Karakteristik Autisme Penyebab Autisme

II.3.2. Karakteristik Autisme

Ada beberapa karakter atau ciri-ciri yang bisa terlihat pada diri anak penderita autisme Handojo, 2003:50-51 yaitu : 1. Biasanya merupakan bayi yang manis dan baik, namun sangat pasif dan sangat pendiam seperti tidak mempunyai bayi di rumah. 2. Sebagian kecil justru sebaliknya menjerit sepanjang waktu tanpa henti, tanpa dapat ditenangkan dibujuk, tanpa orang tua tahu sebabnya. 3. Tidak menunjuk saat usia 12 bulan. 4. Usia 12 bulan tidak mengoceh. 5. Usia 16 bulan tidak keluar satu katapun. 6. Usia 24 bulan belum bisa merangkai 2 kata. 7. Hilangnya kemampuan bahasa. 8. Tidak bisa bermain pura-pura Pretend Play. 9. Kurang tertarik untuk berteman. 10. Sangat sulit untuk memusatkan perhatian. 11. Tidak adanya respon bila dipanggil namanya, cuek terhadap orang lain Lingkungan. 12. Kontak mata sangat minim Tidak ada. 13. Gerakan tubuh yang repetiti Misal Hand Flapping, Rocking. 14. Tantrum yang hebat. 15. Tertarik berlebihan terhadap sebuah objek misal kipas angin yang berputar 16. Menolak perubahan terhadap hal-hal rutin. 17. Oversensitif terhadap suara, tekstur dan bau. Universitas Sumatera Utara

II.3.3. Kriteria Autisme

Pada dasarnya gangguan autisme tergolong dalam gangguan perkembangan pervasive, namun bukan satu-satunya golongan yang termasuk dalam gangguan perkembangan pervasive Pervasive Developmental Disorder menurut DSM IV 1995. Namun dalam kenyataannya hampir keseluruhan golongan gangguan perkembangan pervasif disebut oleh para orangtua atau masyarakat sebagai Autisme. Padahal di dalam gangguan perkembangan pervasive meski sama-sama ditandai dengan gangguan dalam beberapa area perkembangan seperti kemampuan interaksi sosial, komunikasi serta munculnya perilaku stereotipe, namun terdapat beberapa perbedaan antar golongan seperti, gangguan Autistik Infantile Infantile Autism, Sindrom Rett Rett’s Syndrome, Gangguan Disintegrasi Masa Kanak Childhoad Disintegrative Disorder, Sindrom Asperger Asperger’s Syndrome Veskarisyanti, 2008: 15-16.

1. Autistik Infantile

Ciri yang menonjol pada autistik ini antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi. Gangguan Autistik lebih banyak dijumpai pada pria dibanding wanita dengan ratio 5 : 1. Gangguan autistik abnormalitas sudah muncul sejak tahun pertama kelahiran. Universitas Sumatera Utara Kriteria Autistik Infantile, yaitu : 1. Kelemahan kualitatif dalam interaksi sosial. 2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. 3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas dan berulang. 4. Cara bermain yang simbolik dan imajinatif. 5. Hiperaktif dan Hipoaktif

2. Sindrom Rett

Sindrom Rett adalah gangguan Neurologis Syaraf. Awalnya perkembangan anak normal. Tetapi setelah 5 bulan sampai 30 bulan perkembangannya menurun. Kemampuan untuk melaksanakan kegiatan berkurang. Ciri Autisme muncul, komunikasi, sosialisasi dan perilaku stereotipi kadang disertai gangguan motorik. Kriteria Sindrom Rett, yaitu : 1. Regresi yang menyeluruh dan berat pada anak perempuan Jarang sekali pada anak laki-laki 2. Menimbulkan retardasi mental yang berat. 3. Gangguan berbahasa, bahkan sama sekali tidak dapat berbahasa. 4. Gangguan pada fungsi tangan timbul gerakan-gerakan tangan didepan seperti memeras bertepuk tangan yang terus menerus. 5. Defisit Neurologik Lainnya. Universitas Sumatera Utara

3. Gangguan Disintegrasi Anak

Merupakan gangguan yang melibatkan hilangnya keterampilan yang telah dikuasai anak setelah satu periode perkembangan normal pada tahun pertama. Gangguan ini biasa muncul pada anak laki-laki. Perkembangan normal anak terjadi hanya pada tahun pertama, setelah itu secara signifikan keterampilan yang telah dimiliki seperti pemahaman, penggunaan bahasa dan yang lainnya menghilang. Selain itu juga terjadi keabnormalan fungsi yang tampak pada gangguan komunikasi, serta minat dan aktivitas yang sempit. Kriteria Gangguan Disintegrasi Anak : 1. Perkembangan awal biasanya normal, termasuk bicaranya. 2. Terjadi regresi yang berat antara usia 2 -10 tahun yang meliputi : - Fungsi Bahasa - Sosialisasi - Kognitif - Kemampuannya dalam ketrampilan sehari-hari.

