Kadar Mut’ah dan Jenisnya.

dipakai oleh istri di dalam rumah dan pakaian yang dipakai ketika keluar rumah. Pakaian-pakaian tersebut tidak melebihi daripada setengah mahar mitsilnya meskipun suami termasuk orang kaya, karena ia adalah sebagai ganti dari maharnya, dan tidak boleh mut’ah kurang dari lima dirham meskipun suami dari golongan orang miskin. Dan yang menjadi fatwa pada hal ini bahwa mut’ah itu diibaratkan sebagai nafkah, jika kedua-duanya kaya, maka bagi perempuan pakaian yang mahal bermutu tinggi. Jika kedua-duanya fakir, maka baginya pakaian yang terendah nilainya. Jika kedudukan kedua-duanya berbeda dari segi kaya dan fakir, maka baginya pakaian yang sederhana. Ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa sunah mut’ah itu tidak kurang daripada 30 dirham atau sesuatu yang senilai dengannya. Ini adalah serendah- rendah yang disunahkan, setinggi-tingginya ialah khadim pelayan, dan yang pertengahan sederhana ialah pakaian. Disunatkan mut’ah itu ialah juga kadarnya sampai separuh daripada mahar mitsil. Seandainya sampai atau lebih dari separuh dari nilai mahar mitsil hal ini diperbolehkan karena kemutlakan surat al-Baqarah 2 ayat 236. Seandainya suami isteri bertikai tentang kadar mut’ah, maka qadilah yang menentukan kadar mut’ah dengan ijtihadnya, berdasarkan apa yang sesuai dengan kedudukan atau taraf suami isteri sebagaimana pendapat ulama Hanafi dari segi kaya, miskin, keturunannya dan sifatnya. 12 12 Ibid, h,321 Ulama-Ulama Maliki Malikiyah dan Ulama-Ulama Hanbali Hanabilah berpendapat bahwa mut’ah diperhitungkan berdasarkan keadaan suami dari segi kaya dan miskin, atas orang yang kaya maka kadar mut’ah disesuaikan dengan keadaannya, dan atas orang yang miskin kadar mut’ah disesuaikan keadaannya, karena ayat al-Qur ’an surat al-Baqarah ayat 236 yang tersebut di atas secara jelas menyatakan keadaan mut’ah adalah menurut keadaan suami, maksimum mut’ah adalah seorang khadim, yakni nilai harga seorang khadim pada masa mereka sekiranya suami orang kaya, dan minimum mut’ah adalah pakaian yang sempurna yang boleh dijadikan pakaian shalat sekiranya suami orang yang miskin, yakni sekurang-kurangnya pakaian, adalah pakaian rumah seorang wanita yang menutup hingga ke kaki dan kain penutup kepala, sebagaimana pendapat ulama Hanafi sekurang- kurangnya mut’ah adalah tiga pakaian yaitu pakaian wanita yang menutupi pakaian dalamnya, pakaian yang menutupi kepala dan pakaian yang menutup kepala hingga ke kaki . Kadar mut’ah ini bersandarkan kepada perkataan Ibnu „Abbas bahwa “setinggi-tinggi maksimum mut’ah adalah seorang khadim, kemudian yang kurang dari itu adalah nafaqah, kemudian yang kurang itu adalah pakaian ”. Pada zahirnya dua pendapat ini adalah lebih rajih.

