2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah: a.
Memberikan penjelasan kepada masyarakat secara tidak langsung akan adanya Pos Bantuan Hukum yang bergerak memberikan jasa bantuan
hukum bagi mereka yang tidak mampu di Lingkungan Peradilan Agama. b.
Bagi para mahasiswa khususnya dibidang hukum ini memberikan khazanah keilmuan baru dalam hukum di lingkungan Peradilan Agama
c. Bagi para cendikiawan ini juga memberikan khzanah kelimuan baru dalam
memberikan masukan terhadap Pos Pos Bantuan Hukum dengan melihat kelebihan dan kekurangannya terhadap program ini.
D. Kerangka Teori
Banyak para pakar hukum yang mendefinisikan tentang bantuan hukum, Santoso Poedjosoebroto mengungkapkan bahwa bantuan hukum adalah bantuan
hukum baik berupa pemberian nasihat hukum, maupun yang berupa menjadi kuasa dari pada seseorang yang berpekara yang diberikan kepada orang yang tidak mampu
ekonominya sehingga ia tidak dapat membayar honorarium kepada seorang pembela atau pengacara.
Crul merumuskan bantuan hukum sebagai “bijstand door deskundigen aan
degenen, die hulp behoeven ter realisering van hun rechten, dan wel tot het verkrijegen van rechtsbesherming”bantuan hukum sebagai bantuan yang diberikan
oleh para ahli kepada mereka yang memerlukan perwujudan atau realisasi dari hak- haknya serta untuk memperoleh perlindungan hukum.
8
Seorang pengacara terkemuka Adnan Buyung Nasution berpendapat bahwa bantuan hukum disini adalah khusus bantuan hukum bagi golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah atau dalam bahasa popular disebut “si miskin”.
Didalam Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya dibidang hukum dan kemanusian, bantuan hukum dikaitkan dengan Darma ketiga Perguruan Tinggi yang
dilakukan dengan jalan: a.
Memberikan konsultasi hukum serta jasa-jasa lain yang berhubungan dengan hukum.
b. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat khususnya kepada pencari
hukum untuk menjungjung tinggi norma-norma hukum. c.
Memberikan bantuan hukum secara aktif dan langsung secara merata kepada masyarakat khsuusnya kepada pencari hukum.
Dengan melihat bahwa mayoritas pihak berperkara di Pengadilan adalah masyarakat miskin, dan menurut hasil penelitian PEKKA, Masyarakat yang
berperkara di PA berpenghasilan rata-rata Rp 200 ribu perbulan. Padahal secara Nasional, rata-rata biaya berperkara di PA adalah Rp 789.260,- atau empat kali lipat
dari pendapatan rata-rata. Sebagaimana yang tertuang didalam UU No 50 tahun 2009 pasal 60 C
8
Soerjono Soekanto, dkk, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983 h. 23