Pemilihan Pelarut Hasil Penelitian Pendahuluan .1

4.1.3 Pemilihan Pelarut

Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa aktifitas enzim turut dipengaruhi oleh keberadaan pelarut. Jenis pelarut yang digunakan haruslah dapat meningkatkan kelarutan asam lemak sawit distilat ALSD dengan dietanolamina. Sebab pada kondisi temperatur reaksi yang akan digunakan, asam lemak sawit distilat belum mencapai titik lelehnya. Titik leleh asam lemak sawit distilat berkisar 60 o C. Penelitian pendahuluan dilakukan percobaan terhadap dua jenis pelarut organik yaitu n-heksana dan isopropanol, sebab asam lemak sawit distilat memiliki kelarutan yang baik pada pelarut organik. Tujuan dari pemilihan pelarut adalah untuk mengetahui performa pelarut yang terbaik bagi reaksi amidasi enzimatis antara ALSD dengan dietanolamina. Reaksi amidasi dilakukan dengan rasio mol 1:1 antara ALSD terhadap dietanolamina, konsentrasi biokatalis 10 dengan rasio pelarut 1:2 bv antara ALSDpelarut pada temperatur ruang 30 o C. Berikut hasil penelitian untuk pelarut n- heksan dan isopropanol. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Heksan Isopropanol Jenis Pelarut K o n ver si Enzim Non Enzim Gambar 10. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Aktifitas Rhizomucor meihei Dari hasil perbandingan kedua jenis pelarut organik tersebut, diperoleh bahwa reaksi amidasi dengan melibatkan enzim lipase memberikan hasil yang baik pada pelarut n-heksana. Kondisi ini memperlihatkan bahwa aktifitas enzim lipase lebih baik terhadap pelarut organik yang bersifat hydrophobic Gautam dan Tyagi, 2005. Pemilihan pelarut n-heksana juga didasarkan atas studi yang dilakukan oleh Rahman, dkk 2003 yang menyatakan bahwa n-heksana, benzena dan heptana merupakan pelarut yang memberikan hasil yang baik pada sintesa alkanolamida. Berdasarkan hasil penelitian perbandingan dan studi literatur, maka ditetapkan penggunaan heksan sebagai pelarut solvent dalam reaksi amidasi asam lemak sawit distilat menjadi dietanolamida menggunakan enzim lipase dengan beberapa alasan, yaitu : 1. Toksisitas n-heksana lebih rendah, bila dibandingkan dengan benzena dan heptana, diharapkan lebih aman dalam proses dan pemanfaatan produk 2. Penggunaan pelarut isopropanol, memungkinkan terjadinya reaksi esterifikasi antara asam lemak sawit distilat dengan isopropanol, sehingga kemungkinan terbentuknya senyawa amina ester semakin besar 3. n-Heksana bersifat inert, sehingga tidak mereduksi campuran produk 4. Recovery n-heksan dari campuran produk cukup mudah, sebab dalam proses purifikasi enzim lipase turut digunakan n-heksan sebagai bahan pencuci untuk memisahkan asam lemak sisa reaksi 5. n-Heksana lebih ekonomis, bila dibandingkan dengan benzena dan heptana sehingga tidak meningkatkan biaya produksi.

4.1.4 Penentuan Rasio Pelarut