43 pemikiran filsafat Yunani, hal ini dipicu saat Islam berkembang dan
menjadi bagian sejarah dunia.
73
Puncaknya saat Khalifah al-Ma’mūn dan pemikiran Mu’tazilah berkembang dalam Islam, penerjemahan teks-teks
Yunani ditransformasikan dalam Islam menjadikan ilmu pengetahuan Islam terbaik sepanjang sejarah.
74
Dari banyaknya pengaruh ilmu-ilmu dari filsafat Yunani, secara teoritis tidak hanya mengembangkan ilmu-ilmu politik, ilmu alam, dan ilmu
perbintangan. Namun pada masa berikutnya memberi sumbangan besar identitas tasawuf, tasawuf masa awal cenderung seputar syarī’ah dan etika
berkembang pada tasawuf yang bersifat lebih teoritis dan bersifat wujudiyah, yaitu tasawuf Falsafi dari pengaruh perbendaharaan filsafat Yunani.
1. Tasawuf Falsafi
Selain disebut dengan tasawuf falsafi, tasawuf model ini juga disebut tasawuf teosofis. Secara umum tasawuf falsafi didefinisikan sebagai tasawuf
yang visi mistiknya berasal dari rasionalitas filsafat. Jadi ada pemaduan antara mistik Islam dan pengaruh filsafat. Kefilsafatannya bisa saja
dikategorikan sebagai pengaruh dari mistik India, Persia, dan Kristen.
75
Tasawuf falsafi mengalami puncaknya pada masa Ibn ‘Arabī.
76
Menurut
73
Infasi pasukan-pasukan Islam ke jazirah arab sedikit demi sedikit telah dimulai pada masa khalifah ‘Umar ibn Khaththab, meliputi Syiria dengan komandan tempur Abū ‘Ubaidah ibn
Jarrah, Mesir dengan komandan tempur Amr bin ‘Ash, Irak dengan komandan tempur Surahbil bin Hasan dan selanjutnya oleh Saad bin Abī Waqqash. Lihat Muysrifah Sunanto, Sejarah Islam
Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Jakarta: Kencana, 2003, h. 23-24.
74
Dalam istana Khalifah al-Ma’mūn difasilitasi tempat khusus untuk melakukan diskusi- diskusi ilmu pengetahuan. Lihat Hamka, Tasawuf Perkembangan Dan Pemurniannya, h.14.
75
Hamid Nasuhi, Serat Dewaruci: Tasawuf Jawa Yasa Dipura I, h. 221.
76
Ibn ‘Arabī atau yang dikenal Muhyī ad-Dīn Ibn ‘Arabī bernama Asli Muhammad bin Alī Ahmad bin Abdullāh, sedangkan nama Abū Bakr, Muhyī ad-Dīn dan Hātimī hanyalah gelar
untuknya. Namun Ada pula yang mengatakan bahwa nama asli beliau adalah Muhammad ibn ‘Alī ibn Muhammad ibn al-‘Arabī al-Ta’I al-Hatīmī. Beliau adalah seorang Sufi termashur dari
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
44 Annemarie Schimmel, ajaran mistik Ibn ‘Arabī bisa disebut sebagai mistik
ketakterhingaan “Mysticism Of Infinity” dirujuk dari pengungkapan tertinggi dan termurni Plotinus.
77
Tasawuf falsafi mulai berkembang sejak abad ke- 6H. dan ke-7H.
78
Karya monumental al-Futūhāt al-Makiyyah dan Fusus al-Hikam buah karya Ibn ‘Arabī dianggap sebagai kitab tasawuf berhaluan filsafat dengan
konsep wahdat al-wujūd. Khusus Fusus al-Hikam dianggap paling sulit dipahami dari sekian banyak kitab tasawuf. Karena sulitnya, kitab ini tidak
dapat dibaca tanpa disertai sarah komentar dan guru kompeten. Kurang lebih seratus komentar telah ditulis untuk memahami kitab Fusus al-Hikam.
