depannya. Sehingga tidak melebihi kenyataan jika dikatakan bahwa peranan orang tua turut mewarnai perkembangan perilaku anaknya dalam keluarga.
Untuk mempersingkat waktu penelitian, mempermudah peneliti dan tidak memperbanyak biaya dan keterbatasan peneliti untuk meneliti semua orang
tua yang mempunyai anak penderita autis khususnya yang mengikuti sekolah terapi YAKARI yang berlokasi di Jl. Abdullah Lubis No. 30 Medan. Maka
peneliti memfokuskan penelitian kepada orang tua dan anak penderita autis yang mengikuti sekolah terapi di YAKARI.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kemampuan empati orang tua dan perilaku anak autis di sekolah terapi YAKARI.
Peneliti memilih lokasi penelitian di sekolah terapi YAKARI karena peneliti melihat bahwa kemampuan empati orang tua terhadap perilaku anak autis di
sekolah terapi YAKARI tersebut berdampak positif. Berdasarkan pengamatan sementara, peneliti melihat bahwa kemampuan empati orang tua dan perilaku
anak autis di sekolah terapi YAKARI dapat berdampak positif bagi orang tua.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah kemampuan empati orang tua dalam membentuk perilaku anak autis di Sekolah Terapi YAKARI Medan?”
Universitas Sumatera Utara
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang
lebih jelas dan spesifik mengenai hal - hal yang diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :
a. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dimana peneliti mendeskripsikan
atau merekonstruksi wawancara mendalam terhadap subjek penelitian tanpa menjelaskan hubungan antar variabel atau menguji hipotesis.
b. Subjek penelitian adalah Orang tua dari anak penderita autis yang
bersekolah terapi di YAKARI. c.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari 2010.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan empati orang tua dalam membentuk perilaku anak autis.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon atau tanggapan orang tua
dalam membentuk perilaku anak autis. c.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang pada umumnya menjadi fokus orang tua dalam membentuk perilaku anak autis.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di
Departemen Ilmu Komunikasi. b.
Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya
tentang Psikologi Komunikasi sebagai bagian dari ilmu komunikasi. c.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan masukan yang positif bagi pihak yang terkait dalam penelitian ini.
1.5 Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti tentu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang
menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti Nawawi, 1995:39.
Menurut kerlinger menyatakan teori merupakan himpunan konstruk konsep, definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis
tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6. Dengan adanya kerangka
teori peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya.
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Komunikasi Antar Pribadi
Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris, yaitu communication berasal dari bahasa latin communication, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu
pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan Effendy,
2003:30.
Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator,
agar isi pesan yang disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl I Hovland Effendy, 1996:8
mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana informasi seseorang komunikator menyampaikan perangsang-perangsang biasanya
lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain. Untuk itu harus ada kesepahaman arti dalam menyampaikan informasi
sehingga tercapai komunikasi yang efektif.
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu dengan yang lain, sengaja atau tidak
sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal,
tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi Hafied Cangara, 2002:20.
Menurut Mulyana 2002:73, komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan
adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Rogers dalam Depari 1988 mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi
dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi Liliweri, 1991:12.
Lebih jauh lagi, De Vito 1976 mengemukakan beberapa ciri
komunikasi antar pribadi Liliweri, 1991:13 yaitu :
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Dukungan
4. Rasa Positif
5. Kesamaan
1.5.2 Psikologi Komunikasi
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya.
Sedangkan, komunikasi dalam bahasa Inggris, yaitu communication berasal dari bahasa latin communication, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan Effendy, 2003:30.
Psikologi terutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
perilaku manusia itu. Psikologi juga memandang komunikasi dengan makna yang lebih luas yang meliputi penyampaian energi alat indera ke otak, proses saling
pengaruh di antara berbagai sistem organisme dan diantara organisme. Menurut Carl I Hovland
Janis bila komunikasi didefinisikan melalui
pendekatanprespektif psikologi maka psikologi adalah proses individu menyampaikan stimulus untuk merubahmempengaruhi perilaku individu lain
http:www.edwias.com .
Namun, menurut pendapat George A.Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya : Psychology is the science that attempts to describe,
predict, and control mental and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan persistiwa mental dan behavioral dalam komunikasi Miller,
1974:4.
