2.2. Ekologi Rasamala Altingia excelsa
Rasamala Altingia excelsa merupakan salah satu jenis tumbuhan hutan famili Hamamelidaceae. Tinggi pohon Rasamala dapat mencapai 50 meter dengan
tinggi batang bebas cabang 15-30 m, diameter sampai 150 cm, namun pada umumnya tingginya berkisar antara 40
– 50 meter dengan diameter 80 – 110 cm. Kulit luar berwarna coklat muda atau kelabu merah, dan sedikit mengelupas.
Pada umur yang agak tua, batang berbanir. Kulit batang memiliki tebal ± 1 cm, agak rapuh dan keras, agak licin, berwarna abu-abu sampai abu-abu kuning atau
abu-abu coklat. Kulit batangnya ada yang mengelupas dalam bentuk potongan- potongan panjang dan tipis, retak-retak melintang, berwarna merah coklat atau
coklat kuning. Kayu segar berbau asam dan mengandung sedikit damar yang apabila dibakar mengeluarkan bau harum Sunarno Rugayah 1992.
Tajuk rasamala pada saat muda berbentuk kerucut, runcing, dan rapat, sedangkan pada umur yang lebih tua menjadi gepeng dan jarang, serta beberapa
hari sebelum berbunga akan gundul. Daunnya tunggal, tersebar dan berbentuk bulat telur dengan pinggir bergerigi Prosea 1995. Woodland 1997,
menguraikan sistematika Altingia excelsa sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi :
Spermatophyta Kelas
: Magnoliopsida
Ordo :
Hamamelidales Famili
: Hamamelidaceae
Genus :
Altingia Spesies
: Altingia excelsa Noronha
Rasamala mempunyai nama daerah rasamala Jawa Barat, gadog Jawa, tulason Tapanuli, lamin, mandung, mandung jati atau sigadundeung
Minangkabau, dan cemara hitam Palembang. Penyebaran rasamala secara alami di Indonesia meliputi Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, dan Jawa
Barat. Di Jawa Barat rasamala tumbuh pada ketinggian 500 - 1500 m dpl pada daerah-daerah dengan musim kering basah atau sedang. Rasamala tumbuh
tersebar di Jawa barat pada ketinggian 600-1600 m dpl pada tanah yang subur dan
selalu lembab. Spesies ini merupakan pohon besar dengan akar menjulur keluar, mempunyai bentuk kanopi menyerupai kembang kol. Bau daun cukup menyengat.
Daun muda rasamala biasanya dikonsumsi atau digoreng, damar getah pohon ini dapat digunakan sebagai bahan pewangi Sunarno Rugayah 1992.
2.3. Ekologi Puspa Schima wallichii DC. Korth
Puspa Schima wallichii DC. Korth termasuk dalam familli Theaceae. Pohon puspa dapat mencapai tinggi 40 m dengan tinggi batang bebas sampai 25
m, diameter sampai 250 cm, tidak berbanir, dan batangnya tegak dan lurus. Kulit luarnya berwarna merah muda, merah tua sampai hitam, beralur dangkal dan
mengelupas. Kulit hidup tebalnya sampai 15 mm berwarna merah. Tajuknya bulat sampai lonjong, lebat, berwarna hijau tua dan daunnya tunggal, tebal. Permukaan
daun atas hijau kebiru-biruan berbentuk jorong Martawijaya et al. 1989. Sistematika Schima wallichii DC. Korth menurut Woodland 1997, sebagai
berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi :
Spermatophyta Kelas
: Magnoliopsida
Ordo :
Theales Famili
: Theaceae
Genus :
Schima Spesies
: Schima wallichii DC. Korth.
Puspa memiliki nama daerah seru Jawa dan merang sulau Kalimantan. Puspa tumbuh di lingkungan tanah kering, tidak memilih keadaan tekstur dan
kesuburan tanah, sehingga baik untuk reboisasi pada lahan alang-alang, belukar dan tanah kritis. Jenis ini memerlukan iklim basah sampai agak kering, pada
dataran rendah sampai daerah pegunungan dengan ketinggian 100 - 1000 m dpl. Pada daerah-daerah yang terbuka atau lahan bekas terbakar di Sumatera Selatan
sering ditumbuhi puspa Sunarno Rugayah 1992. Penyebaran puspa secara alami di Indonesia meliputi Aceh, Sumatra Utara,
seluruh Jawa, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.