BAB IV PEMBERIAN MUT’AH BAGI ISTRI YANG TALAK : SUATU ANALISA

PUTUSAN A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan 1. Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan Pengadilan Agama telah ada sejak zaman kesultanan, secara yuridis baru diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 19 Januari 1882 dengan dikeluarkannya surat keputusan No 24. Stb. 1882 No. 152. Lahirnya teori hukum adat oleh Van Vollen Hoven dan Snouck Hurgroje dengan teori Receptie, Keberadaan Peradilan Agama Mulai digugat. Yang menganggap Stb. 1882 No. 152 adalah suatu kesalahan. Yang pada intinya diganti dengan Stb. Tahun 1907 No. 204, Stb. Tahun 1919 No. 262 yang berisikan “memperhatikan Undang-Undang Agama”. 1 Setelah Indonesia merdeka, Presiden Mempertegas lewat Peraturan Presiden No. 2 Tanggal 10 Oktober 1945 dalam Pasal I, dijelaskan : Segala badan-badan Negara yang ada sampai berdirinya Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang 1 Dadan Muttaqien, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama Dalam Persfektif Sosiologi Hukum, Artikel diakses pada 15 Juli 2013 dari http:yppei.blogspot.com200903undang-undang-nomor-3-tahun-2006.html 51 Dasar, maka tetap berlaku asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang tersebut. Pada mulanya Pengadilan Agama di wilayah Jakarta hanya terdapat tiga kantor cabang, yaitu : a. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara. b. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah. c. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai induk. Ketiga kantor cabang di atas termasuk ke dalam wilayah yurisdiksi hukum cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Pada tanggal 16 Desember 1976, istilah Mahkamah Islam Tinggi berkembang menjadi Pengadilan Agama Tinggi Agama atas Surat keputusan Menteri Agama No 71 Tahun 1976, akan tetapi realisasi pelaksanaannya terjadi pada tanggal 30 Oktober 1987 lalu secara otomatis wilayah hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta menjadi wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. 2 Perkembangan yang terjadi dari masa ke masa terbentuklah Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai jawaban perkembangan masyarakat Jakarta. Kantor Pegadilan Agama selalu mengalami perpindahan tempat. Tahun 1976 kantor cabang Pengadilan Agama pindah ke Blok D Kebayoran 2 Sayed Usman, “Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan”, artikel diakses pada 15 Juli 2013 dari www.pa-jaksel.net. Baru Jakarta Selatan dengan menempati Serambi Masjid Syarif Hidayatullah dimana sebutan cabang itu di hilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan, 3 hal ini atas inisiatif kepala Kandepag Jakarta Selatan yang waktu itu dijabat oleh Bapak Drs. H. MUHDI YASIN 4 , namun penetapan kantor di serambi masjid ini tidak bertahan lama hanya sampai tahun 1979. Pada bulan September Tahun 1979 kantor pengadilan agama dipindahkan kembali di gedung baru Jalan Ciputat Raya Pondok Pinang dengan status tanah milik PGAN Pondok Pinang yang dipimpin oleh Bapak H. ALIM, BA, kemudian pindah lagi ke jalan Rambutan VII No 48 Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan yang di ketuai oleh Drs. H. DJABIR MANSHUR, SH. 5 . Di mana gedung ini merupakan hibah dari PEMDA DKI Jakarta. Dan pada akhirnya berpindah terakhir di Jalan R.M Harsono RT 0705 Ragunan Jakarta Selatan di mana gedung ini merupakan gedung termewah dan terbesar di bandingkan kantor pengadilan agama lainnya di Jakarta. Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif tersebut di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam 3 ibid 4 Media Informasi Dan Tranfaransi Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan. diakses pada tanggal 15 Juli 2013 melalui http:www.pa- jakartaselatan.go.idv2index.phptentang-kamisejarah.html 5 Ibid hal peningkatkan IT yang sudah semakin canggih disertai dengan program- program yang menunjang pelaksanaan tugas pokok, seperti program SIADPA yang sudah berjalan dan terintegrasi dengan TV Media Center, Touch Screen KIOS-K serta beberapa fitur tambahan dari Situs Web pa- jakartaselatan.go.id. Dasar hukum dan landasan kerja pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi yang melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut : a. Undang-Undang Republik Indonesia 1945 Pasal 24 b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 e. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 f. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 g. Peraturan IntruksiEdaran Mahkamah Agung RI h. Intruksi Dirjen Bimas Islam Bimbingan Islam i. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 69 Tahun 1963 Tentang Pembentukan Peradilan Agama Jakarta Selatan j. Peraturan peraturan lain yang berkaitan dangan tata kerja dan wewenang pengadilan agama.

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/2007/PN.Mdn)

0 59 130

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Anak Li’an Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Putusan Pengadilan Agama Nomor 1595/PDT.G/2010/PA Sidoarjo)

1 68 141

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Hak Pemeliharaan Dan Kewajiban Memberi Nafkah Terhadap Anak Di Bawah Umur Akibat Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Di Kota Binjai (Studi Putusan Pada Wilayah Hukum Pengadilan Agama Binjai)

1 42 105

Hak Anak Angkat Dari Orang Tua Angkat Dalam Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)

0 20 5

Akibat Hukum Terhadap Putusnya Perkawinan Campuran Antara Warga Asing Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif : Analisa Putusan Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.459/Pdt.G/2006/PAJS

0 15 123

Pengakuan Hukum Islam Terhadap Hak Mut’ah Mantan Istri Dalam Kajian Empat Mazhab (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.1151/Pdt.G/2008/Pajs)

1 17 89

Analisis Yuridis Izin Poligami Dalam Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

4 25 87

Perlindungan Hak Anak Dalam Keluarga Poligami (Studi Atas Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan)

0 16 120

Penerapan Hermeneutika Hukum di Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama)

0 12 172