102
D. Hari-hari Terakhir K.H. Hamim Djazuli
Pertengahan tahun 1992M. keberadaan Gus Miek tidak terlacak, hampir satu tahun hingga pertengahan tahun 1993M. Gus Miek hilang dari
orbitnya. Orang-orang terdekat yang tahu di mana Gus Miek berada, diantaranya adalah Mas Nur Bandar sebagai sopir pribadi Gus Miek dan
Gus Ali Muhammad sebagi sahabat setia mengatur dan mengurusi segala keperluan Gus Miek di Rumah Sakit Budi Mulia Surabaya.
53
Penjagaan ketat dan rahasia tidak hanya diberlakukan pada santri- santri Gus Miek, tetapi istri, putra-putri Gus Miek, dan keluarga Ploso pun
tidak bisa bertemu Gus Miek. Gus Munif adik Gus Miek lebih dari dua puluh tujuh kali ke Surabaya tidak mendapatkan izin Gus Miek untuk
bertemu.
54
Kerahasiaannya benar-benar dijaga sampai Gus Miek memalsukan identitas pasien dengan nama Edy.
55
Dua bulan sebelum Gus Miek wafat, Gus Sabut putra Gus Miek sering bermimpi berjumpa Gus Miek, kabar-kabar kepergian Gus Miek
datang di mimpi Gus Sabut.
56
Isyarat kepergian Gus Miek juga diketahui oleh Gus Munif, hari Jum’at malam sekitar jam 20.00 WIB. satu hari
sebelum Gus Miek wafat datang di kediaman Mas Nur. Adab seorang santri pada Kyai, Mas Nur mengajak Gus Munif masuk ke dalam rumah,
tapi Gus Munif menolak dan memilih Mas Nur keluar rumah sambil membisikkan, “Mas Nur, besok Gus Miek akan pulang, kamu tahukan
maksudnya Gus Miek pulang?, tapi jangan bilang siapa-siapa.” Mas Nur
53
Wawancara Pribadi dengan Mas Nur.
54
Wawancara Pribadi dengan K.H. Muhammad Arsyad Busyairi.
55
Wawancara Pribadi dengan Mas Nur.
56
Wawancara Pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
103 mengangguk dan Gus Munif Pergi. Anggukan bukan berarti paham,
mengangguk merasa bingung, sebelumnya Jum’at pagi Mas Nur ke Surabaya diberi pesan oleh Gus Miek untuk menyampaikan kabar pada
keluarga Ploso jika Gus Miek baik-baik saja. Pesan selanjutnya yang semakin tidak dimengerti Mas Nur dari Gus Miek adalah, ”Besok setelah
jam 12.00 WIB. saya akan telpon kamu, kamu jangan jauh-jauh dari telpon, sekarang saya mau tidur dulu.” Benar, Sabtu tanggal 3 Juni 1993M. jam
12.00 WIB. Gus Miek menelepon Mas Nur, di tengah-tengah pembicaraan digantikan oleh perawat dan menyatakan kondisi pak Edy Gus Miek
semakin menurun. Akhirnya sekitar jam 15.00 WIB. inna lillāhi wa inna ilaihi rāji’ūn, Gus Miek Walīallāh benar-benar mengembara di alam
selanjutnya untuk berjumpa Kekasih Abadi.
57
Keadaan tidak stabil, Gus Ali Muhammad membagi tugas dengan Mas Nur, Ploso bagian Mas Nur dan Surabaya urusan Gus Ali Muhammad.
Kabar meninggalnya Gus Miek disampaikan Mas Nur ke Ploso, orang pertama ditemui adalah Ibu Nyai Radliyah Ibu Gus Miek, dengan nada
gugup - kawatir kaget - menyampaikan berita Gus Miek telah wafat, dengan santai Ibu Nyai Radliyah menjawab. “Iyo, wong Amik kui wingi
wes pamit aku kok kang Nur, aku saiki yo wis kongkonan bocah tuku sapi.”
58
Kabar meninggalnya Gus Miek terus disampaikan Mas Nur kepada kakak-kakak Gus Miek hingga adik-adiknya.
59
57
Wawancara Pribadi dengan Mas Nur.
58
Artinya: Iya, Amik itu kemarin sudah pamit dengan saya Kang Nur, dan sekarang saya juga sudah menyuruh orang ambil sapi.
59
Kemudian Mas Nur diinstruksi oleh Gus Munif tidak boleh pulang sampai jenazah Gus Miek dimakamkan. Wawancara Pribadi dengan Mas Nur.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
104 Jenazah Gus Miek datang dari Surabaya langsung dibawa ke kamar
Ibu Nyai Radliyah sekaligus dimandikan di kamar itu, melihat keadaan di luar ribuan santri Gus Miek dari berbagai daerah datang di Ploso tidak
mungkin jenazah Gus Miek dimandikan di luar ruangan. Dengan lantunan gema sholawat dan puji-pujian untuk Allah SWT dan Rasul-Nya, Gus Miek
diantar ribuan santri, penggemar, pejabat, tokoh elit, dan Kyai-kyai tersohor antri berdesakkan mengantar Gus Miek hingga ke area favoritnya, yaitu
komplek makam Walīallāh Tambak, tempat Gus Miek berdiskusi dengan Syeīkh Maulana ‘Abdul Qādīr Khairi sejak dari kecil.
60
E. Makam Walīallāh Tambak