Analisis Penulis HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

dan sebagian masyarakat desa Wibawa Mulya ada yang sudah mengetahui akan pentingnya pencatatan perkawinan, maka melakukan pencatatan. 13 Berbeda profesi, berbeda pula pendapat dari para tokoh masyarakat yang ada di desa Wibawa Mulya ini. Begitu lah perbedaan pendapat yang dikatakan oleh bapak Jhoni Hermawan selaku sekertaris desa Wibawa Mulya, menurut ia mengapa masih banyak orang yang melakukan perkawinan di bawah tangan di desa Wibawa Mulya ini karena masyarakat sama sekali tidak tahu akan pentingnya pencatatan perkawinan, mereka menganggap perkawinan yang mereka lakukan itu sudah sah, apalagi jika agama sudah mengatakan sah. Dan mereka juga beranggapan tidak penting dicatatakan. Mengapa mereka beranggapan demikian, karena kurangnya pengetahuan pendidikan, mayoritas di desa ini bapak-bapak dan ibu-ibu tingkatan sekolahnya hanya sampai tingkat SD sekolah dasar, begitulah yang dikatakan bapak Jhoni Hermawan selaku sekertaris desa Wibawa Mulya. 14

C. Analisis Penulis

Pencatatan perkawinan memegang peran yang sangat menentukan dalam suatu perkawinan karena penctatan perkawinan merupakan suatu syarat diakui dan tidaknya perkawinan oleh peraturan perundang-undangan. Bila suatu perkawinan tidak dicatat, maka perkawinan tersebut tidak diakui oleh peraturan perundang- 13 Wawancara Pribadi dengan bapak M. Hasan, Minggu, 30 Maret 2014 pukul 17:00. Di rumah bapak M. Hasan 14 Wawancara Pribadi dengan bapak Jhoni Hermawan sekertaris desa Wibawa Mulya, Rabu, 2 April 2014 pukul 09:30. Di balai desa Wibawa Mulya. undangan, begitu pula sebagai akibat yang timbul dari perkawinan tersebut. Dengan demikian, dengan dicatatkannya perkawinan akan memberikan perlindungan hukum kepada kedua belah pihak dan akan memudahkan pembuktian akan adanya perkawinan. Mengenai praktek pelaksanaan perkawinan yang terjadi di desa Wibawa Mulya, ada sebagian masyarataknya tidak melakukan pencatatan perkawinan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 2 ayat 2 tentang Pencatatan Perkawinan, yang berbunyi : “Tiap- tiap Perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ”, kebanyakan masyaakat di desa Wibawa Mulya tidak melakukan pencatatan perkawinan dikarenakan pencatatan bagi mereka tidak penting. Bagi mereka dengan memenuhi syarat dan rukun perkawinan menurut agama Islam sudah dianggap sah. Meskipun demikian, di desa Wibawa Mulya tidak terlalu menaruh perhatian atas adanya pencatatan perkawinan. padahal dengan adanya pencatatan perkawinan dianggap sah secara hukum menurut perundang-undangan. Dengan adanya pencatatan dimaksud bagi yang melakukan perkawinan, apabila terjadi suatu sengketa perkawinan yang tidak bisa diselesaikan secara damai, maka perkawinan bisa putus dengan jalan perceraian di Pengadilan Agama dengan menunjukan adanya akta nikah yang telah di catat oleh pegawai pencatat nikah. Namun, hal ini tentu sangatlah jauh jika melihat sudut pandang sebagian besar di desa Wibawa Mulya terhadap hal tersebut. Bagi sebagian mereka yang ada di desa Wibawa Mulya, apabila terjadi adanya konflik dalam rumah tangga, cukup dilakukan secara kekeluargaan tanpa harus di bawa ke Pengadilan Agama. Dari hasil wawancara dengan bapak M. Hasan Amil desa wibawa Mulya dan bapak Agus Salim Kepala KUA Kecamatan Cibarusah, penulis membandingkan angka perkawinan yang terjadi di desa Wibawa Mulya dan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibarusah, berikut tabelnya : Tabel Perbandingan Data Perkawinan Tahun 2013 No Bulan Perkawinan yang Tercatat di KUA Perkawinan yang Tercatat di Desa 01 Januari 9 12 02 Febuari 5 5 03 Maret 9 11 04 April 13 15 05 Mei 9 9 06 Juni 11 12 07 Juli 10 15 08 Agustus 7 10 09 September 7 9 10 Oktober 8 8 11 November 18 20 12 Desember 8 11 Jumlah 114 Perkawinan 137 Perkawinan Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa angka perkawinan yang