Biografi BIOGRAFI K.H. HAMIM DJAZULI GUS MIEK

80 pada Gus Miek ketimbang dengan kata “menonjol” seperti Kyai Djazuli?, karena kata “menonjol” lebih memberikan tekanan pada keunggulan normatif, sedangkan kata “nyleneh” pada sifat Gus Miek cermin beda yang kontradiktif.

B. Biografi

Tidak mudah layaknya menawarkan konsep dengan rencana matang ketika berbicara Gus Miek, orang banyak merasa dekat dengan Gus Miek dari berbagai macam persepsinya. Santri-santri Gus Miek seperti kompak dalam satu kode untuk menutup mulut tentang sejarah Gus Miek, faktor tutup mulut akibat muncul buku biografi Gus Miek ditulis tanpa ada tashih keluarga Gus Miek. Secara ceroboh buku biografi Gus Miek ditulis oleh Nurul Ibad dengan menampilkan konflik keluarga Pesantren Kedunglo dan keluarga Pesantren Lirboyo, keterangan konflik diletakkan dalam manakib Gus Miek disesalkan oleh Gus Sabut putra Gus Miek. Tidak adanya kesabaran penulis biografi Gus Miek menjadikan buku biografi Gus Miek syarat fitnah, teks baru lima puluh persen di tashih oleh keluarga Gus Miek tanpa kejelasan telah beredar di pasaran dengan menyajikan informasi yang seharusnya bukan konsumsi publik. Jadi jelas, bukan semata-mata ikhlas ikut menyebarkan ajaran Gus Miek, namun terdapat motif ekonomi dan bisnis menjual nama Gus Miek, Gus Sabut berpesan pada penulis, “Semoga Allah membuka hidayah pada santri saya tersebut.” 7 7 Wawancara Pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. Kediri, 9 Mei 2011. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 81 Belajar dan sangat berhati-hati dari terbitnya buku ilegal berdasarkan syarīah, mengapa secara syarīah?, kerena terbit dahulu baru izin menerbitkan, konsekuensinya terjadinya kesulitan menelusuri sejarah biografi dan sejarah ajaran Gus Miek dari siapapun santri Gus Miek. Santri-santri Gus Miek seolah-olah sepakat berkata, “Saya tidak tahu tentang Gus Miek, dan saya takut bercerita tentang Gus Miek, takut jadi fitnah. Lebih baik sowan saja pada keluarga Gus Miek.” 8 Ucapan demikian selalu penulis dengar setiap bertemu santri Gus Miek sebagai nara sumber. Jadi informasi mengenai Gus Miek baik K.H. Muhammad Arsyad Busyairi Tulungagung dan Mas Nur Bandar Kediri 9 menyatakan, bahwa menanyakan apapun tentang Gus Miek pada siapapun orang yang pernah dekat dengan Gus Miek, ending dari info yang didapat pasti berbeda. Perbedaannya dipicu berberapa faktor, diantaranya: pertama, karena semua orang merasa dirinya paling dekat - sistem dakwah tidak membedakan satu sama lain - dengan Gus Miek. Kedua, tidak semua orang mampu menafsirkan prilaku Gus Miek, termasuk orang-orang kepercayaannya berpuluh-puluh tahun -sifat kontradiktif-. 10 Ketiga, jalan pikirannya penuh misteri dan tidak mudah ditebak. Keempat, karena tidak secara pasti setiap hari nara sumber selalu bersama Gus Miek, sebab sejak umur tujuh tahun telah mengembara dan 8 Wawancara Pribadi dengan K.H. Muhammad Arsyad Busyairi Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Trenceng Tulungagung. Tulungagung, 7 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Kyai Wahid Juru Kunci Kakam Tambak. Kediri, 7 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Mas Nur Sopir Pribadi Gus Miek. Kediri, 8 Mei 2011M. Wawancara Pribadi dengan K.H. Sayid ‘Abdillah. Yogyakarta, 2 Mei 2011. 9 Dua orang kepercayaan Gus Miek, K.H. Muhammad Arsyad Busyairi kepercayaan Gus Miek pada jama’ah Dzikrul Ghofilin, sedangkan Mas Nur adalah sopir pribadi Gus Miek sejak tahun 1979M. sampai meniggal. 