IV.1.2 Interpretasi Data
Seorang ibu yang cantik dan ayu yang sebut saja namanya SF. Dia mempunyai 3 orang anak, dimana anak paling bungsunya menderita penyakit
autis. Anak tersebut bernama Ryo. Ryo dinyatakan autis pada umur 3 tahun. Pada waktu itu, ibu SF ini sedang hamil muda 2 bulan, dan dya
bertetangga sangat ramah sekali. Sehingga pada saat itu ada tetangganya yang sakit, dya datang menjenguk tetangganya. Tetangga tersebut sedang terkena
penyakit gondong. 1 minggu setelah itu, ibu SF ini terkena penyakit gondong juga. Akhirnya dia memeriksakan penyakitnya ke dokter umum dan dokter kandungan.
Di dokter kandungan, dia diberikan obat dan vitamin yang tidak akan membahayakan janinnya. Obat dan vitamin itu pun diminumnya secara teratur,
sehingga akhirnya dia sembuh total. Tepat 9 bulan 5 hari, ibu SF ini melahirkan ryo, persalinan pun dilakukan di rumah sakit yang memang sudah dipilih ibu SF
ini demi kenyamanan dia dan buah hatinya. Didalam proses persalinan, dia mendapatkan kesulitan. Disaat dia memperjuangkan anaknya untuk lahir dan ryo
juga sedang berusaha keluar dari rahim ibunya, kepala ryo kejepit di sela rahim ibunya, dan dokter pun langsung menarik secara pelan-pelan kepala ryo dari sela
rahim ibunya. Butuh cukup waktu yang lumayan lama untuk mengeluarkan ryo. Sehingga akhirnya ryo bisa dikeluarkan dengan selamat, begitu juga dengan
ibunya. Ryo terlahir dengan normal. Ibu SF ini pun merasa senang dan bahagia. Tiga tahun semenjak ryo lahir, ibu SF merasa ada yang aneh dari ryo.
Ryo tidak sama dengan kebanyakan anak normal lainnya. Bicara, sosialisasi dan ketrampilannya pun semakin hari semakin berkurang. Ibu SF ini pun membawa
Universitas Sumatera Utara
ryo kedokter anak. Dokter anak tersebut merujuk ibu SF untuk membawa ke pusat terapi autis. Akan tetapi, ibu SF ini tidak percaya, sehingga dia membawa ryo
kebeberapa dokter dan hasilnya pun tetap sama, ryo dinyatakan autis. Ibu SF betapa terkejutnya mendengar semua dokter menyatakan ryo terkena autis.
Perasaannya sedih, hancur, terluka, malu, tidak percaya bahwa anak bungsunya menderita autis.
Dia pun mulai bangkit lagi dari kesedihannya dengan kesabaran dan penuh tanggung jawab buat ryo. Dia mencari informasi tentang autis dan beberapa
sekolah terapi untuk ryo. Pengharapan yang besar dari seorang ibu untuk seorang anak yang dia sayangi dan cintai adalah ingin melihat anaknya tumbuh besar
menjadi orang yang berguna bagi negara. Ibu SF pun menemukan sekolah terapi yang bagus untuk anaknya. Di
sekolah ini anaknya diterapi dengan model terapi yang bagus. Sekarang ryo sudah mulai menunjukkan peningkatan kesembuhan yang baik. Walaupun sedikit itu
adalah sebuah kado terindah buat seorang ibu seperti ibu SF.
IV.1.3 Analisis Variabel Kemampuan Empati Orang Tua a. Empati