3. Interpretasi Penafsiran Interpretasi adalah menafsirkan data dengan objek yang sedang diteliti dan
merangkainya menjadi suatu peristiwa yang bermakna. Dalam interpretasi terdapat dua proses, yaitu:
a. Seleksi fakta merupakan kegiatan mengambil fakta yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini fakta yang diambil adalah fakta yang berkaitan
dengan perkembangan produksi kayu yang dilakukan oleh petani hutan rakyat dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan produksi yang terjadi.
b. Periodisasi yaitu penyusunan fakta sesuai dengan urutan waktu yang terjadi. Dalam penelitian ini periodisasi yang digunakan mengikuti periodisasi politik,
yakni Sebelum Tahun 1945, periode Orde Lama 1945-1966, periode Orde Baru 1967-1998, dan periode Reformasi 1998-2012.
4. Historiografi Penulisan sejarah Historiografi adalah menyusun data-data yang telah didapatkan secara
kronologis sehingga menjadi suatu kisah yang selaras. Dalam historiografi ini dibagi menjadi bab karakteristik dan hasil wawancara perkembangan produksi
kayu yang dilakukan oleh responden pada masing-masing kecamatan dan bab analisis perkembangan produksi kayu petani hutan rakyat di wilayah Bogor Barat.
Pada analisis perkembangan produksi kayu petani hutan rakyat dikelompokkan berdasarkan periodisasi.
3.6 Analisis dan Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Menurut Turner 2008 analisis kuantitatif
adalah analisis dimana data diubah menjadi angka dan ditujukan untuk analisis statistik.
Sedangkan analisis
kualitatif adalah
analisis dimana
data diinterpretasikan melalui analisis pemaknaan. Kedua analisis ini digunakan untuk
dapat saling melengkapi satu sama lain. Analisis kuantitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil
penebangan yang didapatkan per tahun meliputi tahun panen, jumlah panen, jenis pohon yang dipanen, dan umur pohon yang dipanen. Selanjutnya informasi
tersebut dilakukan perhitungan yang kemudian disajikan dalam bentuk angka sesuai dengan hasil yang diperoleh.
Analisis kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan masyarakat meliputi waktu mulai
menanam, pertumbuhan sawmill, dan data umum responden. Selanjutnya informasi tersebut disajikan dalam bentuk tabel, kurva, dan gambar sesuai dengan
hasil yang diperoleh.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI
4.1 Letak dan Batas
Bogor Barat merupakan salah satu wilayah pembangunan Kabupaten Bogor. Bogor Barat terdiri dari 13 Kecamatan yaitu: Kecamatan Parung Panjang, Tenjo,
Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, Nanggung, Leuwisadeng, Rumpin, Tenjolaya, Leuwiliang, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea.
Gambar 1 Peta wilayah Bogor Barat.
Secara administratif, wilayah Bogor Barat berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Kabupaten Sukabumi. 3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak.
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor.
Keterangan: : Wilayah Bogor Barat
Luas wilayah Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Cigudeg sebesar 17.726,24 ha. Tabel 1 merupakan data jumlah desa dan luas per
Kecamatan. Tabel 1 Data jumlah desa dan luas per kecamatan
No Kecamatan
Jumlah Desa Luas Ha
1 Parung Panjang
11 7.118,72
2 Tenjo
9 8.580,72
3 Cigudeg
15 17.726,24
4 Sukajaya
9 15.615,49
5 Jasinga
16 14.280,16
6 Nanggung
10 16.047,43
7 Leuwisadeng
8 3.532,34
8 Rumpin
13 13.708,57
9 Tenjolaya
6 4.126,99
10 Leuwiliang
11 9.143,39
11 Pamijahan
15 12.532,36
12 Cibungbulang
15 3.837,84
13 Ciampea
13 3.297,91
TOTAL 151
113.500,10 Sumber: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor, 2012
4.2 Keadaan Penduduk