Komentator Fusus al-Hikam antara lain adalah Sadr al-Dīn al-Qanāwi w.673H.1274M., Muhyi al-Dīn al-Jandi w.690H.1291M., ‘Abd al-Razzaq
al-Qasyani w.730H.1330M., ‘Abd al-Rahman Jami’ w.898H.1492M., Bali Afandi w.960H.1553M. dan ‘Abd al-Gani al-Nabūlusi
w.114H.1731M..
79
Eksistensi Fusus al-Hikam menimbulkan kecemasan bagi ulama ortodok, sebab jika Fusus al-Hikam jatuh pada orang awam akan
menyebabkan salah tafsir dan dimengerti sercara harfiah. Ibn Hajar al- Haetamy dalam fatwanya menganjurkan untuk tidak membaca kitab Fusus
Andalusia. Ia dilahirkan pada 17 Ramadhan 560H., bertepatan dengan 28 Juli 1165M., di Mursia Sepanyol bagian Tenggara. Pada saat itu pemerintahan di Mursia dipimpin oleh Muhammad Ibn
Sa‘id ibn Mardanisy. Ibn ‘Arabī adalah seorang keturunan Arab kuno Tayy. Selengkapnya baca di Kautsar Azhzri Noer, Ibn al-Arabi Whdat al-Wujud Dalam Perdebatan Jakarta: Paramadina,
1995, h. 17. Lihat pula Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatra Utara, Pengantar Tasawuf, h. 81.
77
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, h. 3.
78
Yunsaril Ali, “Tasawuf,” h. 158.
79
Kautsar Azhzri Noer, Ibn ‘Arabī: Wahdat al-Wujūd Dalam Perdebatan, h. 26.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
45 al-Hikam karya Ibn ‘Arabī.
80
Syeīkh Zainuddīn bin ‘Abdul ‘Azīz al- Malaybari dalam kitab Fathul Mu’in, mengatakan:
ﻼﻄﺻا ﺔﻘﻴﻘﺣ ﻦﻣ ﻰﻠﻋ مﺮﳛ ﺔﻟﺰﻣ ﺎﺎﻓ ﻢﻬﺒﺘﻛ ﺔﻌﻟﺎﻄﻣ ﻢﻬﺘﻘﻳﺮﻃو ﻢﻬﺣ
ﺎﻫﺮﻫاﻮﻈﺑ اوﱰﻏا نوﲑﺜﻛ ﻞﺿ ﰒ ﻦﻣو ﻪﻟ مﺪﻗ .
Artinya: “Bagi orang yang tidak faham istilah-istilah ahli ma’rifah dan tharīqah yang dijalani mereka, sama sekali tidak
diperbolehkan membaca kitab-kitab karya mereka. Kerena bayak
80
Dalam fatwanya tersebut Ibn Hajar al-Haetamy mengatakan:
ﻻا نﺎﻴﺑو مﺎﻜﺣﻻا ﺮﻳﺮﲢ ﰱ ﻊﺟﺮﳌا ﻢﻬﻴﻟاو لﻮﻌﳌا ﻢﻬﻴﻠﻋو ﺚﻴﻐﻟا ﻢ ﻰﻘﺴﺘﺴﻳ ىﺬﻟا ءﺎﻤﻜﳊا ﺎﻤﻠﻌﻟا ﺎﻨﳜﺎﺸﻣ ﺮﺑﺎﻛأ ﻦﻋ ﻩﺎﺗﺮﺛأ ىﺬﻟا ﻪﻟﻮﻘﺑ لاﻮﺣ
ترﺎﺷﻻاو تﺎﻤﻘﳌاو فﺮﻌﳌاو ﲔﻓرﺎﻌﻟا ﱃﺎﻌﺗ ﷲا ءﺎﻴﻟوأ ﻦﻣ ﰉﺮﻌﻨﺑ ﻦﻳ ﺪﻟا ﻰﳏ ﺦﻴﺸﻟا نأ
, ﻞﻫا ﻢﻠﻋا نﺎﻛ ﻪﻧأ ﻰﻠﻋ اﻮﻘﻔﺗا ﺪﻗو ﲔﻤﻴﻠﻣﺎﻌﻟا ءﺎﻤﻠﻌﻟاﺎﻨﻣو
ﺎﻌﺑﺎﺗﻻ ﺎﺑﻮﺒﺘﻣ ﻦﻓ ﻞﻛ ﰱ نﺎﻛ ﻪﻧأ ﺚﻴﲝ ﻪﻨﻣز .