Akan tetapi, sebenarnya psikologi sosial adalah psikologi komunikasi. Dimana dari salah satu defenisi mutakhir menyebutkan psikologi sosial adalah
usaha untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan bagaimana pikiran, perasaan dan tindakan individu dipengaruhi oleh apa yang dianggapnya sebagai
pikiran, perasaan, dan tindakan orang lain yang kehadirannya boleh jadi
sebenarnya, dibayangkan, atau disiratkan Kaufmann, 1973:6.
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan psikologi komunikasi sebagai dasar hubungan terhadap kemampuan empati orang tua dalam membentuk
perilaku anak autis.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Autisme
Istilah Autisme berasal dari kata Autos yang berarti diri sendiri Isme yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya
sendiri. Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai
tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir. Diperkirakan 75-80 penyandang autis ini mempunyai
retardasi mental, sedangkan 20 dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu Chaplin, 1997:15.
Anak penyandang autistik mempunyai masalahgangguan dalam bidang Handojo, 2003:18-20 yaitu :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
1.5.4 Empati
Empati berasal dari bahasa Yunani εμπάθεια yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
Universitas Sumatera Utara
mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain
http:www.empathy.co.id
. Taylor menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial untuk
membangun hubungan yang saling memercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap
makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling memercayai karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan
dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat
http:www.empathy.co.id
. Tubesing memandang empati merupakan identifikasi sementara terhadap
sebagian atau sekurang-kurangnya satu segi dari pengalaman orang lain. Berempati tidak melenyapkan kedirian kita. Perasaan kita sendiri takkan hilang
ketika kita mengembangkan kemampuan untuk menerima pula perasaan orang lain yang juga tetap menjadi milik orang itu. Menerima diri orang lain pun tidak
identik dengan menyetujui perilakunya. Meskipun demikian, empati menghindarkan tekanan, pengadilan, pemberian nasihat apalagi keputusan. Dalam
berempati, kita berusaha mengerti bagaimana orang lain merasakan perasaan tertentu dan mendengarkan bukan sekedar perkataannya melainkan tentang hidup
pribadinya: siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya dan dunianya
http:www.empathy.co.id
.
1.5.5 TEORI S-O-R
Dalam penelitian ini, model komunikasi yang digunakan adalah model S-O-R Stimulus-Organisern-Respon. Model ini mengemukakan bahwa tingkah
Universitas Sumatera Utara
laku social dapat dimengerti melalui suatu analisis dan stimulus yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan didukung oleh hukuman
maupun penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Dengan kata lain, menurut Effendy 2003: 254 efek yang ditimbulkan sesuai dengan teori S-O-R
yang merupakan reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan
reaksi komunikan. Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang
sederhana, dimana efek merupakan reaksi tethadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan yang
erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiens. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikasi hanya dapat berubah apabila stimulus yang menerpanya
melebihi apa yang pernah dialaminya. Prof. Dr. Mar’at Effendy, 2003:255 dalam bukunya “Sikap Manusia,
Perubahan Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelly yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru, ada tiga variabel penting
yaitu : a.
Perhatian, b.
Pengertian, c.
Penerimaan Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R
ini dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan I Teori S-O-R
Universitas Sumatera Utara
Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada
komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung apabila ada perhatian komunikan.
Setelah komunikan mengelolanya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, teori S-O-R dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Stimulasi : Kemampuan empati orang tua.
2. Organism : Orang tua yang mempunyai anak penderita autis yang
bersekolah terapi di YAKARI. 3.
Response : Peningkatan perilaku anak autis.
1.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifät kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta
Stimulus Organism
•
Perhatian
•
Pengertian
•
Penerimaan
Response
Universitas Sumatera Utara
perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian Nawawi, 1995:40.
Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1995:11. Adapun variabel-variabel yang akan diteliti dalam
penelitian yaitu : 1.
Kemampuan empati orang tua adalah sikap penerimaan dan pengertian akan perasaan dan mendengarkan sekedar perkataan seorang anak tentang hidup
pribadinya, siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya dan dunianya. 2.
Perilaku anak autis adalah Perilaku seorang anak penderita autis yang tertarik hanya pada dunianya sendiri.
1.7 Model Teoritis