1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama dalam perkembangannya tidak hanya mengatur kebenaran dan tata cara memahami ketauladanan hidup, lebih dari itu setiap agama
memiliki potensi melahirkan bentuk keagamaan bersifat mysticism sesuai corak dan keyakinannya masing-masing. Fakta ini dapat ditelusuri pada
agama-agama di dunia dan aliran kebatinan pada masa sekarang. Ketika berbicara metode mendekatkan diri pada Tuhan dalam konteks
Islam, maka akan menggiring pemeluknya pada satu tatanan teori yang dikenal luas dan mulai dikembangkan sekitar tahun 200H.816M. Metode ini
memberikan pondasi pada pemeluk Islam akan hakikat manusia dalam menempatkan posisinya di hadapan Allah SWT, selain dari reaksi lahirnya
merupakan protes terhadap disiplin syarīah yang dianggap terlalu kering.
1
Metode dengan istilah tasawuf “sufisme” tidak hanya populer bagi kalangan Muslim di Timur, kajian tasawuf juga berkembang pada para ilmuan
Muslim di Barat,
2
Annemarie Schimmel contohnya, Schimmel adalah
1
Aboebakar Atjeh, Sejarah Sufi dan Tasawuf Bandung: Tjerdas, 1962, h. 31. Lihat pula Abdul Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta: PT. Intermasa, 1997, jilid 4, h. 1640.
2
Tasawuf adalah elemen penting dalam Islam, keberadaannya mampu menjadi jembatan bagi dunia Timur dan Barat. Lihat Reynold Alleyne Nicholson, Tasawuf Cinta: Studi Atas Ibn Abī
al-Khair, al-Jilī, Ibn al-Fāridh. Penerjemah Uzair Fauzan Bandung: Mizan, 2003, h. 10.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
2 sejarawan dan peneliti tasawuf dari Universitas Harvard Amerika Serikat.
3
Selain Schimmel, banyak pula ilmuan Barat non Muslim asik menghabiskan waktunya untuk mengkaji tasawuf.
Sufisme dalam Islam sebagaimana mysticism dalam agama Iain, sejarah linguistic-nya diambil dari bahasa Yunani “Myein” Menutup Mata,
4
dengan esensitas memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan. Intisari dari mysticism termasuk di dalam sufisme adalah kesadaran adanya komunikasi
rohaniah antara manusia dengan Tuhan lewat jalan kontemplasi zikir.
5
Menulis atau merumuskan mistik Islam tidak mudah, bahkan hampir tidak mungkin terlaksana secara utuh. Pemahaman atas dasar tasawuf
hanyalah pemahaman terhadap diri kita sendiri. Semakin jauh kita menyelidiki tasawuf, maka semakin sulit menemukan ujung dari tasawuf.
6
Karena pembicaraan tasawuf tidak seperti pengajaran dosen terhadap mahasiswanya, atau menggunakan berbagai macam metode dan ungkapan
layaknya teori-teori ilmiah. Pendekatan filsafat ataupun penalaran murni tidak mampu mengoreksi
tasawuf secara utuh. Sebab hanya metode gnosis dan pemusatan sepenuhnya pada kearifan hati adalah jalan mendalami tasawuf secara proporsional bagi
pelakunya.
7
3
Yunsaril Ali, “Tasawuf,” dalam Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran Dan Peradaban Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Houve, tt, h. 139.
4
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam. Penerjemah Sapardi Djoko Damono., dkk. Jakarta: Pustaka Firdaus 2000, h. 1.
5
Wahidin, “Pasang Surut Thariqah Al-Mutabarah,” Suara Merdeka, Kamis, 24 Maret 2005.
6
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. xv.
