61 lillāh, walā ilāha illallāh, wAllāhu akbar,” adalah kalimat yang disukai
dari pada terbitnya cahaya matahari.”
131
2. Macam-macam Zikir
Zikir ada bermacam-macam bentuk, dari zikir Qalbiyah dan zikir khoufi, adapula zikir Jahri, ‘Analiya dan Lisan. Kesimpulannya zikir
digolongkan pada dua jenis, yaitu zikir jahar “suara” dan zikir batin atau khoufi “sembunyi.”
132
Baik keduanya antara zikir batin dan lisan sama-sama mempunyai garis sanad hingga Rasulallah SAW melalui dua Sahabat, zikir
diam bersandar pada Abū Bakar dan zikir bersuara pada ‘Alī ibn Thālib.
133
Pembahasan jenis zikir abad ke-17M. disistematiskan oleh ash- Sha’rani. ash-Sha’rani menguraikan tujuh jenis zikir: pertama zikir lisan,
dengan lidah. Zikir an-nafs tidak terdengar tetapi terdiri atas rasa dan gerak didalamnya. Zikir al-Qalb, dengan hati, apabila hati merenungkan keindahan
dan keagungan tuhan di dalam dirinya. Zikir ar-Rūh, pelaku mistik mengamati cahaya sifat-sifat. Zikir as-Sir dalam inti hati, apabila rahasia
ilahi terungkap. Zikir Khoufi bersifat rahasia, artinya penglihatan cahaya keindahan daripada kesatuan sejati, dan akhirnya zikir akhfa al-khoufi,
rahasia segala rahasia, yaitu realitas kebenaran mutlaq.
134
Jika dilihat secara seksama, antara zikir bersuara dan rahasia sama- sama memiliki keunggulan, namun perdebatan Ulama adalah keunggulan
131
Muhammad Shādiq ‘Arjūn, Sufisme: Sebuah Refleksi Kritis, h. 101-102.
132
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 216.
133
Ajaran baiat tentang zikir pada ‘Alī adalah ketika ‘Alī bertanya pada Nabi tentang cara mendekat pada Allah. Kemudian Nabi bersabda, “Pejamkan matamu, duduk yang baik dengan
bersila,” kemudian ‘Alī ditalkin oleh Rasulallah SAW, “Lā ilāha illAllāh, Lā ilāha illAllāh, Lā ilāha illAllāh, Muhammadar-rasulAllāh. Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h.
140 dan 217.
134
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 221.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
62 diantara keduanya. Ulama fiqh mengatakan zikir bersuara lebih diutamakan
daripada zikir hati, dengan syarat zikir bersuara dilakukan dengan tujuan tidak pamer dan menggangu aktifitas di sekitarnya.
135
Diriwaytkan dari Zaid ibn Assalām bahwa Ibn Adra’ berkata, “Pada suatu malam aku pergi bersama Rasulallah SAW, lalu beliau melewati laki-
laki di dalam masjid yang sedang berzikir dengan suara keras. Aku bertanya pada beliau, “Ya Rasulallah SAW apakah itu bukan pamer?
Rasulallah menjawab, “Tidak, tapi dia sedang merintih.”
136
Dalam riwayat lain Nabi bertanya pada para Sahabat, “Belum pernahkan aku tunjukkan kepadamu kebajikan di dunia dan di akhirat?.”
Sahabat menjawab, “Belum.” Kemudian Nabi berkata:
137
اذإو ﺮﻛﺬﻟا ﺲﻟﺎﺠﲟ ﻚﻴﻠﻋ ﷲا ﺮﻛﺬﺑ ﻚﻧﺎﺴﻟ كﺮﺤﻓ تﻮﻠﺧ
Artinya : Hadirilah majelis zikir jika engkau sendiri gerakkan
lidahmu bersuara dengan berzikrullāh.” Zikir dengan suara diterapkan oleh pengikut Sayyid Muhammad
Muhyiddīn ‘Abdul Qādir al-jīlānī w.1266M. pada tharīqah Qadiriyyah.
138
Sedang zikir rahasiahati diterapkan oleh pengikut Khawāja Bahāuddīn Naqsyaband dalam tharīqah Naqsabandiyyah.
139
135
Mengangu orang sholat, orang membaca al-Qurān, bahkan mengangu orang tidur. Lihat ‘Abdul Qādir ‘Isā, Hakeket Tasawuf, h. 97.
136
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 98.
137
Shohibulwafa Tajul Arifin, Miftahus Shudur: Kunci Pembuka Hati, h. 17.
138
Pada usia sembilan puluh tahun Syeīkh ‘Abdul Qādir al-jīlānī mendirikan tharīqah Qadiriyyah. Lihat Mir Valliuddīn, Zikir Dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, h. 121.
139
Di Indonesia tarekat Naqsyhabandiyyah memiliki banyak pengikut, tersebar baik di Jawa, Sumatera, maupun Sulawesi. Ia biasa dinamakan Naqsyhabandi, diambil dari kata
Naqsyhaband, yang berarti lukisan. Konon karena ia amat terampil dan ahli dalam memberikan lukisan kehidupan. Mir Valliuddīn, Zikir Dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, h. 135. Lihat pula
pada Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik H. Aboebakar Atjeh Solo: Ramadhani, 1985, h. 319.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
63 Legitimasi zikir hati bersandar pada Hadīts Nabi SAW diriwayatkan
oleh Abū Mūsa al-Ays’ari, “Wahai manusia Janganlah kalian menyusahkan dirimu dengan suara keras. Kalian tidak sedang menyeru Tuhan yang buta
atau tuli. Kalian menyeru Tuhan yang mendengar kalian, melihat kalian, dan yang bersama kalian. Tuhan yang kalian seru jauh lebih dekat
kepadamu dari leher untamu.”
140
Para Sufi mengatakan zikir bersuara adalah tahapan awal untuk melatih zikir hati. Kisah terkenal mengenai dua macam metode zikir
menyebutkan, zikir bersuara dinilai dengan spuluh amal perbuatan baik, zikir dengan hati dinilai dengan tujuh ratus amal baik, dan zikir yang tidak
mungkin bisa untuk dihitung pahalanya adalah ketika kita dipenuhi dengan cinta-Nya dengan takjub dan takzim akan kedekatan-Nya. Dalam kisah lain
dikatakan, “Zikir dengan lidah tanpa dirasakan oleh hati adalah zikir biasa, zikir dengan lidah disertai oleh hati adalah zikir berpahala, sedangkan zikir
bila hati mengembara dalam ingatan dan meninggalkan lidah dalam diam, nilai zikirnya hanya Allah SWT yang tahu.”
141
Ulama-ulama moderat cenderung tidak memperdebatkan keutamaan zikir bersuara ataupun diam, karena hakikatnya keduanya saling melengkapi.
An-Nawawi mengatakan, “bahwa zikir bisa dilakukan dengan lisan dan hati, dan yang lebih utama adalah menggabungkan keduanya.”
142
140
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik H. Aboebakar Atjeh, h. 122. Lihat pula pada Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 222.
141
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 217.
142
‘Abdul Qādir ‘Isā, Hakeket Tasawuf, h. 105.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
64
3. Arti Zikir dan Hakikatnya dalam Esensi Sufistik