waktu pengeringan sama. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar air rumput laut kering itu yaitu dipengaruhi saat penyimpanan setelah rumput laut dipanen.
Kadar air maksimal yang disyaratkan oleh SNI rumput laut kering 2009 untuk Eucheuma
maksimum 35, nilai kadar air pada penelitian ini masih memenuhi standar mutu rumput laut kering.
4.3.2 Kadar abu
Unsur mineral dari rumput laut yaitu kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi dan yodium. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi
zat organiknya tidak, karena itulah disebut abu Winarno 1992. Kadar abu rumput laut terutama terdiri dari garam natrium berasal dari air laut yang
menempel pada thallus rumput laut. Banyaknya garam yang menempel pada thalus tidak sama sehingga dapat mempengaruhi kandungan abunya. Hasil analisis
menyatakan kadar abu asal bibit Kota Baru yaitu 14,82-15,65. Sedangkan nilai kadar abu asal bibit pulau Karimun 12,79-19,88. Nilai ini masih memenuhi
standar FAO 1972 dalam Angka dan Suhartono 2000 yaitu sebesar 15-40. Histogram nilai kadar abu rumput laut kering ini pada Gambar 17.
Berdasarkan analisis ragam terhadap rumput laut kering asal bibit Kota Baru dan pulau Karimun Lampiran 7 menunjukkan nilai kadar abu yang signifikan
saat umur panen 30 dan 45 hari. Akan tetapi saat umur panen 60 hari pada asal bibit pulau Karimun nilai kadar abu meningkat. Hal ini disebabkan oleh semakin
15,65b 13,71c
14,82b 12,79c
15,00b 19,88a
5 10
15 20
25
30 45
60
Kadar Abu
Umur Panen hari
Gambar 17 Kadar abu Kappaphycus alvarezii kering dari dua asal bibit dan umur panen yang berbeda Kota Baru pulau Karimun.
Angka-angka pada histogram diikuti huruf superscripts berbeda a,b,c menunjukkan berbeda nyata p0,05.
lama rumput laut di dalam suatu perairan maka semakin besar garam-garam mineral yang diserap oleh rumput laut Wenno 2009. Sedangkan pada asal bibit
Kota Baru meningkatnya umur panen tidak berpengaruh terhadap kadar abu. Hal ini menunjukkan bahwa spesies, umur panen, metode penanaman dan perairan
yang sama belum tentu menyebabkan tanaman tersebut memiliki nilai dan komponen yang sama.
4.3.3 Kadar abu tidak larut asam
Kadar abu tidak larut asam merupakan salah satu parameter untuk menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan Basmal et al. 2003.
Abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida tidak larut asam yang sebagian adalah garam-garam logam berat dan silika. Nilai kadar abu rumput laut kering
asal bibit Kota Baru yaitu 0,76-3,27 dan asal bibit Pulau Karimun yaitu 0,83- 1,38.
Hasil analisis ragam pada kedua asal bibit ini Lampiran 9 menunjukkan umur panen memberikan pengaruh nyata p0,05 terhadap kadar abu tidak larut
asam rumput laut kering. Asal bibit Kota baru menunjukkan nilai berbeda nyata karena semakin bertambah umur panen maka nilai abu tidak larut asam semakin
menurun. Rumput laut kering asal bibit pulau Karimun berbeda nyata pada umur panen 30 hari dan tidak berbeda nyata pada umur panen 45 dan 60 hari. Gambar
18 menunjukkan nilai kadar abu tidak larut asam rumput laut kering.
3,27a 1,68b
0,76c 0,83c
1,38b 1,08b
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5
30 45
60
Kadar Abu Tidak
Larut
Asam
Umur Panen hari
Gambar 18 Kadar abu tidak larut asam Kappaphycus alvarezii kering dari dua asal bibit dan umur panen yang berbeda Kota Baru
pulau Karimun. Angka-angka pada histogram diikuti huruf superscripts
berbeda a,b,c menunjukkan berbeda nyata p0,05.
Nilai kadar abu pada penelitian ini masih dalam standar yang telah ditetapkan oleh EEC yaitu maksimum 2, FAO dan FCC maksimum 1, kecuali
kadar abu tidak larut asam pada umur panen 30 hari asal bibit Kota Baru yang memperoleh nilai yang melebihi standar yaitu 3,28. Hal ini dapat disebabkan
oleh kontaminasi dari kerang, lumut dan lumpur yang menempel pada thallus selama di dalam perairan, proses penanganan bahan baku yang kurang baik, atau
kontaminasi pada saat penjemuran karena dalam keadaan terbuka.
4.4 Ekstrak Karagenan
Karagenan merupakan polisakarida linier atau lurus yang merupakan molekul galaktan dengan unit-unit utamanya adalah galaktosa. Karagenan adalah
getah rumput laut dari kelas Rhodophyceae alga merah yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali. Pada penelitian ini alkali tidak digunakan namun diganti
dengan menggunakan kitosan sebagai absorban. Pada tahap ini untuk menentukan asal bibit dan umur panen yang terbaik berdasarkan hasil ekstraksi penambahan
beberapa konsentrasi kitosan dengan rendemen, analisis kekuatan gel, dan viskositas sebagai parameter. Pada tahap tersebut diperoleh hasil umur panen dan
konsentrasi kitosan yang terbaik untuk menentukan asal bibit yang terbaik berdasarkan parameter yang sesuai dengan standar mutu karagenan.
4.4.1 Rendemen Karagenan
Rendemen merupakan salah satu parameter penting dalam menilai efektif tidaknya proses pembuatan tepung karagenan. Perhitungan rendemen dilakukan
untuk mengetahui persentase karagenan yang dihasilkan dari rumput laut kering yang digunakan berdasarkan asal bibit, umur panen dan konsentrasi kitosan.
Beberapa hal yang mempengaruhi rendemen karagenan yaitu metode ekstraksi, spesies, iklim, waktu pemanenan dan lokasi budidaya Chapman dan Chapman
1980. Kandungan polisakarida pada rumput laut akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Selain daripada itu rendemen yang tinggi dapat
disebabkan masih tingginya serat kasar pada rumput laut. Sebagian besar rumput laut terdiri dari serat yang dikenal dengan dietary fiber Anggadiredja et al. 2007.
Pada asal bibit Kota Baru, rendemen karagenan meningkat bersamaan dengan umur panen. Umur panen berpengaruh nyata p0,05 terhadap rendemen