7
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 2.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
3 Deskripsi rumit atas tasawuf tidak lepas dari berbagai pengalaman
spiritual individu, belum lagi tasawuf selalu berkembang dari zaman ke zaman. Deskripsi tentang tasawuf mendekati sempurna dipaparkan Jalāl al-
Dīn Rūmī dalam kitabnya Matsnawī,
8
Rūmī mengibaratkan beberapa orang buta memegang gajah. Masing-masing dari orang buta menyimpulkan bentuk
gajah dari bagian tubuh gajah yang disentuh. Ada yang mengatakan gajah seperti kipas lebar, seperti pipa air, dan seperti tiang. Sehingga pengertian
tasawuf adalah proses awal untuk mengetahui hakikat tasawuf,
9
dan mendeskripsikannya merupakan kegiatan subyektif semata. Subyektivitas
dalam tasawuf tidak lepas dari perbedaan pemahaman dasar hakikat tasawuf dan pengaruh tasawuf hingga dewasa ini. Perbedaan spiritualitas seseorang
merupakan faktor penyebab ketidak seragaman tasawuf, hasilnya pengalaman individu dalam tasawuf tidak dapat dibagi kepada orang lain, bisa dilihat
spiritualitas orang awam akan berbeda dengan ahli ma’rifah, dan ini menjadikan keduanya terpisah. Aboebakar Atjeh dalam bukunya Sejarah Sufi
dan Tasawwuf menuliskan, bahwa hanya orang kuat secara spiritual yang mampu memahami tasawuf, demikian kuatnya sehingga dirinya mampu
meninggalkan materialisme keduniawian dengan orientasi pada indrawi.
10
Indrawi tidak dalam posisi pengingkaran mutlak, sehingga Sufi benar-benar mengabaikan duniawi. Indrawi tetap dibutuhkan, namun dengan
8
Rūmī adalah pendiri tharīqah Mawlawīyah, dikenal di Barat dengan “The Wirling Dervishes” Tari Berputar. Rūmī lahir di Balkh – Afganistan bagian Utara – pada tanggal 30
September 1207M. bertepatan pada tanggal 6 Rabīul Awwal 604H. Balkh saat itu adalah daerah tumbuh pesatnya mistik Islam. Rūmī meninggal di Konya – Turki – pada tanggal 17 Desember
1273M. Lihat Jalāl al-Dīn Rūmī, Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya. Penerjemah
Anwar Kholid Bandung: Pustaka Hidayah, 2004, h. 9. Lihat pula Yunsaril Ali, “Tasawuf,” h. 354.
9
Yunsaril Ali, “Tasawuf,” h. 140.
10
Aboebakar Atjeh, Sejarah Sufi Dan Tasawwuf, h. II.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
4 proporsi berbeda dari nilai manfaat bagi kebutuhan spiritual dan mental
sufi. Kita tidak mampu mengelak, bahwa indrawi berperan besar terhadap kehidupan materialisme manusia. Saya teringat cerita Rūmī terhadap Sufi
yang beralih meninggalkan duniawi secara mutlak dengan alasan ingin menjadi kekasih sejati. Dalam bukunya Fīhi mā Fīhi Rūmī bercerita,
“Sungguh jika semua pemintal benang dan penenun kain di dunia ini meninggalkan dunia pekerjaannya dan beralih semata-mata ingin lebih
fokus terhadap kenikmatan lain Tuhan-Nya, niscaya semua orang di dunia telanjang.”
11
Uraian tersebut memiliki kesimpulan adanya keseimbangan antara spiritualitas dan materi , namun dengan satu tujuan, seorang dihimbau
untuk tidak terjebak pada obyek materi , sebab itu akan menjadi hijab sufi terhadap Sang Kekasih.
Abū al-Wāfa’ al-Ganāmi at-Taftazāni menggambarkan ciri tasawuf seperti berikut:
ﺘﻟا فﻮﺼ
ﺔﻔﺴﻠﻓ ةﺎﻴﺣ
فﺪ ﱃا
ﻰﻗﺮﺗا ﺲﻔﻧﺎﺑ
ﺎﻴﻘﻠﺧا ﻖﻘﲢو
ﺔﻄﺳاﻮﺑ تﺎﻴﺿﺎﻳر
ﺔﻴﻠﻤﻋ ىدﺆﺗ
ﱃا رﻮﻌﺸﻟا
ﰱ ءﺎﻨﻔﻟا
ﺔﻘﻴﻘﳊﺎﺑ ﻰﲰﻻا
نﺎﻓﺮﻌﻟاو ﺎﻗودﺎ
ﻼﻘﻋﻻ ﺐﻌﺼﻳو
ﲑﻌﺘﻟا ﺎﻬﻘﺋﺎﻘﺣ
ﺎﻻ ﺪﺟو
ﺔﻴﻧ ﻊﺑﺎﻄﻟا
ﺔﻴﺗاذو .
