HASIL WAWANCARA
Nama : Taufik Hidayat
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tempat : Di Depan Masjid
Waktu : Kamis, 27 Maret 2014
Pukul : 11:30 WIB
…………………………………………………………………………………………. 1.
Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan di bawah tangan, perkawinan itu sah atau tidak?
Pekawinan di bawah tangan itu kan yang tidak mencatatkannya pada KUA, tapi sah menurut agama, menurut saya juga sah-sah saja perkawian tersebut.
2. Bagaimana kedudukan perkawinan tersebut dari sudut pandang hukum
Islam dan hukum positif?
Kalau menurut hukum Islam sah, asalkan terpenuhi rukun dan syaratnya. Menurut negara sepertinya tidak sah, karena nantinya kalau punya anak tidak bisa membuat
akta kelahiran dan tidak bisa membuat kartu keluarga.
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan
di bawah tangan?
Kebanyakan dari masyarakat desa Wibawa Mulya ini karena faktor pergaulan bebas si biasanya, anak muda yang hamil duluan sebeum nikah, dan kalau sudah
ketahuan mau tidak mau dinikahkan oleh orang tuanya, tapi kebanyakan tidak
dicatatkan. Dan juga masalah mahalnya biaya membuat akta nikah atau buku nikahnya, dari pihak KUAnya mahal.
4.
Apakah bapak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang- undang?
Kalau biaya menurut undang-undang saya kurang tahu, tapi kalalu dari pihak KUA rata-rata biayanya lebih dari lima ratus ribu rupiah.
5. Apakah masyarakat tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan?
Kebanyakan masyarakat tidak tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan, hanya sebagian masyarakat saja yang tahu. Mungkin tang pendidikannya tinggi,
minimal sampai SMA, kebanyakan ibu-ibu atau bapak-bapak disini hanya sampai SD pendidikannya.
6. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang melakukan
perkawinan di bawah tangan?
Pandangan masyarakat biasa-biasa saja, tidak ada yang berbeda apabila perkawinannya tidak dicatatkan, mungkin karena faktor pengetahuan yang kurang.
HASIL WAWANCARA
Nama : Holidah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat : Di Depan Rumah Ibu Holidah
Waktu : Rabu, 26 Maret 2014
Pukul : 13:00 WIB
…………………………………………………………………………………………. 1.
Pada usia berapakah ibu menikah?
Saya menikah pada usia 21 tahun.
2. Sudah berapa lama ibu menikah?
Kira-kira sudah 9 tahun saya menikah.
3. Dimana ibu melakukan pernikahan?
Saya melakukan perkawinan di rumah sendiri.
4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?
Yang menjadi saksi kakak pertama saya dan adiknya ibu saya dan yang hadir ketika itu dari tokoh-tokoh masyarakat seperti pak RT RW dan bpk K.H Emuh.
5. Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?
Setahu saya KUA itu untuk mendaftarkan calon-calon pengantin, orang yang ingin menikah ke KUA. Untuk fungsi yang lain, saya belum tahu.
6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?
Perkawinan saya tidak di catatkan di KUA dan tidak mempunyai akta nikah.
7. Apa yang menyebabkan ibu melakukan perkawinan di bawah tangan atau
tidak mencatatkan perkawinan ibu?
Karena biayanya yang sangat mahal, ketika saya mau mendaftarkan perkawinan saya dan disuruh membayar enam ratus ribu, saya pikir buat apa cuma buku nikah
saja harganya sampai semahal itu, sedangkan pekerjaan suami saya hanya seorang kuli muat batu-bata, jadinya saya tidak mencatatkan perkawinan saya di KUA.
8. Apakah ibu tahu perkawinan yang ibu lakukan itu tidak diakui oleh negara?
Saya tidak tahu untuk diakui atau tidaknya, setahu saya menurut agama sudah sah.
9. Setahu ibu apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan
sosialisasipenyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya pencatatan perkawinan di daerah sini?
Belum pernah ada sosialisasi dari pihak KUA maupun dari pihak desa tentang pentingnya pencatatan perkawinan, lagi pula kalau ada penyuluhan pasti saya juga
akan bertanya kepada pihak KUA kenapa biaya pencatatan perkawinan atau ingin mempunyai akta nikah sangat mahal.
10. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-
undang?
Kalau menurut undang-undang kurang tahu, yang saya tahu biaya pencatatan perkawinan itu di atas lima ratus ribu rupiah.
11. Bagaimana pandangan masyarakat sekitar mengenai perkawinan yang
ibu lakukan?
Pandangan masyarakat terhadap perkawinan yang saya lakukan biasa-biasa saja, tidak ada masyarakat yang beranggapan berbeda atau aneh, karena setahu
masyarakat perkawinan yang saya lakukan juga sah-sah saja, yang penting syarat dan rukunnya sudah terpenuhi, begitu si kalau menurut agama.
12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan?
Saya tidak bisa membuat akta kelahiran untuk anak saya dan tidak bisa membuat kartu keluarga karena tidak ada akta nikah. Pernah dari pihak desa menawarkan
membuat akta kelahiran untuk anak saya dan membuat kartu keluarga, tapi lagi- lagi yang berbicara uang, saya harus membayar dengan uang yang tidak sedikit,
jadi saya tidak mau.
HASIL WAWANCARA
Nama : Iis Suryani
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat : Di Depan Rumah Iis
Waktu : Selasa, 25 Maret 2014
Pukul : 13:20 WIB
…………………………………………………………………………………………. 1.
Pada usia berapakah ibu menikah?
Saya menikah pada usia 20 tahun.
2. Sudah berapa lama ibu menikah?
Saya menikah sudah 10 tahun.
3. Dimana ibu melakukan pernikahan?
Ketika itu saya melakukan perkawinan di rumah saya sendiri.
4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?
Banyak dari tokoh-tokoh masysrakat dan yang menjadi saksi adalah kakak
kandung ibu saya dan adik kandung ibu saya. 5.
Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?
Yang saya tahu mengenai KUA itu tempat mendaftarkan calon pengantin yang ingin menikah, fungsi selain itu saya kurang tahu.
6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?