tercatat di desa dan di KUA lebih banyak yang tercatat di desa, jadi masih banyak masyarakat di desa Wibawa Mulya yang tidak melakukan pencatatan perkawinan. Dan hasil wawancara penulis dengan tokoh masyarakat di desa Wibawa Mulya mengatakan bahwa banyak faktor yang menjadikan masyarakat melakukan perkawinan di bawah tangan, diantaranya yaitu : 1. Rendahnya Pendidikan Karena Kesulitan Ekonomi Alasan ini merupakan alasan yang paling mendasar yang biasa saja dimaklumi. Atas dasar alasan inilah biasanya masyarakat golongan menengah bawah yang tidak memiliki harta banyak sehingga tidak sanggup untuk mengurus proses perkawinan secara resmi dan dicatat melalui pejabat yang berwenang. Bagi mereka yang terpenting adalah perkawinannya secara syariat agama bisa dilangsungkan, tidak lagi dianggap sebagai kumpul kebo oleh masyarakat. Mereka berpikiran seperti itu karena kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan, ekonimi yang menengaah kebawah rata-rata pendidikannya paling tinggi hanya sampai SD Sekolah Dasar 15 . 2. Karena Pergaulan Bebas Kurangnya pengawasan dari orang tua menjadikan seorang anak bebas bergaul dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja, hingga terjadi perbuatan zina dan mengandung seorang anak di luar perkawinan. Dari pada harus menanggung malu, maka dengan segera orang tua menikahkan anaknya dan tidak mencatatkan perkawinan anaknya karena takut aib anaknya diketahui oleh masyarakat. 3. Mahalnya Biaya Pencatatan Perkawinan Mahalnya biaya pencatatan perkawinan yang terjadi di desa Wibawa Mulya menjadikan masyarakat enggan untuk mencatatkan perkawinannya di Kantor Urusan Agama. Adanya oknum-oknum tertentu yang menjadikan pencatata perkawinan sangat mahal diatas ketentuan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2001 tentang Biaya Pencatatan Perkawinan sebesar Rp; 30.000 ribu rupiah. Keterangan diatas merupakan faktor yang paling melekat dimana perkawinan di desa Wibawa Mulya tidak mengharuskan perkawinan dicatat. Padahal undang- undang perkawinan menentukan selain harus mengikuti hukum agamanya itu, juga harus memenuhi syarat-syarat perkawinan menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 15 Wawancara Pribadi dengan bapak Soleh Hidayat Kaur Pemerintahan desa Wibawa Mulya, Rabu, 2 April 2014 pukul 10:30. Di balai desa Wibawa Mulya. tentang Perkawinan. Untuk kondisi desa Wibawa Mulya, pencatatan perkawinan belum dipandang sebagai sesuatu yang sangat urgen, padahal menyangkut banyak kepentingan. Adanya faktor-faktor tertentu yang mengaruskan seseorang yang ingin menikah tidak mencatatkan perkawinannya dan tidak mempunyai kepastian hukum. Bila tidak tercatat maka tidak dapat diselesaikan urusannya ke Pengadilan Agama. Karena perkawinan tidak dicatatkan dan tidak mempunyai kekuatan hukum, maka dampaknya pun dirasakan oleh masyarkat. Penulis menyimpulkan hasil wawancara pelaku perkawinan di bawah tangan tentang dampak yang dirasakan oleh masyarakat, diantaranya yaitu ; 1. Tidak mempunyai akta kelahiran bagi anak. 2. Tidak bisa membuat Kartu Keluarga KK karena tidak adanya akta nikah. 3. Tidak mendapatkan harta waris bagi isteri dan anak jika suami telah meninggal atau ditinggal cerai. Untuk dampak waris hanya sebagian kecil saja masyarakat desa Wibawa Mulya yang meraskan dampaknya, karena mengenai waris biasanya diselesaikan secara kekeluargaan, baik dari pihak keluarga suami maupun dari pihak keluarga isteri, tanpa harus ke Pengadilan Agama. Sesungguhnya setiap orang pasti ingin mempunyai keluarga yang harmonis dan kekal dan perkawinannya tercatat, itulah keinginan dari setiap orang yang ingin melanjutkan hidupnya kejenjang perkawinan. Sesungguhnya dalam perkawinan mencakup seluruh segi kehidupan manusia baik dari segi ibadah, sosial dan masyarakat, sehingga ikatan perkawinan menjadi lebih kuat, dan tidak menimbulkan ketidakjelasan hukum yang mengaturnya. 66

BAB V PENUTUP