ىرﺎﳚﻻ ﺮﲝ ﻊﻤﳉاو قﺮﻔﻟا ﻰﻠﻋ مﻼﻜﻟاو ﻒﺸﻜﻟاو ﻖﻴﻘﺤﺘﻟا ﰱ ﻪﻧأو ,
ز ﻞﻫا عروأ ﻪﻧاو رﺎﳝ ﻻو ﻂﻟﺎﻐﻳ ﻻ مﺎﻣاو ﻪﻧﺎﻣ
, ﺔﻨﺴﻠﻟ ﻢﻬﻣﺰﻟاو
, ﻢﻬﻤﻈﻋاو
ةدﺎﳎ ,
ﺬﺧاﻻو ﺮﻄﻣ ﻪﺴﳝ ﱂ ﺔﻨﺳ ﺎﻫﺮﻬﺿ ﻰﻠﻋ ﺖﻜﻤﻓ ﻪﻴﻠﻋ ﺔﻳﺎﻗو ﲑﻏ ﻦﻣ ﺎﻗرو ﺔﺒﻌﻜﻟا ﺮﻬﻇ ﻰﻠﻋ ﻪﻌﺿو ﻪﻴﻜﳌا تﺎﺣﻮﺘﻔﻟا ﻪﺑﺎﺘﻛ ﻒﻨﺻ ﺎﳌ ﻪﻧا ﻪﻨﻣو ةﺪﺣاو ﺔﻗرو ﺢﻳﺮﻟا ﻪﻨﻣ
, ﻲﻠﻋ ﺔﻣﻼﻋو ﻞﻴﻟد ﻦﻳﺪﻀﻟا ﻦﻳﺬﻫ ﻦﻣاﺬﻫ ﻪﺑﺎﺘﻛ ﷲا ﻆﻔﺤﻓ ﺔﻜﲟ رﺎﻄﻣﻻاو حﺎﻳﺮﻟا ةﺮﺴﻛ ﻊﻣ
بﺎﺘﻜﻟا ﻚﻟذ ﻪﻨﻣ ﻞﺒﻗ ﻰﻠﻌﺗ ﻪﻧا ﻘﳌا ﻦﻣ ﻢﻬﻴﻠﻋ ﻖﺣ سﺎﻧأ ﰲ ﻩﺎﻨﻳﺮﺟو ﻩﺎﻧﺪﻫ ﺎﺷ ﺎﻤﻛ ﻪﺘﻗﻮﻟ ﻞﺗﺎﻘﻟا ﻢﺴﻟا ﻪﻧﺎﻓ ﻪﻴﻠﻋ رﺎﻜﻧﻼﻟ ضﺮﻌﺘﻟا ﻲﻐﺒﻨﻳ ﻼﻓ ﻪﻟ ﻪﻔﻴﻨﺼﺗ ﺪﲪو ﻪﻴﻠﻋ ﻪﺑﺎﺛاو
ءﻮﺳو ﺖ بﺎﻘﻌﻟا
ﻪﻨﻋ ﷲا ﻰﺿر ﻪﺒﺘﻛ ﺔﻌﻟﺎﻄﻣ ﺎﻣاو ,
ﻪﻨﻜﻣأ ﻪﺟو ﻞﻜﺑ ﺎﻬﻨﻋ ضﺮﻌﻳ نا نﺎﺴﻧﻼﻟ ﻎﺒﻨﻴﻓ ,
ﻋ ﺔﻠﻤﺘﺸﻣ ﺎﺎﻓ ﲔﻓرﺎﻌﻟا ﻰﻠﻋ ﻻا ﺎﻬﻤﻬﻓ ﺮﺴﻌﻳ ﻖﺋﺎﻘﺣ ﻰﻠ
ﻖﺋﺎﻘﳊا فراﻮﻋو فرﺎﻌﳌا ﻖﺋ ﺎﻘﺣ ﻰﻠﻋ ﲔﻌﻠﻄﳌا ﺔﻨﺴﻟاو بﺎﺘﻜﻟا ﻦﻣ ﲔﻌﻠﻀﺘﳌا .
