Daya Dukung Kriteria Kesesuaian Ekologis dan Wisata Pantai 1. Kriteria Kesesuaian Ekologis

berdasarkan modifikasi Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001 dan Depbudpar Dirjen Pengembangan Produk Wisata 2001 seperti terlihat pada Tabel 2. Skoring dilakukan untuk mengetahuimendapatkan zona kesesuaian lahan sebagai area wisata berdasarkan parameter tersebut. Tabel 2. Kesesuaian lahan untuk wisata pantai No. Parameter Skor 4 3 2 1 1 Kecerahan Perairan m¹ 15-20 10-15 5-10 5 2 Tipe Pantai¹ Berpasir putih kecoklatan Berpasir putih kecoklatan, sedikit karang Berpasir putih kecoklatan, berkarang, sedikit terjal Lumpur, karang, mangrove 3 Penutupan Lahan Pantai¹ Lahan terbuka, mangrove Semak, belukar rendah Belukar tinggi Permukiman, fasilitas wisata 4 Kecepatan Arus mdetik¹ 0-0,17 0,17-0,34 0,34-0,51 0,51 5 Kedalaman Dasar Perairan m¹ 0-3 3-5 5-10 10 6 Variasi kegiatan² Lebih 6 Ada 5-6 Ada 3-4 Ada 1-2 Sumber: ¹Modifikasi Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001 ²Depbudpar Dirjen Pengembangan Produk Wisata 2001

2.4.3. Daya Dukung

Menurut UU No 231997, Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo 2003 menyatakan bahwa daya dukung merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, melalui ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan, terutama untuk mencegah kerusakan atau degradasi dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan sehingga kelestarian keberadaan dan fungsinya dapat tetap terwujud, dan pada saat dan ruang yang sama, juga pengguna atau masyarakat pemakai sumberdaya tersebut tetap berada dalam kondisi sejahtera danatau tidak dirugikan. Menurut Knudson 1980, hal-hal yang mempengaruhi daya dukung suatu kawasan rekreasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi, vegetasi, hewan, iklim dan air, kemudian karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan, juga karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan pola penggunaan. Pendugaan daya dukung suatu kawasan dilihat dari kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan itu dan tergantung dari 3 aspek utama yaitu: 1. kepekaan sumberdaya alam dan site productivity, 2. bentuk, cara dan laju rate penggunaan serta tingkat apresiasi dari pemakai atau pengguna sumberdaya alam dan lingkungan, 3. bentuk pengelolaan fisik dan non-fisik, bertujuan jelas dan berjangka panjang. Pigram 1983 dalam Siti Nurisyah, Pramukanto, dan Wibowo 2003 menyatakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat maksimum penggunaan suatu kawasan atau ekosistem, baik berapa jumlah maupun kegiatan yang diakomodasikan di dalamnya, sebelum terjadi suatu penurunan dalam kualitas ekologis kawasan atau ekosistem tersebut, termasuk estetika lingkungan alami yang dimillikinya. Kawasan yang menjadi perhatian utama dalam daya dukung ekologis ini termasuk kawasan dengan ekosistem lahan basah wetland antara lain rawa, payau, danau, laut, pesisir, dan sungai. Untuk dapat menghitung daya dukung pesisir diperlukan penguasaan terhadap beberapa hal penting. Dengan memahami hal-hal penting tersebut akan dapat membantu ketepatan dan keakuratan penentuan daya dukung tersebut. Berdasarkan kedua hal tersebut maka metode penghitungan daya dukung kawasan pesisir dilakukan dengan menganalisis: 1 kondisi variables biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksimenyediakan Sumber Daya Alam SDA dan Jasa Lingkungan JASLING, dan 2 kondisi sosekbud yang menentukan kebutuhan manusia yang tinggal di wilayah pesisir tersebut atau yang tinggal di luar wilayah pesisir, tetapi berpengaruh terhadap wilayah pesisir, akan SDA dan JASLING yang terdapat di wilayah pesisir. Berdasarkan hal di atas, maka tahapan untuk menentukan daya dukung wilayah pesisir yang ditunjukan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan adalah: 1 menetapkan batas-batas boundaries, vertikal dan horizontal terhadap garis pantai coastline, wilayah pesisir sebagai “a management unit” , seperti Catchment area atau watershed, 2 menghitung luasan wilayah pesisir yang kita kelola, atas dasar butir 1, 3 mengalokasikan melakukan pemintakatan atau zonation wilayah pesisir tersebut menjadi 3 zona utama: 1 preservasi preservation, 2 konservasi conservation, dan 3 pemanfaatan utilization, 4 melakukan penghitungan tentang potensi dan distribusi SDA dan JASLING yang tersedia, 5 menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan zona pemanfaatan, 6 melakukan assessment kapasitas asimilasi, 7 melakukan assessment permintaan internal dan permintaan eksternal terhadap SDA dan JASLING pesisir.

2.5. Perencanaan Lanskap