Stimulasi Diri Suasana Empati

b. Stimulasi Diri

Ibu SF mengatakan stimulasi dari diri anak autis itu pasti ada. Begitu juga dengan diri ryo, pasti ada. Contohnya saja seperi terkadang suka berjalan bolak-balik, menonton televisi terlalu dekat, tetapi ibu SF ini selalu mengawasinya agar dia tidak selalu tergantung kepada stimulasi dirinya sehingga stimulasi seperti itu bisa dikurangi.

c. Suasana

Menurut ibu SF ini suasana yang sering dirasakan ryo, dia tidak terlalu suka dengan perubahan, contohnya seperti jika sedang berada di keramaian yang terkadang akan membuat dia nangis, teriak-teriak, tidak nyaman, marah. Maka ibu SF ini selalu mengikuti suasana perasaan ryo, agar dia tidak emosi.

d. Pikiran

Bagi ibu SF ini pola pikir ryo sangatlah terbatas. Tapi terkadang ryo bisa merasakan apa yang kita rasakan. Contohnya saja jika saya sedang sedih, dia pasti bisa merasakan apa yang saya rasakan. Seperti itulah ikatan batin seorang anak dan ibu, yang dikatakan ibu SF ini. Universitas Sumatera Utara

IV.1.5 Analisis Data Matriks

Untuk memudahkan analisis temuan-temuan data diatas dapat dirangkum dalam tabel matriks berikut : Tabel 1 Rangkuman Temuan Penelitian Informan I Konsep Operasional Kemampuan Empati Orang Tua Analisis

a. Empati

Menerima anak penderita autis itu apa adanya.

b. Keterbukaan

Sangat terbuka, bersahabat, penuh kesabaran dan tanggung jawab.

c. Dukungan

Dengan dukungan dan perhatian yang lebih serta diberikan pendidikan yang cukup. d. Rasa Positif Perasaan senang dan Pikiran yang positif. Perilaku Anak Autis Analisis a. Perilaku Tidak terlalu berperilaku hiperaktif dan hipoaktif.

b. Stimulasi Diri

Ada, Terkadang suka berjalan bolak- balik, menonton televisi terlalu dekat.

c. Suasana

Tidak suka dengan perubahan. d. Pikiran Pola pikir yang terbatas dan memiliki perasaan yang kuat. Universitas Sumatera Utara