Artinya: “Tasawuf adalah pandangan hidup yang bertujuan meningkatkan jiwa dari segi akhlaknya, dengan cara melakukan
latihan-latihan tertentu bersifat praktis yang mampu membawa kepada timbulnya kesadaran rohani peleburan diri dalam
hakikat tertinggi, dan memperoleh pengetahuan ‘Ilm al- Haqīqah dengan rasa, bukan dengan akal. Keadaan rohani
yang dialami Sufi sulit diungkapkan keadaan sebenarnya, karena merupak center to feel dan bersifat pribadi.”
12
11
Jalāl al-Dīn Rūmī, Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya, h. 148.
12
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf T.tp.: Amzah, 2005, h. 249.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
5 Dari uraian di atas, tasawuf dapat dilihat dalam tiga kategori:
Kategori al-Bidāyah, menekankan kecenderungan jiwa dan hanya memfokuskan kerinduannya pada satu Yang
Mutlak. Sehingga apapun caranya akan ditempuh agar mampu mencapai sedemikian dekat pada Yang Mutlak.
Kategori al-Mujāhadaāt, suatu pengalaman dan perilaku berkonsentrasi pada akhlak terpuji sesuai aturan ‘Ilm syarīah
dalam agama Islam. Kategori al-Mazāqāt, suatu pengalaman dengan titik
tekan pada pencapaian kepuasan rohaniah bermuara pada Allah SWT.
13
Secara singkat dari pandangan Taftazāni dapat dipahami, bahwa karakteristik keutamaan tasawuf adalah pendekatan nilai moral, etika, dan
belajar tidak terlalu condong pada materialisme . Satu hal penting di sini. Tasawuf dengan berbagai perbedaan persepsinya tidak melahirkan doktrin
pembrontak aturan syarī’ah Islam. Harun Nasution memberikan argumentasi bahwa ragam tasawuf tidak berarti keluar dari Islam. Sebab dalam Islam
ajaran-ajaran tasawuf dirujuk dalam al-Qur’ān dan Sunnah Rasulallah SAW.
14
Al-Qur’ān telah diterima sejak awal oleh kaum setia sebagai keimanan yang tidak diciptakan dan sama-sama qadim dengan Allah SWT.
Al-Qur’ān sebagai “leksikon unik” bagi rujukan mutlak segala macam ilmu, khususnya bagi kaum mistik.
15
Ajaran tasawuf dalam al-Qur’ān antara lain bisa dilihat pada surāh al-Baqarah ayat 115:
ρ ä−Ìô± ù
ÜÌøó ù ρ 4
ϑΖ÷ƒù θ—9θè?
§ΝVù ç ô_ρ
4 āχÎ
ììÅ™≡ρ ÒΟŠÎ=æ
∩⊇⊇∈∪
13
Yunsaril Ali, “Tasawuf,” h. 40.
14
Yunsaril Ali, “Tasawuf,” h. 144.
15
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 28.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
6 Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat. Maka
kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas rahmat-Nya lagi Maha
Mengetahui.”
Rasulallah SAW bersabda: “Syarī’ah itu ucapanku, Tharīqah
16
itu perbuatanku, Haqīqah itu merupakan tingkah lakuku, dan Ma’rifah itu
puncak kekayaan lahir maupun batin.” H.R. Anas ibn Mālik. Jadi, Syarī’ah terkait dengan Haqīqah dan Haqīqah terikat kepada Syarī’ah.
