri memang mau tidak mau harus punya tempat tinggal hingga ia dapat menutup dirinya dari pandangan mata manusia yang tidak halal melihatnya. Juga agar ia dapat bebas bergerak serta memungkinkan baginya dan bagi suaminya untuk bergaul sebagaimana layaknya suami dengan istrinya. Tentunya tempat tinggal disiapkan sesuai kadar kemampuan suami sebagaimana pemberian nafkah. Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI Pasal 81 bahwa seorang istri berhak mendapatkan tempat kediaman yang disediakan suaminya, 21 bunyi Pasal tersebut adalah : Pasal 81 : 1 Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-anaknya atau bekas isteri yang masih dalam iddah. 21 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, h.133 2 Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk isteri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat. 3 Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak-anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. 4 Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.

5. Hak Melakukan Gugat Cerai Khuluk

Di antara perselisihan serta penyakit yang biasa menimpa kehidupan rumah tangga ialah kebencian istri kepada suaminya. Islam telah menetapkan talak sebagai hak mutlak suami dengan syarat tidak melampui batas-batas tertentu yang telah ditetapkan Allah SWT. Akan tetapi dengan waktu yang bersamaan Islampun tidak memaksa seorang istri harus hidup bersama suami yang di bencinya. Karena itulah, Islam menetapkan ketentuan khuluk yaitu perceraian yang didasarkan pada harta. Seorang yang membenci suaminya, padahal ia tidak menemukan suatu aib pada diri sang suami selain kebencian kepadanya, maka ia di wajibkan mengembalikan mahar yang telah diberikan suaminya dan pada saat itu juga suaminya harus menceraikannya. 22 Hukum Islam memberikan jalan kepada istri yang menghendaki perceraian dengan mengajukan khuluk sebagaimana Islam memberikan jalan kepada suami untuk menceraikan istrinya dengan jalan talak. 23 Khuluk menurut istilah ilmu fiqh berarti : menghilangkan atau mengurungkan akad nikah dengan kesediaan istri membayar iwadh ganti rugi kepada pemilik akad nikah itu suami dengan menggunakan kata cerai, atau khuluk. Iwadh bisa berupa pengembalian mahar oleh istri kepada suami atau sejumlah barang, uang atau sesuatu yang dipandang mempunyai nilai yang telah disepakati oleh suami dan istri. 24 Sebagai dasar hukum khuluk terdapat dalam Al- Qur’an Surat Al- Baqarah ayat 229 yang berbunyi :                                                    Artinya: 22 Butsainah as-Sayyid al-Iraqi. Menyingkap Tabir Perceraian. Jakarta; Pustaka Al-Sofwa. 2005 Cet. 1, h 199 23 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Bogor; kencana. 2003 Cet. 1. h. 220 24 Kamal Mukhtar, Asas- Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta, Bulan Bintang 1974 Cet. 1, h. 169

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/2007/PN.Mdn)

0 59 130

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Anak Li’an Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Putusan Pengadilan Agama Nomor 1595/PDT.G/2010/PA Sidoarjo)

1 68 141

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Hak Pemeliharaan Dan Kewajiban Memberi Nafkah Terhadap Anak Di Bawah Umur Akibat Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Di Kota Binjai (Studi Putusan Pada Wilayah Hukum Pengadilan Agama Binjai)

1 42 105

Hak Anak Angkat Dari Orang Tua Angkat Dalam Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)

0 20 5

Akibat Hukum Terhadap Putusnya Perkawinan Campuran Antara Warga Asing Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif : Analisa Putusan Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.459/Pdt.G/2006/PAJS

0 15 123

Pengakuan Hukum Islam Terhadap Hak Mut’ah Mantan Istri Dalam Kajian Empat Mazhab (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.1151/Pdt.G/2008/Pajs)

1 17 89

Analisis Yuridis Izin Poligami Dalam Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

4 25 87

Perlindungan Hak Anak Dalam Keluarga Poligami (Studi Atas Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan)

0 16 120

Penerapan Hermeneutika Hukum di Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama)

0 12 172