IV.1.6 Pembahasan

Dalam proses komunikasi terutama kemampuan empati, menurut Tubesing empati adalah cara bagaimana orang lain merasakan perasaan tertentu dan mendengarkan bukan sekedar perkataannya melainkan tentang hidup pribadinya: siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya dan dunianya http:www.empathy.co.id . Pada ibu SF ini, dia bisa menerima anaknya dinyatakan penderita autis. Dia menerima ryo apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Walaupun terkadang dia merasa sedih, akan tetapi dia tidak bisa hanyut dalam perasaan dia saja, karena ryo lebih membutuhkannya. Ibu SF merasa senang, bahagia, sabar, penuh tanggung jawab dalam menjaga dan merawat ryo. Selain itu juga ada keterbukaan dari diri ibu SF sehingga ryo bebas dan tanpa malu-malu mengungkapkan apa yang dirasakannya, seperti menurut pendapat De Vito, 1976 Liliweri, 1991:13 Keterbukaan adalah komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas tidak ditutup-tutupi dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Keduanya saling mengerti dan saling memahami, karena bagaimanapun juga ikatan batin seorang ibu dengan anak sangatlah kuat. Adapun masalah yang paling sering menjadi fokus ibu SF ini adalah rutinitas keseharian dan mood ryo. Karena dengan keterbatasan ryo, dia menjadi susah untuk mandiri. Begitu juga dengan moodnya ryo yang selalu berubah-ubah. Maka apapun yang dilakukan ryo, itu semua tergantung moodnya ryo. Universitas Sumatera Utara Mengenai perilaku ryo ibu SF berkata bahwa dia sangat mengerti apa yang kita inginkan melalui isyarat panca indra kita. Dia juga mau berbagi dengan orang-orang disekitarnya dan semangat jika sedang mengikuti bimbingan terapi. Bila terkadang stimulasi diri ryo terlihat aneh, maka ibu SF ini akan mengawasi ryo agar dia tidak terlalu tergantung pada stimulasi dirinya seperti menonton televisi terlalu dekat yang nantinya akan merusak matanya. Suasana yang sekarang ryo rasakan lebih baik dari pertama dia sebelum mengikuti bimbingan terapi, karena dengan mengikuti bimbingan terapi dia lebih bisa memahami apa yang kita inginkan, akan tetapi semua itu tergantung moodnya ryo karena dia pada dasarnya tidak suka pada perubahan, namun pola pikirnya juga penuh keterbatasan, tetapi dia mempunyai perasaan yang kuat dari dalam dirinya, begitulah yang dikatakan ibu SF ini kepada peneliti. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan empati ibu SF ini terhadap perilaku ryo adalah mampu menerima ryo apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya serta kasih sayang dan perhatian yang sangat besar dalam proses membentuk perilaku autis ryo. Universitas Sumatera Utara IV.2 Informan II IV.2.1 Identitas Informan 1. Nama Orang Tua Inisial : YT Ibu 2. Umur : 35 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Suku bangsa : Mandailing Tapanuli Selatan 6. Asal daerah : Padang Sidempuan 7. Pekerjaan Ayah : Pegawai 8. Pekerjaan Ibu : Pegawai 9. Nama Anak : Rizky Mubarok Rambe 10. Umur : 3 tahun 11. Jenis kelamin : Laki-laki 12. Anak ke : 4 dari 4 bersaudara 13. Kriteria Autisme : Autis Infantile Universitas Sumatera Utara

IV.2.2 Interpretasi Data

YT adalah seorang wanita karir yang cantik, ayu, ramah dan mempunyai 4 orang anak, dimana anak paling bungsunya menderita penyakit autis. Anak tersebut bernama Rizky. Rizky dinyatakan autis pada umur 1 tahun 6 bulan. Pada waktu itu, ibu YT sedang hamil 4 bulan, dan dia seorang wanita karir yang giat sekali bekerja. Dia tidak pernah merasa lelah, begitu juga pada saat mengandung anak-anak sebelumnya. Dimana tempat dia bekerja juga menuntutnya untuk menghadirin beberapa seminar-seminar penting di luar kota. Sehingga pada saat dia sedang hamil 4 bulan dan tepatnya dia sedang diluar kota, dia pernah merasa pusing sekali. Dia tidak bisa menahan rasa sakit dikepalanya, sehingga akhirnya dia meminum obat untuk menghilangkan rasa sakit dikepalanya. Rasa sakit itupun perlahan mulai menghilang, lalu dia memesan makanan siap saji. Padahal sebenarnya, disaat hamil tidaklah disarankan dokter untuk meminum obat apapun yang tanpa sepengetahuan dokter yang nantinya akan menimbulkan resiko bagi si cabang bayi. Setelah sampai pada 9 bulan dia mengandung, akhirnya dia melahirkan. Dia melahirkan seorang anak lelaki yang lucu, anak lelaki itu bernama Rizky. Rizky lahir dengan fisik yang normal dan ibu YT sangat senang serta bahagia. Satu tahun 6 bulan semenjak rizky lahir, ibu YT merasa ada yang aneh dari rizky. Rizky tidak sama dengan kebanyakan anak normal lainnya.Yang sangat menonjol terlihat dari diri rizky adalah tidak adanya kontak mata dan kurangnya minat untuk berinteraksi dengan orang lain . Lalu kemudian Ibu YT ini pun membawa rizky kedokter anak. Dokter anak tersebut merujuk ibu YT untuk Universitas Sumatera Utara membawa ke pusat terapi autis. Akan tetapi, ibu YT ini tidak percaya, sehingga dia membawa rizky kebeberapa dokter dan hasilnya pun tetap sama, rizky dinyatakan autis. Ibu YT betapa terkejutnya mendengar semua dokter menyatakan rizky terkena autis. Perasaannya sedih, hancur, terluka, malu, dan tidak percaya bahwa anak bungsunya menderita autis. Apalagi dia juga tahu bahwa yang menyebabkan anaknya menjadi autis adalah dia sendiri, yang meminum obat dari luar bukan atas saran dokter. Perasaannya semakin hancur, atas kesalahan dirinya, anaknya yang menderita. Butuh waktu yang lama dia merasa kesedihan itu, pekerjaannya pun dikantor menjadi berantakan karena perasaan dan pikirannya tidak bisa dia kontrol. Akhirnya, dia pun mulai bangkit lagi dari kesedihannya dengan kesabaran dan penuh tanggung jawab buat rizky. Dia mulai mencari-cari informasi tentang autis dan beberapa sekolah terapi untuk rizky. Pengharapan yang besar dari seorang ibu yang bekerja untuk seorang anak yang dia sayangi dan cintai adalah ingin melihat anaknya tumbuh besar menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Ibu YT pun menemukan sekolah terapi yang bagus untuk anaknya. Di sekolah ini anaknya diterapi dengan model terapi yang bagus. Walaupun, ibu YT tidak selalu menemani rizky untuk mengikuti terapi karena kesibukkannya dikantor, tapi dia bisa mengikuti perkembangan rizky melalui laporan dari kepala sekolah, guru terapis dan pengasuh rizky. Sekarang rizky sudah mulai menunjukkan peningkatan kesembuhan yang baik. Walaupun sedikit itu adalah sebuah kado terindah buat seorang ibu yang bekerja seperti ibu YT.

