5.1.2. Aspek Ekologi
Aspek ekologi dari tapak yang akan dianalisis berupa kualitas akuatik dan kualitas terestrial. Kualitas akuatik dinilai dengan mengamati kesejarahan
teballebar mangrove di PTB. Kualitas terestrial dinilai dengan mengamati variabel topografi dan kemiringan lahan, bahaya, penggunaan lahan land use,
dan penutupan lahan land cover.
5.1.2.1. Kualitas Akuatik.
Berdasarkan data bahwa mangrove di Kabupaten Karawang tercatat seluas ± 6.099 ha 2001. Keberadaan mangrove berfungsi secara fisik stabilitas garis
pantai dan mempercepat perluasan pantai, fungsi biologik habitat satwa dari lepas pantai dan habitat burung-burung besar, dan fungsi ekonomi lahan untuk
tambak, pembuatan garam, tempat rekreasi, dan penghasil kayu. Sehingga keberadaannya harus dipertahankan dan ditingkatkan secara kualitas dan kuantitas
karena peranannya baik secara ekologi maupun ekonomi. Irwan 2007 mengemukakan bahwa salah satu syarat mangrove muda dapat
tumbuh adalah kondisi pantai yang tenang dan berlumpur. Sebaran sedimen dasar laut di pantai utara termasuk tapak merupakan endapan lumpur Gambar 20.
Tetapi pada saat pasang, arus dan gelombang tidak berkurang kecepatan dan energinya sehingga mangrove muda tidak akan menancapkan akarnya dan
akhirnya mati. Untuk itu, dibutuhkan suatu metode yang dapat mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan pembuatan zona buffer bagi mangrove muda. Salah satunya
adalah dengan membuat alat pemecah gelombang buatan seperti terlihat pada Lampiran 5.
Sumber: BPLH Kab. Karawang, 2008
Gambar 20. Peta Sebaran Sedimen Dasar Laut Kabupaten Karawang Tahun 2004 Ketebalan hutan mangrove di daerah Pantai Utara yaitu sekitar 25-50 meter
Dahuri, 2003. Berdasarkan wawancara dan pengataman di lapang vegetasi mangrove yang ada di PTB berupa Rhizopora sp. Gambar 21 dan Aviciena sp.
Jenis penutup tanah ground cover yang dapat ditemui berupa Ipomoea sp. Vegetasi pantai ini termasuk ke dalam formasi pes-caprae berbunga ungu.
Degradasi jumlah mangrove di area ini sangat tinggi. Dari hasil pengamatan dan wawancara dapat dilihat bahwa jumlahnya saat ini sangat sedikit sekitar 10
tetapi tidak berkelompok dari jumlah eksisting sebelum dijadikannya PTB sebagai kawasan wisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk lokal
diketahui bahwa sebelum dikembangkannya PTB sebagai area wisata secara luas dan alih guna lahan menjadi areal tambak lebar mangrove di PTB ±100 meter.
Walaupun sudah pernah dilakukan rehabilitasi mangrove sebanyak tiga kali, namun tingkat keberhasilannya sebesar 0. Sejarah teballuas mangrove di PTB
dapat dilihat pada Gambar 22, sedangkan sebaran mangrove yang masih ada di PTB dapat dilihat pada Gambar 23.
KAB. BEKASI
LAUT JAWA
KAB. KARAWANG
KETERANGAN:
KAB. PURWAKARTA
Garis Pantai Batas Kabupaten Karawang
Lanau Lanau Pasiran
Lempung Lumpur
Lumpur Pasiran Sedikit Kerikil Pasir
Pasir Kerikilan Pasir lanauan
Pasir Sedikit Kerikil Sedimen Biogenik
Selut Gampingan Terumbu Karang
Batu Gamping Terumbu
LOKASI STUDI
a b
Keterangan: a: Sisa mangrove di Garis Pantai b: Sisa mangrove di sempadan sungai
Gambar 21. Sisa Hutan Mangrove di Pantai Tanjung Baru
5.1.2.2. Kualitas Terestrial