5.1.4 Luas lahan
Luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat dalam mengelola hutan rakyat berbeda-beda. Hal ini dikarenakan luas lahan yang
dimanfaatkan petani hutan rakyat untuk menanam berbeda-beda. Mulai dari yang paling sempit sampai paling luas. Luas lahan petani hutan rakyat di wilayah
Bogor Barat dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7 Karakteristik petani hutan rakyat menurut luas lahan
No Luas lahan Ha
Jumlah orang Persentase
1 0,5
15 28,85
2 0,5-1,5
20 38,46
3 1,5-2,5
10 19,23
4 2,5
7 13,46
Jumlah 52
100,00
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa petani hutan di wilayah Bogor Barat sebagian besar memliki lahan dengan luasan 0,5-1,5 hektar yaitu berjumlah
20 orang dengan persentase 38,46. Sedangkan luas lahan lebih dari 2,5 hektar hanya dimiliki oleh 7 orang dengan persentase 13,46.
5.2 Perkembangan Produksi Kayu Petani Hutan Rakyat dari Waktu ke
Waktu Perkembangan produksi kayu petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat
terjadi dari waktu ke waktu. Produksi yang dihasilkan petani hutan rakyat dihitung berdasarkan kegiatan penebangan yang dilakukan. Kegiatan penebangan dibagi
menjadi dua jenis pohon yakni pohon jenis cepat tumbuh seperti Sengon, Akasia, dan Afrika serta pohon jenis lambat tumbuh seperti jenis Mahoni, Jengkol,
Durian, Nangka dan jenis buah-buahan lainnya. Keterangan mengenai produksi didapatkan dari wawancara terhadap petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat.
Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2 sampai Lampiran 14. Kegiatan penebangan yang dilakukan petani hutan rakyat berbeda-beda pada jumlah dan
waktu penebangan. Pada periode sebelum tahun 1945 tidak ada data yang menunjukkan kegiatan penebangan yang dilakukan petani hutan rakyat di wilayah
Bogor Barat. Selain itu industri sawmill juga belum ada pada saat itu. Namun berdasarkan hasil wawancara disebutkan bahwa pada tahun 1940-an di Jasinga
sudah ada pohon Sengon yang tumbuh secara alami. Pada periode 1945 sampai 1966 Orde Lama yakni pada tahun 1950-an di
Parung Panjang sudah terdapat banyak pohon buah-buahan yang tumbuh alami seperti Nangka, Durian, dan Kecapi, sedangkan di Leuwiliang sudah banyak
tanaman Manggis dan Sengon. Di Tenjo masyarakatnya sudah ada yang mulai menanam Sengon, Puspa, Afrika, Tamesu, dan Kisabelah. Pada tahun 1960 di
Cigudeg mulai ada yang menanam pohon buah-buahan seperti Durian dan Nangka, sedangkan di Cibungbulang sudah ada pohon jenis buah-buahan dan
Sengon yang tumbuh alami. Lain halnya dengan daerah Tenjo, kegiatan penebangan sudah terjadi yakni sudah ada yang menebang pohon Sengon, Puspa,
dan Kisabelah yang digunakan untuk membangun Masjid. Namun jumlah pohon yang ditebang tidak terlalu banyak. Tahun 1965 di Leuwiliang mendapat bantuan
bibit Sengon dan Afrika dari Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor. Selain itu sudah banyak yang menanam Sengon, Cengkeh, dan Palawija. Sedangkan di Tenjolaya
sudah ada yang menanam Sengon, Afrika, Mindi, Nangka, Durian, dan sebagainya. Pada tahun 1966 petani hutan rakyat di Tenjo sudah ada yang
menebang pohon seperti Sengon, Puspa, dan Afrika untuk membangun Masjid, tetapi jumlah pohon yang ditebang masih sedikit. Berikut merupakan tabel hasil
penebangan yang dilakukan petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat pada tahun 1945 sampai tahun 1966.
Tabel 8 Hasil tebangan pohon cepat tumbuh tahun 1945-1966
No Tahun
Produksi m
3
1 1960
28,27 2
1966 10,90
Keterangan: 1. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 15.
2. pohon jenis cepat tumbuh terdiri dari Sengon, Kisabelah, Afrika, Tamesu, Akasia, dan Cengkeh.
Tabel 9 Hasil tebangan pohon lambat tumbuh tahun 1945-1966
No Tahun
Produksi m
3
1 1960
0,82 2
1966 1,20
Keterangan: 1.
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 16. 2.
Pohon jenis lambat tumbuh terdiri dari Puspa, Nangka, Durian, Kecapi, Mahoni, Jengkol, Petai, Rambutan, Kemang, dan Karet.