Sedangkan dalam Hadīts Qudsī disebutkan:
ﺖﻨﻛ اﺰﻨﻛ
ﺎﻴﻔﳐ ﺖﺒﺒﺣﺎﻓ
نا فﺮﻋا
ﺖﻘﻠﺨﻓ ﻖﻠﳋا
ﱐﻮﻓﺮﻌﻴﺒﻓ
Artinya: “Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk dan
merekapun mengenal-Ku melalui diri-Ku.”
Menurut Hadīts di atas, bahwa Tuhan bisa dikenal melalui makhluk- Nya, dan pengetahuan tertinggi ialah mengetahui Tuhan melalui dirinya.
17
Sālik sebagai pelaku tasawuf secara awal harus memahami itu.
18
Sejarah penyebaran Islam membuktikan, bahwa agama Islam di berbagai belahan dunia berkembang berkat jasa para Ulama tasawuf
kemudian dikenal sebagai Wali Allah SWT atau Sufi, diantaranya terjadi di India, Afrika Utara, Afrika Selatan, dan Indonesia. Di Aceh terkenal dengan
serambi Makkah, suatu gelar diberikan untuk menggambarkan betapa pesatnya kemajuan ilmu-ilmu Islam di daerah itu dengan tokohnya Hamzah
16
Tharīqah adalah gerakan lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani dalam masyarakat Islam menurut ajaran-ajaran dan keyakinan masing-masing mursyid tharīqah.
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 123. Lihat pula Aboebakar Atjeh, Sejarah Sufi dan Tasawuf, h. 36.
17
Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf Jakarta: Rajawali Pers, 1993, h. 160.
18
Sālik adalah sebutan bagi seorang yang menempuh jalan spiritual, hakikatnya memiliki kesamaan dengan sebutan kata Sufi. Lihat Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu
Tasawuf, h. 201.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
7 Fansuri dan Syeīkh Syamsuddin Sumatrani,
19
Syeīkh Nuruddin Arraniri, dan Syeīkh ‘Abdurrauf Singkel.
20
Mereka adalah contoh Ulama tasawuf dengan predikat pengembang Islam di Tanah Sumatra khususnya Aceh. Selain di
Sumatra, penyebaran tasawuf juga meramaikan daerah Makasar dengan tokohnya Syeīkh Yusuf Makasari murid Syeīkh Nurruddin Arraniri.
Kalimantan juga tidak ketinggalan dengan tokohnya Syeīkh Ahmad Khatib Sambas, seorang tokoh penyebar tharīqah Qadiriyyah Naqshabandiyah.
Demikian pula di Tanah Jawa. Kita tidak asing dengan istilah Wali Songo Wali Sembilan sebagai penyebar Islam di Jawa.
21
Jauh setelah periode Wali Songo tasawuf semakin berkembang di Jawa. Kita bisa lihat adanya tharīqah Qadiriyyah Naqshabandiyah di
Tasikmalaya Jawa Barat dengan mursyid-nya Abah Anom atau K.H. A. Shohibulwafa Tajul Arifin, tharīqah Naqshabandiyyah Haqqāni di kawasan
Blok M Bulungan Jakarta Selatan dengan direkturnya Arif Hamdani. Jawa Tengah dengan Syeīkh Muslim ibn ‘Abdurrahman dari Maranggen, K.H.
19
Kedua tokoh tasawuf dengan corak tasawuf falsafi, atau tasawuf dengan pendekatan filsafat yang merujuk pada Ibn ‘Arābi dan al-Hallāj, baik keduanya terinspirasi oleh filsafat
Yunani. Lihat Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Sholawat Wahidiyah Yogyakarta: LKiS, 2008, h. 4.
20
Setelah munculnya Syeīkh Nuruddin Arraniri, dan Syeīkh Abdurrauf Singkel, corak tasawuf berubah arah, yang semula bercorak Falsafi menjadi tasawuf Sunni, atau melakukan
pendekatan berdasarkan teori yang dikembangkan Imam al-Ghazālī, yaitu merujuk kembali secara total pada al-Qur’an dan Sunnah tanpa adanya unsur Yunani. Tipikal tasawuf ini yang seterusnya
banyak berkembang di Nusantara. Lihat Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Sholawat Wahidiyah, h. 4.
