Kekuatan Hukum SEMA di Negara Republik Indonesia
bagi seluruh Indonesia khususnya mereka yang seringkali termajinalkan yaitu orang miskin, perempuan, dan anak-anak.
Sebagaimana yang tercantum pada pasal 28 D ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa
“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum”. Penjabaran dari pasal diatas menegaskan bahwa “Semua orang sama di depan
hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang
bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam ini”.
38
Penegasan dari pasal di atas juga memperhatikan terhadap hak dasar dan perlakuan hukum yang adil terhadap setiap manusia, yang terdapat dalam Pasal 7
“Universal Declaration Of Human Rights” yang menjadi pedoman umum Universality di setiap negara. Hukum merupakan penceminan dari jiwa dan pikiran
rakyat. Negara Indonesia adalah Negara yang berlandaskan hukum Rechtstaats. Salah satu unsur yang dimiliki oleh negara hukum adalah pemenuhan akan hak-hak
dasar manusia fundamental rights. Namun situasi dan kondisi Negara kita hari ini, justru semakin menjauhkan masyarakat, terutama masyarakat miskin, dari keadilan
38
http:id.wikisource.orgwikiUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945Perubahan II
hukum justice of law. Masyarakat miskin belum mempunyai akses secara maksimal terhadap keadilan.
Dengan adanya realisasi Pos bantuan Hukum di Lingkungan Peangadilan Agama yang merupakan hasil realiasi dari UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan
Agama. Pasal 60 huruf C ayat 1 dan 2, menjelaskan “di setiap Pengadilan Agama
dibentuk Pos Bantuan Hukum untuk pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum” dan dalam ayat selanjutnya menyatakan bahwa
“bantuan hukum yang diberikan itu bersifat secara cuma-cuma sampai memperoleh kekuatan hukum tetap”
Bentuk realisasi dari Perundang-undangan tersebut dituangkan kedalam SEMA No. 10 tahun 2010 mengenai Pedoman Bantuan Hukum, kemudian diteruskan
kedalam JUKLAK SEMA No. 102010 Tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran B.SEMA No. 10 Tahun 2010 itu sendiri terdiri dari dua lampiran, yaitu:
- Lampiran A diperuntukan bagi Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha
Negara -
Lapiran B diperuntukan bagi Pengadilan AgamaMahkamah Syar‟iyyah Kedudukan SEMA sebagai peraturan Pos Bantuan Hukum di Lingkungan jika
kita meninjau dari UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan yaitu dalam pasal 7 ayat 4 yang menyatakan bahwa ““Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi.”
Dalam penejelasannya diterangkan bahwa “Jenis Peraturan Perundang-
undangan selain dalam ketentuan ini, antara lain, peraturan yang dikeluarkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Menteri, kepala badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
dibentak oleh undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
KabupatenKota, BupatiWalikota, Kepala Desa atau yang setingkat” Jika kita melihat dari penjelasan di atas menyatakan bahwa jenis peraturan
selain dari hirarki peraturan perundang-undangan seperti UUD 1945, UUPerpu, PP, Perpers, dan Perda yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung mempunyai kekuatan
yang sama atau dengan kata lain mengikat secara keseluruhan khusus bagi kalangan sendiri yakni Peradilan-Peradilan dibawah wewenang MA PA, PN, PTU dan PM.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa peraturan MA yang termasuk ke dalam pasal 7 ayat 4 UU No.102004 itu adalah PERMA Perataruran
Mahkamah Agung bukan SEMA atau Peraturan yang lainnya. Meskipun demikian kedudukan SEMA sebagai peraturan MA memiliki
landasan legalitas sebagaimana dalam pasal 32 UU MA menjelaskan “ Mahkamah
Agung berwenang memberi petunjuk, teguran , atau peringatan yang dipandang perlu kepada Pengadilan d isemua Lingkungan Peradilan”
Dengan demikian SEMA mempunyai kekuatan hukum yang mengikat kepada Hakim dan Pengadilan, meskipun SEMA bukanlah merupakan peraturan perundang-