apabila masyarakat melakukan penebangan hanya untuk memenuhi kebutuhan seperti untuk kayu bakar dan membangun rumah.
6.1.2 Masa Orde Lama 1945-1966
Pada periode tahun 1945 sampai tahun 1966 keberadaan hutan rakyat mulai diperhatikan, ini ditandai dengan adanya petani yang mulai menanam pohon. Hal
ini didukung dengan adanya Gerakan Penghijauan pada tahun 1945 yang dilakukan oleh Kabinet RI pertama. Gerakan ini dimaksudkan untuk
menanggulangi lahan kritis disekitar DAS. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang cukup penting dan menyebabkan munculnya hutan rakyat. Hal ini berkaitan
dengan adanya penanaman yang mulai dilakukan oleh petani hutan rakyat pada tahun 1960 di daerah Cigudeg dan Leuwiliang. Jenis yang ditanam merupakan
jenis buah-buahan seperti Durian, Nangka, dan ada beberapa jenis pohon Cengkeh, Puspa, Afrika, dan Sengon. Namun keberadaannya masih sangat sedikit.
Walaupun hutan rakyat pada masa itu telah ada, pengelolaannya masih sangat sederhana seperti jarak tanam yang masih menggunakan perkiraan dari petani
sendiri. Selain itu penanaman yang dilakukan petani pada saat itu belum menggunakan teknik penjarangan.
Kegiatan penebangan hasil kayu pada masa ini sudah terjadi, tetapi hasil penebangan masih dalam jumlah sedikit dan biasanya hasilnya tersebut untuk
memenuhi kebutuhan sendiri seperti membangun rumah ataupun menyumbang kayu untuk membangun Masjid. Petani hutan rakyat tidak akan menebang apabila
tidak terlalu butuh dan tidak dalam kebutuhan yang mendesak. Selain itu pada periode ini petani hutan rakyat tidak menebang pohon kecuali apabila pohon telah
berukuran cukup untuk ditebang. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa perkembangan produksi kayu petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat sejak
sebelum tahun 1945 sampai tahun 2012 bersifat fluktuatif. Perkembangan produksi kayu untuk pohon jenis cepat tumbuh belum ada pada awal periode ini
dan baru terlihat pada tahun 1960 sebesar 0,82 m
3
. Selanjutnya produksi kayu pada tahun 1966 sebesar 1,20 m
3
. Pada pohon jenis cepat tumbuh produksi kayu baru terlihat pada tahun 1960 yakni sebesar 28,27 m
3
dan tahun 1966 sebesar
10,90 m
3
. Adanya produksi ini karena pada saat itu sudah ada pohon jenis lambat tumbuh dan pohon jenis cepat tumbuh yang tumbuh secara alami dapat ditebang.
Kegiatan pemasaran kayu dan keberadaan sawmill pada periode ini belum ada. Petani hutan rakyat yang ingin menjual kayunya biasanya langsung ke
pembeli. Namun petani hutan rakyat tidak akan menebang dan menjual kayunya apabila tidak dalam keadaan mendesak. Selain itu penebangan yang dilakukan
petani juga masih sedikit.
6.1.3 Masa Orde Baru 1967-1998
Pengusahaan hutan rakyat pada periode ini sudah mulai berkembang, ini ditandai dengan banyaknya petani hutan rakyat yang mulai menanam pohon.
Penanaman yang dilakukan petani terjadi pada jenis tanaman buah-buahan dan Cengkeh. Selain itu pada tahun 1990-an mulai banyak petani hutan rakyat yang
menanam pohon kayu-kayuan. Pohon yang ditanam biasanya jenis Sengon dan Afrika. Namun di daerah Tenjo dan Parung Panjang jenis pohon yang ditanam
adalah jenis Akasia. Selain itu para petani juga sudah mengenal jarak tanam dan teknik penjarangan karena pada tahun 1970-an penyuluh mulai datang ke petani
hutan rakyat. Produksi kayu petani hutan rakyat mulai banyak karena kegiatan menebang
kayu juga mulai banyak terjadi. Jumlah pohon yang ditebang tidak lagi sedikit. Penebangan juga dilakukan setiap beberapa tahun ketika pohon tersebut dirasa
cukup untuk ditebang. Usaha hutan rakyat mulai dilihat masyarakat sebagai usaha yang cukup menjanjikan. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa produksi
kayu untuk pohon jenis lambat tumbuh pada periode ini berkembang cukup konstan seperti pada tahun 1980 sebesar 15,35 m
3
dan pada tahun 1992 sebesar 12,89 m
3
. Hal ini disebabkan petani hutan rakyat lebih memilih tidak menebang pohon jenis lambat tumbuh yang sebagian besar jenis buah-buahan karena
pertumbuhan pohon yang lama dan membutuhkan perawatan lebih, sehingga biaya produksi yang dibutuhkan besar. Pada pohon jenis cepat tumbuh terjadi
fluktuasi sejak awal periode dan terjadi kenaikan mulai tahun 1975 sebesar 133,09 m
3
dan terjadi peningkatan yang signifikan pada tahun 1988 sebesar 977,76 m
3
. Ini disebabkan karena pohon jenis cepat tumbuh mempunyai waktu yang cukup