21
Serapan kata Wali dalam masyarakat Jawa sama artinya dengan arti Sufi yang diidentikan dengan kesaktian dan kedalaman ilmu agama. Dalam al-Qur’ān pembahasan mengenai
Wali ada pada sūrah Yunūs: 62: “Ingatlah, sesungguhnya Wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” Sembilan Wali Sufi Tanah
Jawa adalah: 1. Syeīkh Maulana Malik Ibrahim 2. Raden Rahmat Sunan Ampel 3. Makdum Ibrahim Sunan Bonang 4. Raden Paku Sunan Giri 5. Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati
6. Ja’far Shodiq Sunan Kudus 7. Raden Parwoto Sunan Muria 8. Syarifuddin Sunan Drajat 9. Raden Syahid Sunan Kalijaga. Lihat Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Rangkaian Sufi Terkemuka
Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2006, h. 11-71.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
8 Romly Tamim dari Jombang Jawa Timur,
22
dan masih banyak ajaran tasawuf di Jawa hingga sekarang.
Tasawuf dan praktik tharīqah dari semenanjung Arab sangat banyak dan tersebar di Jawa, namun bukan berarti kawasan Nusantara tidak
memiliki praktik ajaran tasawuf. Nusantara memiliki corak-corak tertentu dalam ajaran tasawuf, makanya tidak heran jika muncul jargon Tasawuf
Kultural Nusantara. Aliran tasawuf kultural mulai ramai sejak tahun 1963M. Secara sejarah telah menjelma dan mengalami dialektika
monumental dalam mengakses ajaran Islam terhadap masyarakat luas.
23
K.H. ‘Abdurrahman Wahid menggambarkan tasawuf di Indonesia dengan membagi dua golongan, yaitu:
24
Pertama orang yang bertasawuf akhlaknya, model ini terjadi pada masyarakat Muhammadiyah. Mereka bisa saja bertasawuf meski
tidak masuk golongan tasawuf apapun. Kedua orang yang menjadi anggota gerakan tasawuf tertentu.
Kelompok kedua ini dibagi kedalam dua bagian, yaitu: a.
Anggota tharīqah b.
Bukan anggota tharīqah, namun anggota gerakan tasawuf. Di snilah posisi ajaran Gus Miek dan tasawuf kultural
lainnya di Indonesia, seperti ajaran Sholawat Wahidiyah dengan muallif-nya pengarang K.H. ‘Abdul Majid Ma’roef.
22
Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Rangkaian Sufi Terkemuka, h. 4.
23
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Sholawat Wahidiyah, h. xv.
24
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Sholawat Wahidiyah, h. 78.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
9 Selain bercorak Islam, tasawuf Nusantara menawarkan konsep
Kejawen seperti ajaran Ronggowarsito dan ajaran H. Hasan Mustafa dari Jawa Barat bercorak Pasundan. Kedua ajaran ini memiliki tendensi sama
dengan ajaran Dzikrul Ghōfilīn dan Sholawat Wahidiyyah. Sebab ajaran- ajaran dari tasawuf kultural semacamnya mengajak kembali pada Allah
SWT. Di sini menarik, ketika berbicara tasawuf kultural di Jawa khususnya
Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Barat, masyarakat tidak akan asing dengan istilah jama’ah Dzikrul Ghōfilīn, jama’ah semaan
al-Qur’ān Tahfiz al-Qur’ān dengan sebutan Jantiko Mantab, dan seorang Kyai
nyleneh dari Kediri, tepatnya desa Ploso, Kecamatan Mojo, kota Kediri Jawa Timur, akrab disapa Gus Miek atau K.H. Hamim Djazuli.