10 Wawancara Pribadi dengan K.H. Muhammad Arsyad Busyairi. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 82 jarang pulang ke rumah, pulangnya pun tidak di rumah Kyai Djazuli, melainkan tidur di kamar komplek G pesantren Ploso. 11 Pengalaman mencari informasi mengenai Gus Miek sangat sulit tidak berati mematahkan tujuan awal penulis mencari siapa Gus Miek? al-hamd lillāh penulis bisa bertemu salah satu putra Gus Miek, yaitu K.H. Agus Sabut Panoto Projo atau akarab dipanggil Gus Sabut, meskipun secara lahiriah jarang bertemu dengan ayahnya, sebab sudah dipastikan selama hidupnya sembilan puluh sembilan persen berpetualang dan tidak pernah pulang, namun secara ikatan emosional dan spiritual antara bapak dan anak tetap terjalin, terbukti Gus Miek sering menjumpai putra-putranya lewat mimpi. 12 Atas izin Gus Sabut penulis direstui menulis karya ilmiah tentang Gus Miek dengan bantuan informasi dari beliau. Gus Miek lahir di Kediri sekitar tahun 1940M. Lima tahun sebelum Bung Karno mendeklarasikan Indonesia sebagai bangsa kesatuan dan berdaulat, versi lain Gus Miek lahir 17 Agustus 1940M. Masa remaja hingga akhir perjuangan tidak konsisten di kota kelahiran, hanya saja Gus Miek memilih kota kelahirannya sebagai peristirahatan terakhir. Nyleneh dan unik sejak kecil adalah ciri khas Gus Miek, masa anak-anak telah memiliki ikatan spiritual dengan Wali-wali besar Tanah Jawa, diantaranya Kyai Ramli, seorang mursyid tharīqah sekaligus pendiri pesantren Darul Ulum 11 Mas Nur misalnya, belasan tahun menjadi sopir pribadi Gus Miek, tapi bukan jaminan paham Gus Miek, karena tidak setiap hari menjadi sopir Gus Miek, terkadang juga Gus Miek dengan orang lain, dengan posisi berganti sopir, petualangan Gus Miek tetap berjalan, dan Mas Nur ketinggalan kisah dari sejarah yang terus berlanjut. Hasilnya, dari santri A dan santri B hanya mencocokkan kisah masing-masing santri sesama pengikut Gus Miek. Wawancara Pribadi dengan Mas Nur. 12 Wawancara Pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 83 Jombang dan Kyai Hamid Pasuruan, sedangkan lokal Kediri tidak tanggung- tanggung, ikatan sepiritualnya berhubungan dengan K.H. ‘Abdul Majid Ma’roef pendiri jama’ah Sholawat Wahidiyah dan K.H. Mubasir Mundzir Kediri. Umur tujuh tahun telah membangun spiritual dengan Kyai Ramli Jombang, sering pergi-pulang Kediri dan Jombang tanpa kawan. Kedekatan spiritual dengan K.H. Hamid Pasuruan terjalin sekitar umur sembilan tahun, silaturrahmi dari Kediri ke Pasuruan tanpa teman. Perhitungan secara mate- matis antara Kediri dan Pasuruan lebih dari seratus kilo jarak tempuh, sedangkan dilihat secara sosial, jika Gus Miek umur sembilan tahun dan lahir tahun 1940M., maka saat itu gejolak sosial kemasyarakatan Indonesia adalah tahun 1949M., dimana keamanan dan kesetabilan politik di Indonesia belum sepenuhnya final pasca kemerdekaan, di masa itu pula kendaraan belum seramai saat ini, indikasinya betapa perjuangan Gus Miek untuk menemui Walīallāh K.H. Hamid Pasuruan sangat tinggi, terbukti dengan semboyan di kalangan santri Gus Miek, “Di mana ada Gus Miek, pasti di situ ada Walīallāh” baik Wali yang masih hidup atau petilasan Walīallāh. 13 Gus Miek adalah pribadi luhur, beliau guru bagi para santrinya. Beliau memiliki abstraksi kultural tersendiri dalam memanjakan pengemarnya, selain memiliki kelebihan dari manusia pada umumnya dan terkadang berperilaku layaknya orang gila, - memang Gus Miek telah tergila-gila pada Allah, - kecakapan sepiritualnya telah membawa dan membimbingnya mengerti hirarki abstrak yang tersembunyi dalam hidup dengan merasakan problematika masyarakat di masanya. 