Mendapat Perlakuan Yang Patut Ma’ruf
Artinya :
“…dan kewajiban bagi seorang ayah untuk memberikan nafkah dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.” QS. al-Baqarah: 233
Al-Hafizh Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat dalam surat al-Baqarah di atas, menyatakan, “Maksud dari ayat ini adalah wajib bagi seorang ayah
untuk memberikan nafkah kepada para ibu yang melahirkan anak-anaknya serta memberi pakaian deng
an ma’ruf, yaitu sesuai dengan kebiasaan yang berlangsung dan apa yang biasa diterimadipakai oleh para wanita semisal
mereka, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa mengurangi, sesuai dengan kemampuan suami dalam keluasan dan kesempitannya.”
16
Demikian pula firman Allah SWT berkenaan dengan nafkah :
: قاطلا
Artinya : “Hendaklah orang yang diberi kelapangan memberikan nafkah sesuai dengan
kelapangannya dan barangsiapa disempitkan rizkinya maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya..”QS. al-Thalaq: 7
16
Ibid,h.283
Ada pula dalilnya dari al-Sunnah, dimana „Aisyah mengabarkan
bahwa Hindun bintu „Utbah, istri Abu Sufyan datang mengadu kepada Rasulullah :
17
Artinya : Dari Aisyah ra. bahwa Hindun binti Utbah berkata :
“Wahai Rasulullah, sungguh Abu Sufyan seorang yang pelit. Ia tidak memberiku nafkah yang
dapat mencukupiku dan anakku terkecuali bila aku mengambil dari hartanya tanpa sepengetah
uannya.” Bersabdalah Rasulullah, “Ambillah dari harta suamimu sekadar yang dapat mencukupimu dan mencukupi anakmu dengan
cara yang ma’ruf.” HR. Al-Bukhari Rasulullah SAW.
ketika haji Wada’ berkhutbah di hadapan manusia. Setelah memuji dan menyanjung Allah, beliau memberi peringatan dan
nasihat. Kemudian bersabda:
17
Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 308. hadis No.5364
18
Artinya : “Ketahuilah, berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita para
istri karena mereka hanyalah tawanan di sisi di tangan kalian. Kalian tidak menguasai mereka sedikitpun kecuali hanya itu, terkecuali bila mereka
melakukan perbuatan keji yang nyata. Maka bila mereka melakukan hal itu, boikotlah mereka di tempat tidurnya dan pukullah mereka dengan pukulan
yang tidak keras. Namun bila mereka menaati kalian, tidak ada jalan bagi kalian untuk menyakiti mereka. Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri-
istri kalian dan mereka pun memiliki hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seorang yang kalian
benci untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak boleh mengizinkan orang yang kalian benci untuk masuk ke rumah kalian. Sedangkan hak mereka
terhadap kalian adalah kalian berbuat baik terhadap mereka dalam hal pak
aian dan makanan mereka.” HR. al-Tirmidzi
Tanggung jawab nafkah pada suami tak hanya sewaktu dia menjadi sahnya dan terhadap anak-anak yang dilahirkan si istri, tetapi suamipun tetap
wajib menafkahinya bahkan pada saat perceraian. al-
Qur’an menyebutkan tangggung jawab dalam kasus perceraian itu sebagaimana Firman Allah SWT :
18
al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, h.315