Dahuri 2003 menyatakan bahwa terdapat dua formasi vegetasi di ekosistem pesisir yang tidak tergenang air, yaitu formasi pes-caprae dan formasi
barringtonia. Ekosistem pes-caprae umumnya berada di belakang pantai berpasir. Formasi ini didominasi oleh vegetasi pionir, khususnya kangkung laut Ipomoea
pes-caprae . Sedangkan formasi barringtonia lebih berkembang di pantai berbatu
tanpa deposit pasir dimana formasi pes-caprae tidak dapat tumbuh. Habitat berbatu ini ditumbuhi oleh komunitas rerumputan dan belukar yang dikenal
dengan formasi barringtonia. Pada formasi ini pun dapat ditemui jenis pohon seperti cemara laut Casuarina equisitifolia dan Callophyllum innopphyllum yang
dapat lebih mendominasi dibanding vegetasi lainnya. Hoedhijatmoko 1993 dalam Ulfah 2006 menyatakan bahwa faktor dari
lautan yang mempengaruhi perubahan garis pantai tergantung pada energi dari angin yang menghasilkan gelombang dan tingkat pasang surut yang bekerja
sepanjang garis pantai. Gelombang tsunami adalah salah satu contoh faktor dari lautan yang mempengaruhi perubahan garis pantai.
Faktor biotik salah satunya adalah tumbuhan pantai sangat menunjang dalam meredam energi gelombang yang menerpa kawasan pantai. Pada faktor ini,
proses biologi memainkan peranan penting dalam menentukan garis pantai dimana penambangan karang pantai dan penggundulan vegetasi pantai akan
menggangu stabilitas yang berakibat garis pantai akan mundur akibat erosi.
2.2. Ekologi dan Ekosistem Pantai
Odum 1959 mendefinisikan ekologi secara umum sebagai suatu studi yang mempelajari hubungan antara organisme atau kelompok organisme terhadap
lingkungan sekitarnya. Menurut Martosudarmo dan Bambang 1992 ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara jasad hidup dengan
lingkungannya. Irwan 2007 menyatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari hubungan antara tumbuhan, hewan, dan manusia dengan lingkungannya dimana mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa
mereka ada disitu. Ekologi hanya mempelajari apa yang terjadi di alam tanpa melakukan percobaan.
Selanjutnya dikatakan pula, untuk hidup dan hidup berkelanjutan bagi manusia harus belajar memahami lingkungannya dan pandai mengatur pemakaian
sumber daya alam dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan demi pengamanan dan kelestarian. Seorang ahli ekologi harus dapat melihat jauh ke
depan, dalam jangka panjang yang lebih bersifat pengamanan dan pemeliharaan untuk dapat hidup labih baik dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Menurut Dahuri 2003 penetapan wilayah pesisir belum ada definisi yang baku sampai saat ini. Kesepakatan dunia menyatakan bahwa wilayah pesisir
merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut. Ditinjau dari garis pantai coastline, wilayah pesisir memiliki dua jenis batas yaitu batas yang
sejajar garis pantai long-shore dan batas yang tegak lurus garis pantai cross- shore
. Penetapan batas long-shore relatif lebih mudah misalnya dari batas administrasi suatu daerah. Sedangkan batas yang tegak lurus agak sulit ditentukan
karena berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Perbedaan antar negara disebabkan oleh perbedaan karakteristik lingkungan, sumber daya, dan sistem
pemerintahan negara tersebut. Ekosistem pesisir berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi ekosistem yang
bersifat alami natural dan yang bersifat buatan man made. Ekosistem alami yang terdapat di lingkungan pesisir seperti terumbu karang coral reefs, hutan
mangrove mangrove forest, padang lamun seagrass beds, pantai berpasir sandy beach, pantai berbatu rocky beach, formasi pes-caprae, formasi
barringtonia, estuaria, laguna, delta, dan ekosistem pulau kecil. Ekosistem tersebut ada yang tergenangi secara terus-menerusberkala dan ada yang hanya sesaat
formasi pes-caprae dan barringtonia. Sedangkan ekosistem buatan contohnya adalah tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, dan
kawasan permukiman. Dahuri 2003 menyatakan bahwa hutan mangrove sering disebut sebagai
hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Bakau sebenarnya hanyalah salah satu jenis yang menyusun hutan mangrove, yaitu jenis Rhizopora sp. Habitat
hutan ini tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak ditemui di wilayah pesisir yang terlindung
dari gempuran ombak dan daerah landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah
pesisir yang memiliki muara sungai yang besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Mangrove akan sulit untuk tumbuh di wilayah
pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang tinggi pengendapan lumpur sulit sebagai substrat bagi pertumbuhan mangrove.
Pembentukan zonasi dimulai dari arah laut menuju daratan, yang terdiri atas zona Avicennia dan Sonneratia yang berada paling depan dan langsung
berhadapan langsung dengan laut. Zona dibelakangnya berturut-turut adalah tegakan Rhizopora dan Bruguiera seperti terlihat pada Gambar 2. Beberapa genera
yang dapat ditemui di pesisir Indonesia adalah bakau Rhizopora sp., api-api Avicennia sp., pedada Sonneratia sp., tanjang Bruguiera sp., nyirih
Xylocarpus sp., tengar Ceriops sp., dan buta-buta Exoecaria sp..
Sumber: Meadows and Campbell 1983 dalam Dahuri 2003
Gambar 2. Pola Zonasi Mangrove dan Asosiasinya dengan Hewan Air Lainnya 2.3. Wisata Pantai
Menurut Gunn 1993, wisata merupakan perjalanan sementara yang dilakukan orang menuju tujuan selain tempat asal mereka bekerja dan tinggal,
selama di tempat tujuan tersebut mereka melakukan aktivitas dan tersedia fasilitas untuk memenuhi kebutuhan wisatanya. Menurut Holden 2000, wisata adalah
suatu aktivitas yang terkadang-kadang dilakukan dan dipercaya dapat memberikan kenyamanan pada saat masa liburan. Secara sederhana proses ini melibatkan
partisipasi dari pemerintah daerah, pengelola bisnis wisata, dan masyarakat lokal. Ketiganya merupakan pelaku yang terlibat dalam penyediaan wisata.
Dahuri 2003 menyatakan bahwa wisata pantai adalah jenis wisata yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alami dari kombinasi cahaya matahari,
laut, dan pantai berpasir putih bersih. Berbagai kegiatan yang umum yang dilakukan oleh para wisatawan dalam wisata pantai, antara lain: berenang,
berjemur, berdayung, snorkling, berjalan-jalanberlari-lari di sepanjang pantai, menikmati keindahan dan kedamaian suasana pantai, serta bermeditasi.
2.4. Kriteria Kesesuaian Ekologis dan Wisata Pantai 2.4.1. Kriteria Kesesuaian Ekologis