13 Wawancara Pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 84 Gus Miek pada pendidikan formal tidak begitu apresiatif, memang setiap hari izin dari rumah pergi sekolah SR Sekolah Rakyat setingkat SD pada tahun 1946M. tapi sampai tujuan lebih asyik bermain, di kelas cenderung menggambar di buku tulis daripada harus menulis dan susah- susah memperhatikan pelajaran. Makanya tidak lebih hanya sampai kelas tiga SR keluar dan melanjutkan hobinya menggembara dan sowan pada Walīallāh. 14 Sifat mengembara menjadikan Gus Miek seperti putra yang hilang, Kyai Djazuli sebagai seorang Ulama yang didengar fatwanya dan sebagai respon sifat manusiawi merasa gelisah jika melihat kepribadian anak tidak sesuai harapan. Kyai Djazuli sempat membangun sikap menghadapi ke- nyleneh-an Gus Miek, pasti setiap sowan atau silaturahmi dengan Kyai manapun memohon doa untuk ke-nyleneh-an Gus Miek. Kebetulan saat itu K.H. Makrus Ali Lirboyo bersilaturrahmi di Ploso. Mendengar keluhan Kyai Djazuli, Kyai Makrus Ali berinisiatif mengajak Gus Miek kecil dengan usia tiga belas tahun ikut pulang ke Lirboyo sekaligus mondok. Gus Miek tanpa berkemas dan berpikir panjang ikut ke Lirboyo. Sedikit terobati rasa gelisah Kyai Djazuli dan Ibunda Gus Miek Hj. Rodliyah dari etikat baik Gus Miek. Lirboyo lagi-lagi bukan jaminan menyadarkan Gus Miek, baru dua minggu di Lirboyo sudah boyong pulang ke Ploso. Seakan dibuat kaget melihat Gus Miek sudah pulang dari Lirboyo, di malam hari Kyai Djazuli diskusi ringan sambil menyinggung sikap Gus Miek, “Geg Amik kui mbesok 14 Wawancara Pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 85 dadi opo?. Di pondokne telulas dino wes muleh.” 15 Gus Miek di ruangan sebelah mendengar dan merespon percakapan orang tuanya, “Bapak, mbenjeng sedinten panjenengan istirahat mawon, kersane kulo mbenjeng sedinten ingkang gantosi ngaji.” 16 Esok hari ucapannya ditepati, dari pengajian habis subuh sampai malam, dari kitab fiqh Taqrib sampai kitab fiqh semi theologi Ihyā ‘Ulūm ad-Dīn karya Abū Hamid Muhammad al- Ghazālī. 17 Kemahiran Gus Miek memahami kitab Kuning juga terjadi saat kakaknya K.H. Nurul Huda mendapatkan istri dari kota Malang, Gus Miek secara sepontan memberikan rujukan dalil pada Kyai Djazuli menyangkut obrolan ringan tentang prosesi nikah ditinjau dari segi fiqh. Pada saat itu Kyai Djazuli hanya berkata, ”Geg koe kui lehmu ngaji kapan? Kok wes pinter dalili aku.” 18 Semenjak kejadian-kejadian semacam ini membuat Kyai Djazuli paham, jika nyleneh Gus Miek bukan karena nakal, melainkan tugas berat untuk dakwah, sehingga apapun cara untuk mengevaluasi hanya kesia- siaan belaka. Tidak betah di Lirboyo, Gus Miek dikaitkan pernah nyantri pada Kyai Dalhar Watucongol pengasuh pesantren Darussalam Magelang, di Watucongol relativ cukup lama jika dibanding di Lirboyo. Lama secara kuantitas sekali lagi bukan sebuah jaminan ada perubahan kualitas, ngajinya sebatas ngobrol dengan santri lain tanpa ikut pengajian secara formal, di Watucongol metode belajar Gus Miek tidak membuka kitab, tetapi lebih 15 Artinya: Terus Amik itu nanti jadi apa? Di pondokkan tiga belas hari sudah pulang. 16 Artinya: Bapak, besok bapak seharian istirahat saja, biar besok seharian saya yang menggantikan ngaji. 17 Wawancara Pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. 