Tahun 1970 masih banyak pohon Karet di Leuwiliang dan Jasinga. Selain itu, mulai ada yang menanam pohon Sengon dan Afrika serta buah-buahan seperti
di Jasinga, Cigudeg, Cibungbulang, Rumpin, Sukajaya, dan Nanggung. Di daerah Cigudeg sudah ada yang menjual kayu ke tengkulak tetapi jumlah pohon yang
dijual masih sedikit. Pada tahun ini mulai ada penyuluh yang datang di daerah Cibungbulang. Di Pamijahan, Ciampea, Leuwisadeng, dan Tenjolaya mulai ada
yang menanam Sengon dan Afrika pada tahun 1978. Pada tahun ini juga di Leuwiliang mendapat bantuan bibit Pinus dari Perhutani Jawa Barat yang ditanam
di tanah garapan. Selain itu, pemasaran sudah terjadi pada masa ini. Pada tahun 1980-an di Leuwiliang pohon Karet diganti menjadi pohon Cengkeh, sedangkan
di Cigudeg, Pamijahan, Rumpin, Leuwisadeng, Parung Panjang, dan Nanggung sudah banyak dilakukan penebangan yang hasilnya untuk dijual. Harga Sengon
mulai baik di daerah Jasinga. Industri sawmill sudah ada di Cibungbulang pada tahun ini. Tahun 1986 petani hutan rakyat di Tenjo telah ada yang melakukan
kegiatan penjarangan pada pengelolaan lahan mereka. Pada tahun 1990-an kegiatan penanaman juga makin banyak dilakukan oleh
petani hutan rakyat terutama untuk pohon jenis Sengon, Afrika, dan Akasia. Selain itu, makin banyak petani hutan rakyat yang melakukan penebangan.
Peluang pemasaran kayu juga semakin bagus. Kegiatan penebangan yang terjadi menghasilkan produksi kayu yang cukup tinggi dan hampir tiap tahun terjadi.
Pohon yang ditebang sudah diperuntukkan untuk dijual. Selain itu, Pada tahun 1990-an sawmill mulai banyak yakni di Leuwisadeng dan Nanggung.
Berikut merupakan tabel hasil penebangan yang dilakukan petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat pada tahun 1967-1998.
Tabel 10 Hasil tebangan pohon cepat tumbuh tahun 1967-1998
No Tahun
Produksi m
3
1 1969
27,53 2
1975 133,09
3 1980
222,81 4
1982 288,36
5 1985
259,55 6
1988 977,76
7 1990
144,72 8
1992 100,00
9 1994
546,43 10
1995 73,79
11 1997
144,24 12
1998 500,52
Keterangan: 1.
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 17. 2.
Pohon jenis cepat tumbuh terdiri dari Sengon, Kisabelah, Afrika, Tamesu, Akasia, dan Cengkeh.
Tabel 11 Hasil tebangan pohon lambat tumbuh tahun 1967-1998
No Tahun
Produksi m
3
1 1969
3,22 2
1980 15,35
3 1986
14,45 4
1990 0,38
5 1992
12,89 6
1994 0,80
7 1995
5,55 8
1998 5,60
Keterangan: 1.
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran18. 2.
Pohon jenis lambat tumbuh terdiri dari Puspa, Nangka, Durian, Kecapi, Mahoni, Jengkol, Petai, Rambutan, Kemang, dan Karet.
Pada tahun 1998-an semakin banyak petani hutan rakyat yang melakukan penebangan seperti di Pamijahan, Ciampea, Leuwiliang dan Tenjolaya. Jenis
pohon yang ditebang adalah Sengon, Afrika, Rambutan dan Kemang. Penebangan juga terjadi pada tahun-tahun berikutnya dan semakin banyaknya petani hutan
rakyat yang melakukan kegiatan penanaman sehingga pada tahun 2005 Sengon menjadi trend di wilayah Bogor Barat. Selain itu, pada tahun 2000-an di Sukajaya,
Pamijahan, Rumpin, dan Nanggung makin banyak bermunculan sawmill. Berikut
merupakan hail penebangan kayu yang berasal dari hutan rakyat di wilayah Bogor Barat pada tahun 1998 sampai tahun 2012.
Tabel 12 Hasil tebangan pohon cepat tumbuh tahun 1998-2012
No Tahun
Produksi m
3
1 1998
500,52 2
1999 86,36
3 2000
1.429,14 4
2002 196,86
5 2003
961,87 6
2004 219,83
7 2005
923,50 8
2006 152,11
9 2007
372,48 10
2008 649,81
11 2009
1.318,45 12
2010 271,21
13 2011
1.460,17 14
2012 351,64
Keterangan: 1.
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 19. 2.
Pohon jenis cepat tumbuh terdiri dari Sengon, Kisabelah, Afrika, Tamesu, Akasia, dan Cengkeh.
Tabel 13 Hasil tebangan pohon lambat tumbuh tahun 1998-2012
No Tahun
Produksi m
3
1 1998
5,60 2
1999 7,93
3 2000
137,69 4
2002 1,75
5 2004
3,29 6
2005 8,25
7 2006
49,21 8
2007 67,42
9 2008
208,71 10
2009 763,46
11 2010
18,60 12
2011 3,96
13 2012
2,72 Keterangan:
1. Data dapat dilihat pada Lampiran 20.
2. Pohon jenis lambat tumbuh terdiri dari Puspa, Nangka, Durian, Kecapi, Mahoni, Jengkol,
Petai, Rambutan, Kemang, dan Karet.
BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU
PETANI HUTAN RAKYAT
6.1 Analisis Perkembangan Produksi Kayu Petani Hutan Rakyat