Prosedur Pencatatan Perkawinan PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN

kenyataan dalam masyarakat seperti ini merupakan hambatan pelaksanaan Undang- Undang Perkawinan. 17 Dalam Instruksi Presiden RI No 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam Pasal 5 dan 6 Kompilasi Hukum Islam mengenai pencatatan perkawinan mengungkapkan beberapa garis hukum sebagai berikut : pasal 5 ayat 1 Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat, ayat 2 Pencatatan perkawinan tetrsebut pada ayat 1 dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undanng-undang No.22 Tahun 1946 jo. Undang-undang No.32 Tahun 1954. Selajutnya pada pasal 6 dijelaskan: ayat 1 Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah, pasal 6 ayat 2 Perkawinan yang dilakukan di luar penngawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum. 18

C. Prosedur Pencatatan Perkawinan

Secara singkat, apa yang sudah disebutkan dari buku pedoman Kantor Urusan Agama sudah mudah di cerna oleh masyarakat, maka saya kutip secara keseluruhan dan singkat tentang prosedur pencatatan perkawinan, yaitu : 17 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika 2006, Cetakan Pertama, h 27 18 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hu kum Perdata Islam di Indonesia “Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 11974 sampai KHI”, Jakarta : Kencana 2004, Cetakat ke-3, h 124 a Persyaratan Umum 1. Calon Pengantin Beragama Islam. 2. Umur minimal berusia 19 tahun tuntuk pria, dan 16 tahum untuk wanita. 3. Ada persetujuan kedua calon pengantin. 4. Tidak ada hubungan saudara yang dilarang agama antara kedua calon pengantin. 5. Calon pengantin wanita tidak sedang terikat perkawinan dengan orang lain. 6. Duda atau Janda harus sudah habis masa iddahnya. 7. Wali dan saksi harus beragama islam, dan minimal usianya dalaha 19 tahun. 8. Calon pengantin, wali dan saksi sehat akal. b Persyaratan Administrasi 1. Foto copy KTP Kartu Tanda Penduduk yang sah. 2. Foto copy KK Kartu Keluarga yang masih berlaku. 3. Foto copy Ijazah atau Akte Kelahiran. 4. Foto copy Buku Nikah orang tua, bagi wanita. 5. Pas foto berwarna Latar biru ukuran 2x3 = 4 lembar. 6. Surat Keterangan Model N1, N2, N4 ditandatangani Kepala Desa atau Kelurahan. 7. Surat Persetujuan mempelai Model N3. 8. Izin Orang Tua Model N5 jika umur kurang dari 21 tahun. 9. Surat Pernyataan JejakaPerawan, bagi calon pengantin berumur 25 tahun ke atas, bermaterai Rp 6000,-. 10. Surat Rekomendasi Nikah Numpang Nikah bagi calon pengantin dari luar wilayah. 11. Izin Pengadilan Agama jika pria berumur kurang dari 19 tahun, dan wanita kurang dari 16 tahun. 12. Izin Pengadilan Agama bagi yang berpoligami. 13. Rekomendasi Camat untuk pendaftaran kurang 10 hari. 14. Surat Kematian SuamiIsteri bagi JandaDuda cerai mati dan model N6 ditandatangani Kepala Desa atau Kelurahan. 15. Akta Cerai beserta Salinan Putusan Penetapan dari Pengadilan yang mengeluarkan Akta Cerai. 16. Bukti Imunisasi TT dari Puskesmas. 19 c Pemberitahuan Kehendak Nikah Setelah dipenuhinya tata cara dan syarat-syarat pemberitahuan serta tiada sesuatu halangan perkawinan, maka tahap berikutnya adalah pegawai pencatat 19 Wawancara Pribadi dengan bapak Agus Salim Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibarusah, Kamis, 10 April 2014 pukul 10:30. Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibarusah. perkawinan menyelenggarakan pengumuman pemberitahuan kehendak nikah. Berdasarkan pasal 8 PP No. 9 tahun 1975 pengumuman tentang adanya kehendak melangsungkann perkawinan. Adapun menenai caranya, surat pengumuman tersebut ditempelkan menurut formulir yang ditetapkan pada kantor catatan perkawinan pada suatu tempat yang sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum. 20 1. Kehendak Nikah diberitahukan oleh Wali atau Calon Pengantin kepada Kantor Urusan Agama dengan membawa persyaratan yang telah ditentukan. 2. Mengisi Formulir Pendaftaran Nikah pada Lembar Model NB yang disediakan Kantor Urusan Agama. 3. Penulisan NB menggunakan tinta hitam, huruf balok. 4. Pendaftaran harus sudah diterima Kantor Urusan Agama sekurang-kurangnya 10 hari kerja sebelum akad nikah dilangsungkan. 5. Membayar Biaya Pencatatan Nikah. d Pemeriksaan Dan Pembinaan Calon Pengantin 1. Setelah Pendaftaran diterima oleh Kantor Urusan Agama, kedua calon pengantin dan Wali Nikah, mengikuti Pembinaan dan Kursus Calon Pengantin. 2. Penghulu atau Kepala Kantor Urusan Agama melakukan pemeriksaan tentang ada tidaknya halangan untuk menikah, dan memberikan bimbingan keluarga sakinah dan tatacara ijab qobul. 3. Penghulu atau Kepala Kantor Urusan Agama dilarang melangsungkan, atau membantu melangsungkan, atau mencatat atau menyaksikan pernikahan yang tidak memenuhi persyaratan. e Penolakan Kehendak Nikah 1. Kepala Kantor Urusan Agama diharuskan menolak kehendak nikah yang tidak memenuhi persyaratan. 2. Terhadap penolakan tersebut, yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Agama. 20 Amiur Nurddin Dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia : Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari F ikih, UU No. 11974 Samapi KHI”, Jakarta : Kencana Prenada Media Group 2004, h 128 Disini keberanian para Hakim Peradilan Agama sangat diharapkan untuk membatalkan perkawinan atau penolakan kehendak nikah yang tidak dicatat itu apabila diajukan oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan kepadanya. 21 f Pelaksanaan Akad Nikah 1. Akad Nikah dilangsungkan dihadapan Penghulu tau Petugas Kantor Urusan Agama. 2. Jika dilakukan oleh Wali Nikah sendiri. 3. Wali Nikah dapat mewakilkan ijab kepada orang lain yang memenuhi persyaratan, atau kepada Penghulu. 4. Akad Nikah dilangsungkan di Kantor Urusan Agama Balai Nikah. 5. Atas permintaan yang bersangkutan dan mendapat Persetujuan dari Kepala Kantor Urusan Agama, Akad Nikah dapat dilangsungkan di Luar balai Nikah. 6. Biaya pemanggilan, transportasi, dan akomodasi Penghulu atau Petugas Kantor Urusan Agama untuk menghindari akad nikah di luar balai nikah dibebankan kepada yang mengundang. g Pencatatan Nikah 1. Pencatatan Nikah dilakukan oleh Penghulu atau Kepala Kantor Urusan agama setelah nikah dilangsungksn dengan benar, pada Akta Nikah Register Model N. 2. Kepada kedua pengantin diberikan Kutipan Akta Nikah berupa Buku Nikah, Model NA. Akta Nikah selain merupakan bukti otentik suatu perkawinan, ia memiliki manfaat sebagai “jaminan hukum” apabila salah seoarang suami atau isteri melakukan suatu tindakan yang menyimpang. 22

D. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan di Bawah Tangan