18 Artinya: Kamu ini ngajinya kapan? Sekarang sudah pandai berargumentasi dalil pada saya. Wawancara Pribadi dengan K.H. ‘Abdullah Ashfar Pengasuh Pondok Pesantren al-Falah Sukoanyar Pakel Tulungagung. Tulungagung, 9 Maret 2011. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 86 pada bentuk pengabdian pada Kyai Dalhar, layaknya adab seorang santri pada Kyai, jika Kyai Dalhar ke masjid Gus Miek membalikkan sandalnya, jika Kyai Dalhar berangkat mengaji, Gus Miek setia membawa kitab Kyai Dalhar, begitu seterusnya hingga kurang lebih tiga bulan. 19 Proses dialektik secara individu pada ulama telah membentuk karakter spiritual Gus Miek, karena spiritual Gus Miek direkonstruksi tidak secara signifikan dari nyantri di pesantren, melainkan karena intens bersilaturrahmi dengan Ulama, seperti K.H. ‘Abdul Majid Ma’roef Kedunglo, K.H. Hamid Pasuruan, K.H. Mubazir Mundzir Kediri, dan K.H. Hamid Kajoran Megelang. Mu’asarah atau sistem bergaul direkonstruksi Gus Miek sebagai instrumen mengasah sepiritual, dari obrolan ringan bermanfaat dikemas dengan sedikit dalil-dalil agama mensinergikan pergaulan-pergaulan mulia. Tidak ada analisis khusus tipologi kewalian Gus Miek, baik dilihat sebagai Wali Ghauth, Wali Abdal, Wali Autad atau tingkatan kewalian di bawahnya. K.H. Hamid Kajoran Magelang seorang Walīallāh dua puluh tahun lebih tua dari Gus Miek dikisahkan, jauh-jauh dari Magelang datang ke Ploso Kediri untuk bersilaturrahmi dengan Gus Miek, di Ploso disambut Kyai Djazuli sambil bertanya, “Gus Miek mana?” Dijawab oleh Kyai Djazuli, “Lho kenapa bukan Amiek Gus Miek saja suruh ke sana?” K.H. Hamid Kajoran menjawab, “Tidak, yang pantas itu saya datang ke Ploso, bukan Gus Miek yang saya suruh ke Magelang.” Dalam keadaan mabuk mistis Gus Miek pernah memperlihatkan kegaibannya pada K.H. Hamid 19 Lihat Badiatul Razikin, dkk., 101 Tokoh Islam Di Indonesia Yogyakarta: e-Nusantara, 2009 h. 172., dan Wawancara Pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 87 Kajoran, saat K.H. Hamid Kajoran menjadi Imam sholat, ditengah-tengah sholat Gus Miek keluar berteriak-teriak memanggil tukang bakso, isyarat ini tidak lain adalah sindiran pada imam, ketika mengimami sholat dengan keadaan lapar sambil berimajinasi pada makanan. 20 Penjelasan-penjelasan spiritual Gus Miek dalam keadaan mabuk mistis banyak diterjemahkan pada keluarga Ploso melalui sahabat-sahabatnya sesama Walīallāh. Jika Gus Miek masih usia belia dan wajib-wajibnya belajar sering sekali Kyai Djazuli dibuat pusing dengan ke“nakalan” Gus Miek, orientasi irasional spiritual Gus Miek saat itu mampu diredam oleh K.H. Mubasir Mundzir Kediri pada Kyai Djazuli, “Sampun Kyai, kersane mawon, putro panjenengan setunggal niki mboten usah dipun aturi nopo- nopo, mboten usah didukani, pun kersane kemawon. Amergi putro panjenengan ingkang setunggal niki kang marisi karomahipun Seyeīkh ‘Abd Qādir al-Jīlānī”. 21 Penjelasan sahabat Gus Miek adalah transformasi irasional prilaku Gus Miek, termasuk ketika memilih jodoh. Pernikahan pertama melalui proses perjodohan, Gus Miek remaja dengan usia tujuh belas tahun dijodohkan oleh Kyai Djazuli dengan Zaenab, perawan asing bagi Gus Miek hingga aqad nikah terjadi. Zaenab adalah putri Kyai Muhammad dari dusun Karangkates, desa Bendo, kecamatan Mojo kota Kediri. 22 Malam pertama bukan sebagai happy ending sebuah 20 Wawancara Pribadi dengan K.H. ‘Abdullah Ashfar. 21 Artinya: Sudahlah Kyai, putra anda yang satu ini tidak usah disuruh-suruh, tidak usah dimarahi, sudah biyarkan saja. Sebab putra anda satu ini yang mewarisi karomahnya Syeīkh ‘Abd Qādir al-Jīlānī. Wawancara Pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. 