25
Dzikrul Ghōfilīn dan Jama’ah semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab telah berkembang luas di Indonesia, khususnya Jawa. Banyak teka-teki dan
persaingan pendapat dari kedua konsep ajaran tasawuf tersebut, hal ini disebabkan tentang siapa pengkonsep kedua ajaran tersebut hingga begitu
populer di Jawa. Atau sebaliknya, masyarakat hanya mengenal sosok Kyai nyleneh dari Kediri Gus Miek tanpa tahu jauh tentang siapa sebenarnya
beliau dan kontribusi apa yang telah dilakukan dalam dunia tasawuf dan pemurnian Islam di Tanah Jawa, fantastisnya, kedua ajaran Gus Miek
menjadi salah satu ritual resmi Keraton Jogjakarta.
25
Dalam istilah pesantren di Jawa Timur, kata “GUS” adalah gelar kehormatan yang diberikan terhadap putra Kyai, sedangkan kata “NING” adalah gelar kehormatan yang diberikan
untuk putri Kyai.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
10 Ada fakta menarik ketika berbicara tentang Gus Miek dan ajarannya,
artis sekelas Dorce Gamalama memiliki hubungan spiritual dengan Gus Miek, komentarnya ketika mengantar Jenazah K.H. ‘Abdurrahman Wahid di
peristirahatan terakhir secara singkat Dorce berkata, “Hanya ada dua guru yang betul-betul saya kagumi sampai detik ini. Pertama Gus Dur, dan
kedua Gus Miek.” Kepada Gus Dur dan Gus Miek Dorce mengambil teladan dan pesan spiritual, terlebih sejak bersikukuh memilih jenis kelamin
perempuan, Ia mengaku sering mendapat cercaan dan kritik pedas dari kalangan agamawan, namun dari kedua tokoh itu Dorce mendapat
perlindungan. Dorce mengaku sangat kehilangan dua sosok kebanggaan. Untuk itu pasca wafat kedua tokoh tersebut sebagai simbol dan sebagai
bentuk penghormatannya dibuat beduk Gus Dur dan menara Gus Miek, direncanakan dibangun di samping masjid Al-Hayyu:63 Jl. Rawa Binong,
Gang Swadaya, Jakarta Timur.
26
Sementara Gus Miek dikenal sebagai Wali berkaromah dan Kyai nyentrik lebih dahulu dikenal Dorce ketimbang Gus
Dur.
27
Gus Dur juga memiliki hubungan sepiritual dengan Gus Miek, dalam artikelnya tentang Gus Miek di sebuah harian ibu kota pada tahun 1993M.
dengan judul Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan, Gus Dur mengutarakan niat Gus Miek mengajak beliau Gus Dur dan K.H. Ahmad Shiddiq dari
Jember suatu saat ketika meninggal di makamkan di area pemakaman yang telah dibelinya, tepatnya di desa Tambak Ngadi, Kecamatan Mojo, kota
26
Wiwit R. Fatkhurrahman, “Beduk Gus Dur Hiasi Masjid Al Hayyu 63,” artikel diakses pada 27 Oktober 2010 dari http:www.wahidinstitute.orgberitadetail?id=162hl=idbeduk_
gusdur_hiassi_masjid_al_hayu_63
27
Wiwit R. Fatkhurrahman, “Beduk Gus Dur Hiasi Masjid Al Hayyu 63.”
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
11 Kediri, tanah itu disediakan Gus Miek untuk pemakaman empat puluh satu
Ulama dan orang-orang penghafal al-Qur’ān. Saat itu Gus Dur menjawab ajakan Gus Miek secara diplomatis, “Saya ini bukan Ulama dan bukan
penghafal Al-Qur’ān,” tetapi Gus Miek bersikukuh, “Bagaimanapun Gus Dur harus dikubur di situ.” Tidak cukup hanya itu, Gus Dur mengapresiasi
keteladanan Gus Miek terhadap pemeluk agama non Muslim. Gus Miek melalui transendensi keimanannya tidak lagi melihat kekeliruan dari
keyakinan orang beragama atau berkepercayaan lain. Ayu Wedayanti beragama Hindu diperlakukannya sama dengan Neno Warisman yang
Muslimah, karena ia yakin kebaikan sama pada dua orang penyanyi tersebut. Banyak orang Katolik menjadi pendengar setia wejangan Gus Miek
seusai acara semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab.