IV.2.3 Analisis Variabel Kemampuan Empati Orang Tua

Universitas Sumatera Utara

a. Empati

Semenjak ibu YT ini tahu apa penyakit yang diderita anak bungsunya, dia sempat tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya autis. Hatinya hancur, dan tidak percaya. Begitu juga dengan suaminya, tidak percaya dengan semua ini, karena anak mereka yang pertama sampai ketiga lahir dengan normal. Namun, tidak ada gunanya menangis karena tidak akan merubah apapun, itulah yang diungkapkan ibu YT ini kepada peneliti. Malu dan minder sudah pasti dirasakannya, akan tetapi dia harus mengubur semua rasa malu dan mindernya demi kesembuhan anaknya. Hari demi hari, dia berusaha menerima rizky apa adanya, karena rizky tidak bersalah. Sejauh ini yang ibu YT rasakan, dia bisa menerima rizky apa adanya, dia merawat dan menjaga penuh kasih sayang terhadap rizky. Dia juga sayang terhadap anak-anaknya yang lain. Selama ini, bentuk empati ibu YT terhadap rizky seperti jika rizky merasa geram, dia mencubit ibunya sampai ibu YT merasa kesakitan, namun ibu YT tidak pernah marah kepada rizky dan menerima dengan rasa kasih sayang. Sedangkan, bentuk empati yang ibu YT lakukan terhadap anak-anaknya adalah dengan seperti membagi waktu untuk anak-anaknya yang lain, mungkin dengan memperhatikan nilai-nilai pelajaran disekolah ataupun sekedar menanyakkan aktivitas apa saja selama berada di sekolah. Namun, mungkin rizky yang saat ini lebih menjadi prioritas utama dalam hidupnya sekarang. Waktu, tenaga dan pikiran diberikannya untuk suami dan anak-anaknya. Terkadang, saudara-saudara kandung rizky sering cemburu akan kasih sayang dan materi yang lebih ke rizky, tapi ibu YT dan Universitas Sumatera Utara suaminya berusaha memberi pengertian kepada anak-anak mereka akan keterbatasan adik mereka.

b. Keterbukaan