22 Kyai Muhammad adalah kakak ipar Kyai Djazuli semasa dengan istri yang kedua, namun karena perbedaan prinsip harus berpisah. Tercatat tiga kali K.H. Ahmad Dajzuli menikah, istri pertama meninggal saat ditinggal Haji, istri kedua seperti cerita di atas, dan istri ketiga adalah UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 88 pernikahan, karena setelah resepsi pernikahan Gus Miek kembali hidup mengembara, tidak kurang selama enam bulan pernikahan tidak pernah atut istilah Jawa atau tidak pernah kumpul dengan istrinya. Merasa kasihan dengan Zainab belia, Kyai Djazuli dan Kyai Muhammad memutuskan untuk mengakhiri pernikhan Gus Miek dengan Zainab. Lama setelah perpisahan dengan Zainab, kurang lebih selama dua tahun, baru Gus Miek bertemu dengan jodohnya. Pertemuan berlangsung ketika Gus Miek gemar berziarah di makam Walīallāh Kyai Wasil Syamsuddin Stonogedong, meskipun pada asalnya sudah sejak kecil Gus Miek sering ke Stonogedong, namun pertemuan baru terjalin dua tahun setelah perpisahan dengan Ibu Zainab mantan istri Gus Miek. Perempuan Stonogedong adalah Lilik Suyati, anak perawan dari KAPOLSEK Bandar. Peran sahabat sebagai penterjemah irasional sikap Gus Miek kembali terulang. Layaknya keluarga Kyai besar seyogyanya memilih istri dari komunitas pesantren, sedangkan Gus Miek memilih istri dari keluarga Polisi, sempat ditolak oleh keluarga besar Ploso, kemudian dijelaskan niat Gus Miek oleh tiga sahabatnya, yaitu K.H. ‘Abdul Majid Ma’roef Kedunglo, K.H. Mubasir Mundzir Bandar Kidul Kediri, dan K.H. Hamid Kajoran Magelang, ketiganya memberikan saran pada Kyai Djazuli, “Panjenengan boten saget ngalangi niki, Lilik Suyati niki jodone Gus Miek dunia lan akhirat.” 23 Setelah mendapat rujukan dari tiga Walīallāh keluarga Ploso bisa menerima, dan K.H. Zainuddin Djazuli kakak tertua Gus Miek berangkat ke Stonogedong melamar Lilik Suyati janda sholihah mantan istri Syeīkh Ihsan Jampes. Selengkapnya lihat Imam Mualimin, dkk., Kyai Djazuli Utsman: Sang Blawong Pewaris Keluhuran, h. 86. 23 Artinya: Anda tidak bisa menghalangi ini, Lilik Suyati ini jodohnya Gus Miek dunia dan akhirat. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 89 sebagai istri Gus Miek. Pernikahan terakhir dikaruniai tujuh putra-putri, namun putra kelima meninggal saat masih kecil, dan tersisa enam putra- putri hingga sekarang, yaitu: Agus Tajuddin Heru Cokro, Agus Sabut Panoto Projo, Agus Tijani Robet Saifun Nawas, Agus Obar Sadewo Ahmad, Ning Fitria Tahta Alvina Pagelaran, dan terakhir Ning Riyadin Dani Fahtussunnah. 24 Rumah tangga dan memiliki putra bukan sebuah jaminan mengubah struktur hidup Gus Miek pada kehidupan normal, keluarga baik istri ataupun putra selalu mencari dan mengikuti ke manapun Gus Miek berada, meski tanpa hasil, sebab dari kota ke kota Gus Miek selalu pindah pos tempat mukim. Masih diingat oleh Gus Sabut putra kedua Gus Miek, dahulu pernah Gus Sabut dan saudara-saudaranya mengikuti jejak Gus Miek di Tulungagung, kira-kira selama sepuluh tahun berada di Tulungagung dengan tidak memiliki papan sendiri, melainkan numpang di kediaman santri Gus Miek. Dari ketidak jelasan mengikuti Gus Miek yang pindah- pindah kota, akhirnya Hj. Rodliyah ibu Gus Miek membuat rumah untuk istri Gus Miek dan anak-anaknya, rumah tersebut ditempati oleh ibu Hj. Lilik Suyati di samping pesantren al-Falah Ploso hingga sekarang. 25

C. Kontradiktif Metode dan Tempat Dakwah