IV.1.5 Analisis Data Matriks
Untuk memudahkan analisis temuan-temuan data diatas dapat dirangkum dalam tabel matriks berikut :
Tabel 1 Rangkuman Temuan Penelitian Informan I
Konsep Operasional Kemampuan Empati Orang Tua
Analisis
a. Empati
Menerima anak penderita autis itu apa adanya.
b. Keterbukaan
Sangat terbuka, bersahabat, penuh kesabaran dan tanggung jawab.
c. Dukungan
Dengan dukungan dan perhatian yang lebih serta diberikan pendidikan yang
cukup. d.
Rasa Positif Perasaan senang dan Pikiran yang
positif.
Perilaku Anak Autis Analisis
a. Perilaku
Tidak terlalu berperilaku hiperaktif dan hipoaktif.
b. Stimulasi Diri
Ada, Terkadang suka berjalan bolak- balik, menonton televisi terlalu dekat.
c. Suasana
Tidak suka dengan perubahan. d.
Pikiran Pola pikir yang terbatas dan memiliki
perasaan yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
IV.1.6 Pembahasan
Dalam proses komunikasi terutama kemampuan empati, menurut Tubesing empati adalah cara bagaimana orang lain merasakan perasaan tertentu
dan mendengarkan bukan sekedar perkataannya melainkan tentang hidup pribadinya: siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya dan dunianya
http:www.empathy.co.id
. Pada ibu SF ini, dia bisa menerima anaknya dinyatakan penderita autis. Dia menerima ryo apa adanya dengan segala kekurangan dan
kelebihannya. Walaupun terkadang dia merasa sedih, akan tetapi dia tidak bisa hanyut dalam perasaan dia saja, karena ryo lebih membutuhkannya. Ibu SF
merasa senang, bahagia, sabar, penuh tanggung jawab dalam menjaga dan merawat ryo.
Selain itu juga ada keterbukaan dari diri ibu SF sehingga ryo bebas dan tanpa malu-malu mengungkapkan apa yang dirasakannya, seperti menurut
pendapat De Vito, 1976 Liliweri, 1991:13 Keterbukaan adalah komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan permasalahan secara
bebas tidak ditutup-tutupi dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Keduanya saling mengerti dan saling memahami, karena bagaimanapun juga ikatan batin
seorang ibu dengan anak sangatlah kuat. Adapun masalah yang paling sering menjadi fokus ibu SF ini adalah
rutinitas keseharian dan mood ryo. Karena dengan keterbatasan ryo, dia menjadi susah untuk mandiri. Begitu juga dengan moodnya ryo yang selalu berubah-ubah.
Maka apapun yang dilakukan ryo, itu semua tergantung moodnya ryo.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai perilaku ryo ibu SF berkata bahwa dia sangat mengerti apa yang kita inginkan melalui isyarat panca indra kita. Dia juga mau berbagi dengan
orang-orang disekitarnya dan semangat jika sedang mengikuti bimbingan terapi. Bila terkadang stimulasi diri ryo terlihat aneh, maka ibu SF ini akan
mengawasi ryo agar dia tidak terlalu tergantung pada stimulasi dirinya seperti menonton televisi terlalu dekat yang nantinya akan merusak matanya.
Suasana yang sekarang ryo rasakan lebih baik dari pertama dia sebelum mengikuti bimbingan terapi, karena dengan mengikuti bimbingan terapi dia lebih
bisa memahami apa yang kita inginkan, akan tetapi semua itu tergantung moodnya ryo karena dia pada dasarnya tidak suka pada perubahan, namun pola
pikirnya juga penuh keterbatasan, tetapi dia mempunyai perasaan yang kuat dari dalam dirinya, begitulah yang dikatakan ibu SF ini kepada peneliti.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan empati ibu SF ini terhadap perilaku ryo adalah mampu menerima ryo apa adanya dengan segala
kekurangan dan kelebihannya serta kasih sayang dan perhatian yang sangat besar dalam proses membentuk perilaku autis ryo.
Universitas Sumatera Utara
IV.2 Informan II IV.2.1 Identitas Informan