Artinya: “Menurut keterangan yang aku kutib dari guru-guruku, para Ulama yang bijak yang menjadi penyebab diturunkannya hujan, yang menjadi tumpuan dan rujukan segenap umat dalam
memecahkan hukum-hukum agama dan didalam menjelaskan ahwal, ma’rifah, maqāmāt dan isyarat-isyarat, bahwa sesungguhnya Syeīkh Muhyi al-Dīn Ibn ‘Arābi itu termasuk golongan
Auliya ‘arifīn, Ulama ‘amilin dan merekapun telah sepakat mengenai predikat beliau sebagi orang alim pada zamannya. Sehingga beliau menjadi panutan dalam segala cabang-cabang ilmu
dan bukan sebagi pengikut. Dalam masalah pendalaman ilmu Kasyf, dan pembicaraan terkait dengan pembedaan maupun
penyamaan, beliau ini laksana gelombang lautan yang tidak mungkin diikuti, sebagi imam yang tidak pernah bersalah dan tidak pula terbantahkan hujah-hujahnya. Selain itu Ibnu ‘Arābi
terkenal sebagi Ulama paling wira’i pada zamannya, paling konsisiten dengan as-Sunnah dan juga paling kuat mujahadahnya. Termasuk tanda kebesarannya itu adalah ketika beliau menulis
kitabnya yang berjudul al-Futuhat al-Makkiyah, kitab ini diletakkan diatas Ka’bah dengan tanpa pelindung dan kurang lebih selama satu tahun, ternyata kitab ini sama-sekali tidak tersentuh air
hujan dan juga tidak pernah tertiup angin. Padahal waktu itu di Makkah sering turun hujan dan bertiup angin kencang. Penjagaan Allah dari hujan dan angin ini cukup menjadi bukti, bahwa
kitab ini diterima disisinya, mendapatkan pahala dan pujian yang layak. Oleh karena jangan sekali-kali ingkar pada kitab ini. Karena hal itu akan menjadi racun yang siap membinasakan
pada waktu itu juga. Saya sendiri ibn Hajar, telah melihat dan menyaksikan bencana dan keburukkan adzab yang ditimpakan kepada mereka yang ingkar terhadap isi kitab-kitab karya
Ibnu ‘Arabi ini. Adapun mengenai membaca kitab-kitab beliau, sebaiknya dihindari saja baik dengan alasan
apapun. Sebab di dalam kitab itu terdapat pembahasan-pembahsan “ilm haqīqah” yang hanya bisa dipahami oleh para Ulama yang sudah mempelajari secara mendalam al-Qurān dan as-
Sunnah, dan sudah mencapai haqīqahnya al-ma’rifah dan ma’rifahnya al-haqīqah.” Lihat Ridwan Qoyyum Said, Fikih Klenik Kediri: Mitra Gayati, 2004, h.15.
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id
46 sekali orang yang terjerumus dengan hanya melihat luarnya
kata-kata para Sufi.”
81
Meskipun doktrin wahdat al-wujūd dihubungkan dengan Ibn ‘Arābi, Doktrin yang kira-kira sama dengan Ibnu ‘Arābi telah ada jauh sebelum
Ibn ‘Arābi mengembangkan konsep wahdat al-wujūd. Ma’rūf al-Kharkhi w.200H.815M. misalnya, beliau seorang Sufi terkenal dari Baghdad hidup
empat abad sebelum Ibn ‘Arābi dianggap pertama kali mengucapkan syahadat dengan kata-kata, “Tiada sesuatupun dalam wujud kecuali Allah.
82
Pedoman mistik dengan konsep fanā’ “Penghancuran” sebagai jalan menuju persatuan diri pada Tuhan, baik dalam bentuk ittihād “Penyatuan makhluk
dengan Tuhan” maupun hulūl “Tuhan mengambil tempat pada diri manusia.”
83
Tokoh-tokoh pengembang tasawuf falsafi adalah: Abū Yazid al- Bustami w.261H.875M., As-Shurawardī Maqtul w.587H.1191M.,
Sadruddīn al-Qunāwi w.673H.1275M., ‘Abdul Karīm al-Jillī w.832H.1429M..
84
2. Tasawuf Sunni