e. Penutupan Lahan
Variabel penutupan lahan aspek wisata PTB terbagi menjadi tiga, yaitu berupa lahan terbukamangrove, belukar rendah formasi pes-caprae dan lainnya,
dan lahan terbangun permukiman dan fasilitas wisata. Letaknya masing-masing dapat terlihat pada Gambar 38. Lahan terbuka berupa sungai, tambak, sawah, pasir
pantai, dan areal kosong belum termanfaatkan. Penutupan lahan didominasi oleh lahan terbuka. Keberadaan sawah dan tambak hampir mendekati garis pantai,
seharusnya berada di zona pemanfaatan di belakang sempadan pantai, sehingga diperlukan relokasi pada beberapa titik areal tambak dan sawah yang tidak sesuai
dengan kriteria tersebut. Sistem silvofishery penanaman mangrove di sekitar tambak dapat diterapkan dalam tambak karena dapat memaksimalkan produksi di
lahan tambak tersebut. Hal tersebut sependapat dengan Saparinto 2007 yang menyatakan bahwa keanekaragaman plankton yang lebih tinggi 11 jenis akan
lebih tinggi pada tambak yang ditanami mangrove dibandingkan dengan yang tidak ditanami mangrove 5 jenis seperti hasil survai di Pemalang, Jawa Tengah.
Dalam perkembangan selanjutnya tambak silvofishery dapat didiversifikasi menjadi agrosilvofishery dengan mengkombinasikan tanaman pertanian di
pematang tambak. Tanaman yang dapat ditanam tentu tanaman produktif yang dapat hidup dalam kondisi tambak.
Penutupan lahan oleh permukiman dan fasilitas wisata terbangun warung makan dan jalan letaknya pun tidak sesuai dengan aturan batasan minimal
sempadan pantai berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 2007, yaitu minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi. Relokasi harus dilaksanakan karena
selain berbahaya bagi lingkungan pantai itu sendiri, terjangan arus pantai dapat merusak bangunan pantai yang berada di dekat garis pantai. Keberadaan bangunan
tersebut dapat direlokasi ke zona pemanfaatan pantai dibelakang zona perlindungan pantai sempadan pantai.
f. Variasi Kegiatan
Analisis spasial pada variabel variasi kegiatan wisata di PTB berdasarkan jumlah atraksi yang dapat dilakukan oleh wisatawan di area-area tertentu, seperti
berenang, bermain pasir pantai, duduk-duduk, jalan-jalan dan fotografi, viewing
menikmati pemandangan alam pantai dan sekitarnya, serta makan-
makanwisata kuliner. Analisis kategori persebaran kegiatan wisata dapat dilihat pada Gambar 39. Intensitas pengunjung umumnya ramai pada siang-sore hari,
sedangkan pada pagi dan malam jumlahnya sangat jarang. Hal ini terkait dengan fasilitas penerangan dan jalan yang buruk sehingga keamanan kurang terjamin
bagi pengunjung. Konsentrasi pengunjung berada di area yang terdapat warung makan, karena di area tersebut selain tersedia tempat berteduh untuk melihat
pemandangan laut viewing pengunjung juga dapat berenang dan menikmati kuliner laut setelahnya. Di area tersebut juga tersedia fasilitas toiletWC untuk
membilas badan setelah berenang di tepi pantai. Konsentrasi pengunjung di titik-titik yang sebenarnya sebagai area
sempadan pantai terkait dengan fasilitas wisata yang ada di area ini. Oleh karena itu, pengembangan objek yang menyebar dan fasilitas wisata dialokasikan di luar
zona sempadan pantai.
71
Gambar 38. Peta Analisis Penutupan Lahan Pantai Aspek Wisata
72
Gambar 39. Peta Analisis Sebaran Variasi Kegiatan
d. Kualitas Aspek Wisata