Pandangan Mazhab Maliki PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK MUT’AH
mut’ah bagi isteri yang diceraikan qabla al dukhul sebelum bercampur meskipun tidak diwajibkan membagi dua mahar, dan wajib juga
mut’ah bagi perempuan yang diceraikan suami
ba’da dukhul setelah bercampur dan maharnya tidak disebutkan di dalam akad, hal ini mengikut pendapat yang lebih
zahir, dan wajib memberikan mut’ah pada setiap perceraian yang bukan disebabkan oleh isteri seperti talak yang berlaku dengan sebab suami seperti
suami murtad, meli’an atau memeluk agama Islam. Adapun perempuan yang wajib baginya separuh mahar, maka baginya yang demikian. Manakala
perempuan nikah tafwidh dan tidak ditentukan maharnya, maka ia berhak mendapat
mut’ah.
7
Secara ringkas, ungkapan kata mereka adalah bermaksud: “bagi perceraian ada mut’ah, kecuali perempuan yang telah ditentukan mahar
baginya dan perempuan yang diceraikan sebelum bercampur dengan suami, atau berlaku perceraian dengan sebab perempuan, atau dengan sebab suami
memberikan kepemilikan talak kepada isteri kemudian isteri menjatuhkan talaknya, atau suami mati, atau dengan sebab suami
meli’an dan impoten dengan sebab istri yang menuntut fasakh
.”
Dalil mereka dengan firman Allah SWT. :
.....
7
Ibid,.h.318
Artinya : dan hendaklah kamu berikan suatu mutah pemberian kepada mereka.” QS.al-
Baqarah : 236
Dan firman-Nya:
......
Artinya : kepada wanita-wanita yang diceraikan hendaklah diberikan oleh suaminya
mutah menurut yang maruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa. QS. al-Baqarah :241
Sesungguhnya Allah S.W.T. mewajibkan mut’ah bagi setiap isteri
yang telah diceraikan sama halnya telah bercampur bada dukhul dengan suami ataupun tidak dan sama halnya ia telah ditentukan mahar ataupun tidak. Hal ini
diperkuatkan lagi dengan tawaran Nabi s.a.w. memberi mut’ah kepada isteri-isteri
Nabi s.a.w. sedang para isterinya telah bercampur dengan Nabi s.a.w. Ini dapat di lihat pada firman Allah SWT :
Artinya : Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: Jika kamu sekalian mengingini
kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka Marilah supaya kuberikan kepadamu mutah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. QS. al-Ahzab : 28
Adapun sekiranya telah ditentukan mahar bagi perempuan yang menikah secara tafwidh, maka tidak ada
mut’ah baginya karena suami tidak mengambil manfaat farajnya. Oleh karena itu memadai separuh mahar sebagai
haknya wanita yang dicerai dihubungkan dengan pengorbanannya tersebab perpisahan.