murni, hutan rakyat campuran, dan hutan rakyat dalam bentuk wanatani atau tumpang sari. Hutan rakyat murni adalah hutan rakyat yang tanamannya terdiri
dari satu jenis tanaman yang ditanam secara homogen atau monokutur. Hutan rakyat campuran adalah hutan rakyat yang ditanami berbagai jenis pohon-
pohonan. Sedangkan hutan rakyat wanatani adalah hutan rakyat yang jenis tanamannya dikombinasikan antara jenis tanaman kehutanan dengan jenis usaha
tani lainnya, seperti pertanian, perkebunan, perikanan yang diusahakan secara terpadu dan dalam satu lokasi.
Menurut Supriadi 2001 hutan rakyat dibagi berdasarkan pola pengembangannya yang terdiri dari tiga, yaitu: hutan rakyat pola swadaya yaitu
hutan rakyat yang didirikan oleh perorangan atau kelompok dengan modal, tenaga dan usaha sendiri dengan bimbingan dari kehutanan. Hutan rakyat pola subsidi
yaitu hutan rakyat yang dibangun melalui bantuan dari pemerintah atau pihak yang peduli terhadap pembangunan hutan rakyat. Hutan rakyat pola kemitraan
yaitu hutan rakyat yang didirikan oleh rakyat yang bekerjasama dengan suatu perusahaan dengan modal berupa kredit kepada rakyat dengan bunga ringan.
Pola pembangunan hutan rakyat terdiri dari dua menurut IPB 1983 diacu dalam Hardjanto 2003 sebagai berikut:
1. Hutan rakyat tradisional adalah hutan rakyat yang cara penanaman tanamannya pada lahan milik dengan usaha sendiri tanpa campur tangan pemerintah.
Biasanya penanamannya dicampur dengan tanaman lain seperti durian. 2. Hutan rakyat inpres yaitu hutan rakyat yang didirikan di lahan terlantar yang
diprakasai pemerintah dalam bantuan proyek penghijauan.
2.3 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat
Menurut salah satu penelitian Lembaga Penelitian IPB 1990 diacu dalam Firani 2011 pada dasarnya pengelolaan hutan rakyat adalah upaya secara
menyeluruh dari kegiatan merencanakan, membina, mengembangkan, menilai, serta mengawasi pelaksanaan produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran secara
terencana dan berkesinambungan. Selain itu, tujuan akhir dari pengelolaan hutan rakyat adalah peningkatan peran kayu rakyat terhadap peningkatan pendapatan
pengusahanya secara terus-menerus selama daur.
Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat umumnya sama antara lain terdiri dari kegiatan penyiapan bibit, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. Pengelolaan hutan rakyat biasanya dilakukan sendiri oleh pemiliknya, namun apabila luas lahan yang dimiliki cukup
besar tidak jarang pemilik lahan tersebut mempekerjakan orang lain untuk menggarap lahannya. Menurut IPB 1990 diacu dalam Umam 2010
pengelolaan hutan rakyat bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat, meningkatkan kualitas lingkungan dan meningkatkan pendapatan baik bagi petani
maupun pemerintah. Menurut Sumarta 1963 diacu dalam Setyawan 2002 besarnya
pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat belum merupakan indikator besarnya keuntungan yang didapatkan petani karena masih tergantung pada besar kecilnya
biaya produksi yang dikeluarkan. Besarnya keuntungan pada pengusahaan hutan rakyat tergantung pada faktor-faktor lokasi ekonomi, kesuburan tanah, cara
pembinaan, jenis tanaman, dan harga hasil produksinya. Menurut Hardjanto 2003 pengelolaan hutan rakyat merupakan suatu
sistem yang terdiri dari empat sub sistem yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengolahan industri, sub sistem pemasaran, dan subsistem kelembagaan. Sub
sistem produksi adalah tercapainya produksi dalam jumlah dan jenis tertentu serta tercapainya kelestarian usaha. Sub sistem ini terdiri dari penanaman,
pemeliharaan, dan pemanenan. Sub sistem pengolahan atau industri adalah proses tercapainya hasil akhir berupa produk yang dihasilkan yang dijual oleh petani
maupun untuk dipakai sendiri. Sub sistem pemasaran adalah proses tercapainya tingkat penjualan yang optimal. Sedangkan sub sistem kelembagaan adalah
lembaga yang mengatur mengenai pengelolaan hutan rakyat baik lembaga formal maupun non formal.
2.4 Produksi Kayu Petani Hutan Rakyat
Produksi adalah transformasi sumber-sumber input menjadi produk output. Arti produksi sangat luas tidak hanya terbatas mengubah bentuk seperti
dalam suatu pabrik, tetapi termasuk ke dalamnya proses-proses lainnya berbagai bentuk jasa, seperti transportasi, pembiayaan, dan penjualan partai besar dan