Seting Sosial Lingkungan Keluarga

77

BAB III BIOGRAFI K.H. HAMIM DJAZULI GUS MIEK

A. Seting Sosial Lingkungan Keluarga

Gus Miek adalah sosok Ulama dengan dialektika kultur pesantren tradisional, peran kontradiksi dijalani dengan gemar mondok pada alam semesta, mencari ilmu berdasarkan realita masyarakat dari pada harus menghafal rumus-rumus matan Alfiyah ibn Malik dan sorogan kitab kuning pada Kyai. Dedikasi atau dalam bahasa kaum sarungan tirakat pada diri Gus Miek tercermin dari seorang ayah, yaitu Sang Blawong atau Kyai Ahmad Djazuli Utsman 16 Mei 1900M.10 Januari 1976M., seorang bapak bagi Gus Miek dan seorang Ulama bagi para santrinya. Beliau adalah tokoh intelektual pesantren kontemporer dan sesepuh Nahdlatul Ulama khususnya regional Kediri, sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri, termashur sebagai pesantren berpengaruh dan penyumbang kontribusi besar dalam mencetak kader-kader koleksi Islam di Nusantara. Untuk itu lebih koheren sebelum mendeskripsikan biografi Gus Miek kita lihat terlebih dahulu sosok ayah dengan peran besar mendidik mental spiritual pada karakter Gus Miek. Genetika sebagai pemimpin umat telah diwarisi Gus Miek dari Kyai Djazuli, diriwayatkan dalam biografi Kyai Ahmad Djazuli berbagai macam cobaan saat mencari ilmu sangat berat, diantaranya adalah cita-cita Kyai UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 78 Djazuli menjadi mahasiswa kedokteran harus gagal karena sebuah nasehat seorang Ulama. Kyai Djazuli adalah anak ke tujuh dari tiga belas bersaudara putra seorang pejabat naib pemerintah agama KUA Kantor Urusan Agama sekitar 15 kilometer Selatan kota Kediri, tepatnya pinggiran sungai Brantas desa Ploso kecamatan Mojo. Laki-laki dengan daya pikir dan rangsangan intelektual di atas masyarakat umum sejak kecil bertipologi pendiam dan tegas dalam memilih sikap, termasuk pilihan beliau ketika lulus sekolah setara SLTA untuk melanjutkan pada jurusan kedokteran di Jakarta, sebuah kelas cikal bakal fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Keberangkat ke Jakarta disaksikan oleh masyarakat desa dan sambutan khusus kepala stasiun Kota Kediri akan cita-cita luhur pemuda kampung dengan harapan mengangkat mobilitas sosial di daerahnya kelak. 1 Drama sesungguhnya bukan dari keberhasilan menyabet predikat terbaik di tingkat SLTA kemudian mampu kuliah di Jakarta, melainkan setelah tiga bulan di Jakarta mendapat surat dari ayahanda untuk tidak meneruskan pendidikannya di Jakarta, surat instruksi untuk mondok secara radikal memutus cita-citanya sebagai calon dokter. Surat tertulis adalah rekomendasi K.H. Ma’rouf Kedunglo ketika silaturrahmi di kediaman ayah Kyai Djazuli menjumpai Masud Nama kecil Kyai Djazuli kuliah di Jakarta. Saat itu pula Kyai Ma’roef Kedunglo 2 dawuh, “Sing sae Mas’ud 1 Imam Mualimin, dkk., Kyai Djazuli Utsman: Sang Blawong Pewaris Keluhuran Kediri: Pondok Pesantren Al-Falah, t.t., h. 19. 2 Kyai Ma’rouf Kedunglo adalah ayah Kyai Abdul Majid Ma’rouf pendiri Jama’ah Sholawat Wahidiyah yang berpusat di Kedunglo Kediri kota, selain sosok Ulama yang disegani karena merupakan salah satu santri dari Syeīkh Kholil Bangkalan Madura, beliau juga dianggap sebagai walīallāh di zamannya, sehingga banyak dawuh-nya yang didengar masyarakat dan fatwanya banyak diminta oleh masyarakat. Selengkapnya tentang Sholawat Wahidiyah bisa dibaca UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 79 dipun aturi wangsul, lare niku ingkang prayogi dipun lebetaken pondok pesantren.” 3 Dilema antara menjadi dokter atau menjadi santri, ternyata ta’dzim birrul walidaīn lebih besar daripada egois memilih jadi dokter, dengan mantap pulang ke Kediri untuk menjadi santri. 4 Dunia pesantren merubah sikap dan mental Kyai Dajazuli, sehingga gelar “Blawong,” disandangnya saat nyantri di pesantren Mojosari Nganjuk asuhan Kyai Zainuddin Mojosari. 5 Kata “Blawong” diambil dari istilah burung Perkutut primadona unggulan kerajaan Brawijaya, 6 dan buktinya Sang Blawong menjadi Ulama besar dengan putra-putri karismatik seperti K.H. Zainuddin Djazuli, K.H. Nurul Huda Djazuli, K.H. Hamim Djazuli “Gus Miek,” K.H. Fuad Djazuli, K.H. Munif Djazuli dan terakhir Hj. Lailatul Badriyah Djazuli, beliau-beliau adalah penerus suara Blawong di pesantren Al-Falah Ploso, al-hamd lillāh sampai tulisan ini dibuat tetap konsisten sebagai pesantren dengan metode salaf. Jika pak Naib seorang penghulu pernikahan memiliki Kyai Djazuli sebagai putra paling menonjol, kini setelah Kyai Djazuli memiliki keturunan, sifat nyleneh “beda” dalam keluarga tetap berlanjut, tongkat estafet jatuh pada sosok Hamim Djazuli atau Gus Miek, mengapa ditulis menggunakan kata “nyleneh” ketika menyandarkan “beda” pada Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Sholawat Wahidiyah Yogyakarta: LKiS, 2008, h. 1. 3 Artinya: Yang bagus Mas’ud ini disuruh pulang saja, sebab anak itu lebih mulia masuk pesantren. 4 Imam Mualimin, dkk., Kyai Djazuli Utsman: Sang Blawong Pewaris Keluhuran, h. 20. 5 Banyak sekali pondok pesantren yang menjadi tempat berburu ilmu, dimulai dari pesantren Gondanglegi Kab. Nganjuk Jawa Timur dengan Kyai Ahmad Sholeh, pesantren Sono Kab. Sidoarjo, pesantren Mojosari Kab. Nganjuk, pesantren Tebu Ireng asuhan Kyai Hasyim As ‘ ari dan banyak lagi, belum termasuk mondok di Makkah ketika Haji. Terhitung tujuh pesantren di Indonesia yang menjadi tujuan mencari ilmu. Khusus di pesantren Mojosari Kab. Nganjuk yang membentuk karakter Kyai Djazuli sebagai seorang Ulama besar. Lihat Imam Mualimin, dkk., Kyai Djazuli Utsman: Sang Blawong Pewaris Keluhuran, h. 30. 6 Imam Mualimin, dkk., Kyai Djazuli Utsman: Sang Blawong Pewaris Keluhuran, h. 44. UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 USHULUDDIN AQIDAH FILSAFAT Muhammad Makinudin Ali NIM. 1070 3310 1470 email: el_pahleviyahoo.co.id 80 pada Gus Miek ketimbang dengan kata “menonjol” seperti Kyai Djazuli?, karena kata “menonjol” lebih memberikan tekanan pada keunggulan normatif, sedangkan kata “nyleneh” pada sifat Gus Miek cermin beda yang kontradiktif.

B. Biografi