Penentuan Level Temperatur Hasil Penelitian Pendahuluan .1

dengan hasil yang diperoleh oleh Rahman, dkk 2003, bahwa pada rasio substrat 1:15 hingga 1:20 perolehan produk telah konstan. Analisa FT-IR menunjukkan bahwa penggunaan dietanolamina berlebih pada reaksi non enzim dapat memicu kehadiran amina ester, tetapi pada reaksi enzimatis penggunaan dietanolamina berlebih tidak menunjukkan kehadiran amina ester. Hal ini disebabkan pada non enzim terdapat air sebagai hasil samping dari reaksi esterifikasi, sehingga kemungkinan terbentuknya amina ester semakin besar. Hasil percobaan ini menunjukkan adanya kemungkinan penggunaan konsentrasi substrat yang tinggi untuk meningkatkan konversi produk. Hasil analisa terlampir pada Lampiran 6 Gambar 27

4.1.8 Penentuan Level Temperatur

Percobaan pendahuluan untuk menentukan temperatur optimum yang akan digunakan sebagai titik center point dalam CCD dilakukan pada 4 level temperatur berbeda, yaitu 30 o C, 40 o C, 50 o C dan 60 o C. Pemilihan temperatur ini didasarkan pada keaktifan enzim lipase yang mampu bekerja pada kisaran temperatur 30 o C-60 o C Reetz, 2002. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rasio mol 1:1 dan biokatalis 10 bb. Penentuan level temperatur dilakukan untuk mengetahui level temperatur yang terbaik dari lipase Rhizomucor meihei pada reaksi amidasi. Sebagaimana diketahui bahwa peningkatan temperatur setiap 10 o C akan meningkatkan kecepatan reaksi sebesar dua kali, sehingga diharapkan dengan kenaikan temperatur perolehan dietanolamida semakin besar Wikipedia, 2007. Tabel 10. Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan Dietanolamida Bilangan Asam mmolg Bilangan Asam mmolmg = 132,72 KONVERSI Temperatur o C Non Enzim R. meihei Non Enzim R. meihei 30 113,54 75,61 14,45 43,02 40 106,29 68,29 19,91 48,54 50 95,43 61,57 28,09 53,61 60 87,74 71,03 33,89 46,48 10 20 30 40 50 60 30 40 50 60 Tem peratur C K o n versi Rhizomucor meihei Non Enzim Gambar 14. Pengaruh Temperatur Terhadap Perolehan Produk Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa untuk reaksi yang melibatkan Rhizomucor meihei , perolehan produk dietanolamida meningkat hingga temperatur 50 o C, tetapi pada saat temperatur yang lebih tinggi digunakan 60 o C, aktifitas lipase menurun sehingga perolehan dietanolamida juga mengalami penurunan. Sedangkan reaksi non enzim semakin meningkat seiring dengan peningkatan temperatur. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya tumbukan antar partikel yang disebabkan oleh kenaikan temperatur sehingga mengaktifkan reaksi. Dari analisa kromatografi lapis tipis KLT, diketahui bahwa pada temperatur reaksi 60 o C baik reaksi amidasi menggunakan enzim lipase atau non enzim akan menghasilkan produk samping berupa amina ester. Sedangkan pada temperatur yang lebih rendah 30 o C – 50 o C tidak menunjukkan adanya pembentukan amina ester. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan temperatur akan berpengaruh pada pembentukan produk dietanolamida. Kenaikan temperatur mempengaruhi pemutusan ikatan hidroksil pada dietanolamina sehingga meningkatkan kuantitas H 2 O dan mempengaruhi aktifitas Rhizomucor meihei. Untuk reaksi amidasi ini, kehadiran H 2 O dalam kuantitas yang lebih besar selain akan mempengaruhi aktifitas enzim, juga akan memicu reaksi esterifikasi sehingga pada akhir produk akan diperoleh produk samping amina ester. Selain itu penuruanan konversi reaksi pada temperatur 60 o C juga dimungkinkan oleh Rhizomucor meihei yang telah mengalami denaturasi pada temperatur tersebut. Hasil analisa KLT terlampir pada Lampiran 5 Gambar 25.

4.2 Hasil Penelitian Utama