28
Apresiasi lain Gus Dur terhadap Gus Miek adalah metode dakwahnya yang unik, ini nampak jelas dengan dua corak kehidupan Gus
Miek. Pertama kehidupan tradisional orang pesantren yang tertuang dalam rutinitas jama’ah Dzikrul Ghōfilīn dan semaan
al-Qur’ān. Kedua, glamornya kehidupan hiburan modern yang sering dianggap dunianya orang negatif.
Glamor, karena Gus Miek memiliki kegemaran berdakwah di tengah diskotik, night club, coffee shop dan arena persinggahan perkampungan
orang-orang tuna susila, dua kehidupan ini tidak ditemui dari Ulama manapun. Tidak tanggung-tanggung, Gus Miek akrab dan sangat mengenal
dengan seluruh penghuni tempat tersebut. Semua orang yang mengenal Gus Miek merasa dirinya paling dekat dengan Gus Miek. Minuman yang setiap
28
‘Abdurrahman Wahid, “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan,” Kompas, 13 Juni 1993, h. 1.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
12 malam ditenggak adalah bir hitam, rokoknya Wismilak bungkus hitam
dengan ramuannya yang diakui berat.
29
Apakah kehidupan semacam itu kontradiktif? Ternyata tidak, karena di kedua tempat itu ia berperanan sama. Memberikan kesejukan kepada jiwa
yang gersang, memberikan harapan kepada mereka yang putus asa, menghibur mereka yang bersedih, menyantuni mereka yang tidak punya,
dan mengajak semua kepada kebaikan. Apakah itu petuah di pengajian seusai semaan, sewaktu konsultasi pribadi dengan pejabat dan kaum elit,
ataupun ketika meladeni bisikan kepedihan yang disampaikan dengan suara lirih ke telinganya oleh wanita-wanita penghibur, semua itu esensinya tetap
sama. Manusia mempunyai potensi memperbaiki keadaannya sendiri.
30
Di kalangan Ulama Jawa Timur menceritakan alasan Gus Miek gemar berada di tempat pelacuran. Apa masih kurang santrinya? Jika saja
kita bisa lihat beliau adalah putra K.H. Ahmad Djazuli Ploso, Ulama karismatik pendiri pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri, pesantren yang
menjadi rujukan bagi pesantren-pesantren lain di Jawa. Dengan penuh tanggung jawab Gus Miek secara santun menjawab, “Sekarang Kyai mana,
Ulama mana yang berani dan ada di tempat seperti ini?, yang menginginkan surga itu tidak hanya orang-orang yang ada di masjid, di
majelis ta’lim, dan surau-surau pengajian. Tetapi orang-orang yang ada di sini juga menginginkan surga.”
29
‘Abdurrahman Wahid, “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan.”
30
‘Abdurrahman Wahid, “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan.”
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
13 Di balik eksistensi perilaku kontradiktif, ternyata sosok Gus Miek
mampu menyumbang pemurnian akhlak bagi masyarakat yang merasa dipinggirkan atau sengaja dipinggirkan. Gus Miek hanya ingin
memanusiakan manusia. Tidak mudah melawan arus deras, tapi inilah Gus Miek, arus tidak membawanya, tapi arus berbalik mengikutinya, dan
hasilnya baik jama’ah Dzikrul Ghōfilīn dan semaan al-Qur’ān Jantiko
Mantab tersebar luas di Indonesia. Dari sedikit dibahas di atas memberikan ide dan gambaran
pentingnya membahas siapa Gus Miek?, dan konsep tasawufnya. Memang sebuah ironi banyak masyarakat Jawa mengetahui tentang Dzikrul Ghōfilīn
dan Jantiko Mantab namun tidak mengetahui siapa Gus Miek?. Begitupun sebaliknya, orang mengerti tentang Gus Miek sebatas sosok Kyai unik
dengan kegemaran nongkrong di night club, diskotik, area wanita tuna susila, dan coffee shop tanpa mengetahui bahwa beliau mengajarkan Islam
di Tanah Jawa.
B. Batasan dan Perumusan Masalah