Kadar abu karagenan Ekstrak Karagenan

bahan rumput laut. Umur tanaman yang semakin meningkat akan mempengaruhi kadar abu karena semakin lama rumput laut di dalam perairan maka semakin banyak kandungan mineral yang diserap. Rumput laut memiliki kemampuan dalam mengabsorb mineral yang berasal dari lingkungannya Sudarmadji et al. 1984. Semakin meningkat umur panen tanaman maka akan semakin meningkatkan kadar abu dari karagenan. Umur panen memberikan pengaruh nyata p0,05 terhadap kadar abu karagenan. Hasil analisis ragam Lampiran 15 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi kitosan pada masing-masing umur panen berpengaruh terhadap nilai kadar abu karagenan. Penambahan kitosan dalam jumlah sedikit, mampu menurunkan kadar sulfat pada karagenan. Kadar abu pada penelitian ini masih memenuhi standar spesifikasi mutu karagenan yang ditetapkan FAO sebesar 15-40. Semakin besar nilai kadar abu maka kandungan sulfat pada karagenan pun akan meningkat. Pada penelitian ini kitosan mampu menurunkan nilai kadar abu pada karagenan. Nilai kadar abu tertinggi pada asal bibit Kota Baru yaitu pada karagenan umur panen 60 hari adalah 17,46 dan terendah pada umur panen 30 hari. Karagenan hasil diekstraksi dari rumput laut asal bibit pulau Karimun memperoleh nilai tertinggi pada umur panen 60 hari dan terendah yaitu 16,74 pada umur panen 30 hari. Karagenan tanpa penambahan kitosan mendapatkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan ditambahkan kitosan. Asal bibit Kota Baru memiliki penyerapan kitosan lebih baik daripada asal bibit pulau Karimun. Cara penyerapan kitosan yang berbeda disebabkan oleh karakteristik rumput laut yang berbeda walaupun berasal dari spesies yang sama. Penyebab lain yang dapat menyebabkan kadar abu tinggi yaitu sisa residu anorganik setelah bahan-bahan organik terbakar habis dapat mengakibatkan meningkatan kandungan mineral yang sangat mempengaruhi peningkatan kadar abu . Rumput laut termasuk bahan pangan yang mengandung mineral cukup tinggi antara lain Na, K, Cl, dan Mg Winarno 1992. Natrium merupakan unsur mineral yang tidak terbakar abu. Histogram kadar abu pada karagenan disajikan pada Gambar 21.

4.4.4 Kekuatan gel

Kekuatan gel merupakan sifat fisik karagenan yang utama, karena kekuatan gel menunjukkan kemampuan karagenan dalam pembentukan gel. Parameter yang paling penting untuk menentukan asal bibit, umur panen dan konsentrasi kitosan terbaik dalam proses ekstraksi karagenan adalah kekuatan gel. Kekuatan gel hasil olahan dari rumput laut sangat penting bagi berbagai industri pangan, non pangan, farmasi dan bioteknologi sebagai gelling agent, thickener, viscosifiying agent , dan emulsifiying agent. Karagenan dapat berinteraksi dengan makromolekul lain yang bermuatan, misalnya protein sehingga mampu 16,39 16,95 17,63 ap ap bp ap ap bp ap ap bp 13 14 15 16 17 18 30 45 60 Kadar Abu Umur Panen hari A 17,33 18,37 18,74 ap bp cp apq bpq cpq apq bpq cpq 15,5 16 16,5 17 17,5 18 18,5 19 30 45 60 Kadar Abu Umur Panen hari B Gambar 21 Kadar abu karagenan dari rumput laut asal bibit A Kota Baru B pulau Karimun, umur panen dan konsentrasi kitosan yang berbeda kontrol, kitosan 0,05, kitosan 0,10, kitosan 0,15. Huruf a,b,c menunjukkan adanya perbedaan dalam perlakuan umur panen p0,05 berdasarkan uji Duncan. Huruf p,q,r menunjukkan adanya perbedaan dalam perlakuan konsentrasi kitosan p0,05 berdasarkan uji Duncan. menghasilkan berbagai produk dengan sifat-sifat yang lebih baik seperti peningkatan viskositas dan pembentukan gel Anggadiredja et al. 2007. Konsistensi gel dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis, tipe karagenan, konsentrasi dan adanya ion-ion. Pembentukan gel karagenan dari bentuk cair kebentuk padat melibatkan penggabungan ikatan polimer sehingga membentuk struktur heliks rangkap yang dapat membentuk jaringan tiga dimensi. Adanya kotoran yang terperangkap ke dalam jaringan tiga dimensi, dapat menyebabkan jaringan tersebut berbentuk tidak teratur sehingga berpengaruh terhadap rendahnya kekuatan gel karagenan. Pembentukan gel pada karagenan bersifat reversibel yaitu gel dapat mencair pada saat pemanasan dan membentuk gel kembali pada saat pendinginan. Adanya selulosa pada produk akhir dapat mengakibatkan gel yang terbentuk akan lebih rapuh Blakemore dan Harpel 2010. Pada asal bibit Kota Baru umur panen 30 hari memiliki nilai kekuatan gel yang rendah dibandingkan dengan umur panen 45 dan 60 hari. Penambahan kitosan pada masing-masing umur panen tidak menunjukkan perbedaan nyata Lampiran 17 karena memperoleh nilai yang tidak jauh berbeda. Demikian halnya dengan asal bibit pulau Karimun menunjukkan nilai terendah pada umur panen 30 hari, meningkat saat dipanen pada umur 45 hari dan menurun kembali saat umur panen 60 hari. Penambahan kitosan pada masing-masing umur panen tanaman tidak menunjukkan nilai yang signifikan berbeda. Kekuatan gel karagenan dari kedua asal bibit rumput laut ini diasumsikan