4. Sindrom Asperger

Gangguan Asperger Asperger’s Disorder adalah bentuk yang lebih ringan dari gangguan perkembangan pervasif. Ditunjukkan dengan penarikan diri dari interaksi sosial serta perilaku yang stereotip, namun tanpa disertai keterlambatan yang signifikan pada aspek bahasa dan kognitif. Asperger mirip dengan autisme infantil dalam hal interaksi sosial yang kurang. Universitas Sumatera Utara Kriteria Sindrom Asperger yaitu : 1. Biasanya didiagnosis saat usia ≥ 6 tahun. 2. Sulit berteman, interaksi sosial sangat kurang. 3. Sulit membaca berkomunikasi dengan cara non verbal isyarat misal ekspresi wajah. 4. Sulit memahami bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran atau perasaan yang berbeda dari dirinya. 5. Perilaku yang “kaku” dengan minat yang terbatas. Pada umumnya anak penderita autisme bisa juga dilihat dari perilaku, stimulasi diri, suasana, dan pikiran Handojo, 2003:17 : 1. Perilaku : Berperilaku berlebihan Hiperaktif dan berperilaku kekurangan Hipoaktif. 2. Stimulasi Diri : Adanya suatu perilaku stimulasi diri untuk melakukan gerakan yang diulang-ulang, seperti berjalan bolak-balik, geleng-geleng kepala, dan berputar-putar. 3. Suasana : Tidak suka pada perubahan yang akan cenderung membuat anak penderita autis emosi. 4. Pikiran : Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola pikiran, seperti duduk termangu dengan tatapan kosong. Anak penyandang autistik mempunyai masalahgangguan dalam bidang Handojo, 2003:18-20 yaitu : 1. Komunikasi Munculnya kualitas komunikasi yang tidak normal, ditunjukkan dengan : Universitas Sumatera Utara a. kemampuan wicara tidak berkembang atau mengalami keterlambatan b. pada anak tidak tampak usaha untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. c. anak tidak imanijatif dalam hal permainan atau cenderung monoton d. Bahasa yang tidak lazim yang selalu diulang-ulang atau stereotipik. 2. Interaksi sosial Timbulnya gangguan kualitas interaksi sosial yaitu : a. Anak mengalami kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan wajah yang tidak berekspresi. b. Ketidakmampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama. c. Ketidakmampuan anak untuk berempati, dan mencoba membaca emosi yang dimunculkan oleh orang lain. 3. Perilaku Aktivitas, perilaku, dan ketertarikan anak terlihat sangat terbatas. Banyak pengulangan terus-menerus dan stereotipik seperti : 1. Adanya suatu kelekatan pada rutinitas atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu 2. Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk di pojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam. 3. Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti menggoyang-goyang badan, geleng-geleng kepala. Universitas Sumatera Utara 4. Gangguan sensoris 1. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. 2. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. 3. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda. 4. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. 5. Pola bermain 1. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. 2. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya. 3. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda di balik lalu rodanya diputar-putar. 4. Menyenangi benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda. 6. Emosi 1. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan. 2. Temper tantrum mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya. 3. Kadang suka menyerang dan merusak, berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri, serta tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

II.3.4. Penyebab Autisme

Dalam catatan pakar autis Nakita, 2002 Veskarisyanti, 2008:17 jumlah penyandang autisme dibandingkan dengan jumlah kelahiran normal dari tahun ketahun meningkat tajam sehingga ditahun 2001 lalu sudah mencapai 1 dari 100 Universitas Sumatera Utara kelahiran. Peningkatan yang tajam ini tentunya menimbulkan pertanyaan, ada perubahan apa dalam rentang waktu tersebut sehingga kasus terjadinya autisme bisa meningkat tajam tidak saja di Indonesia tetapi juga di berbagai negara. Sekitar 20 tahun lalu, penyebab autisme masih merupakan misteri. Sekarang, berkat alat kedokteran yang semakin canggih, diperkuat dengan autopsi, ditemukan penyebabnya antara lain gangguan neurobiologis pada susunan saraf pusat otak. Biasanya gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa kehamilan, bila pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat tidak sempurna Veskarisyanti, 2008:17. Faktor Penyebab : • Gangguan pada Susunan Syaraf Pusat, disebabkan oleh : 1. Faktor Genetik 2. Gangguan pertumbuhan sel otak janin, inveksi virus janin, perdarahan, keracunan selama hamil muda 3. Gangguan pencernaan 4. Keracunan Logam Berat Pg, Hg, Cad 5. Gangguan auto imunity Penyebabnya bisa karena toxoplasmosis, cytomegalo, rubela dan herpes atau jamur candida yang ditularkan oleh ibu ke janin. Bisa juga selama hamil sang ibu mengkonsumsi atau menghirup zat yang sangat polutif, yang meracuni janin. Ada pendapat seorang ahli yang menyatakan bahwa lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun bisa menimbulkan kerusakan usus besar dan memunculkan masalah dalam tingkah laku dan fisik. Universitas Sumatera Utara Faktor Genetika : 1. Mutasi Genetika : penyebab multifaktor 2. Telah ditemukan lebih dari 7 gen yang berhubungan dengan autisme. Perlu beberapa gen untuk menimbulkan gejala autisme. Penyebab multifaktorial dengan ditemukannya kelainan pada tubuh penderita, munculnya gangguan biokimia, dan ada pula ahli yang berpendapat autisme disebabkan oleh gangguan jiwal psikiatri. Menurut para peneliti, faktor genetik juga memegang peranan kuat, dan mi terus diteliti. Pasalnya, manusia banyak mengalami mutasi genetik, yang bisa karena cara hidup yang semakin “modern” penggunaan zat kimia dalam kehidupan sehari-hari, faktor udara yang semakin terpolusi.

II.3.5. Teknik Penanganan Autisme